DALAM kehidupan manusia, orang yang
berpaling dari al-Qur’an dan mengabaikan ajarannya, sesungguhnya itulah
awal dari segala kesengsaraan hidupnya kelak.
Fikirannya terbuai dalam angan-angan kosong yang dijanjikan oleh
setan, kawan barunya. Sedang dirinya tenggelam dalam kubang maksiat
kepada Allah.
Hal itu dikatakan pengarang Tafsir Fathu al-Qadir, asy-Syaukani,
mengutip pendapat az-Zujaj, siapa di antara manusia yang berpaling dari
al-Qur’an dan lalai dari mempelajari hikmah yang terkandung di dalamnya,
niscaya Allah timpakan kepadanya pertemanan dengan setan.
Layaknya sekawan yang karib (qarin) orang itu kini tak lagi
berjarak dengan setan. Padahal setan adalah biang kerok dari segala
keburukan dan kesengsaraan dunia akhirat.
Karena “terlanjur” akrab, alih-alih mampu menolak, jiwa yang sudah
tertipu itu tak sungkan lagi menuruti segala bisikan yang membuatnya
terjerat dalam perangkap jahat setan.
Orang yang jauh dari hidayah Allah itu merasa nyaman dan enteng
dengan keburukan serta kemaksiatan, sedang ia justru gelisah kala
berinteraksi dengan kebenaran al-Qur’an atau diajak kepada kebaikan.
Inilah akibat daripada lalai mempelajari al-Qur’an atau tidak peduli
dengan tuntunan yang disyariatkan. Orang tersebut dijauhkan dari
kenikmatan iman, Islam, serta ukhuwah.
Oleh Allah, orang itu kelak mendapatkan hukuman yang setimpal dan penyesalan tiada berbatas.
“Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sesungguhnya aku
dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman yang berkata: Apakah kamu
sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (Hari Kiamat)?
Apakah jika kita telah mati dan menjadi tanah dan tulang belulang?
Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi
pembalasan?
Berkata pulalah ia: Maukah kamu meninjau (temanku itu)? Maka ia
meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka
menyala-nyala. Ia berkata (pula): Demi Allah, Sesungguhnya kamu
benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidaklah karena nikmat
Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).” (Surah ash-Shaffat [37]: 51).
Bahaya Islam Phobia
Lebih jauh Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, mengurai dampak yang sangat dahsyat dari sikap menyepelekan al-Qur’an.
Menurutnya, orang yang berani mengabaikan syariat agama dan tenggelam
dalam kelezatan dunia, Allah menjadikan dirinya terbelenggu oleh tipu
daya setan.
Saban waktu pikiran orang tersebut hanya dijejali oleh pesona syahwat dunia dan materi yang melenakan.
Menurut pengarang Tafsir al-Maraghi tersebut, ketika hal itu menimpa,
orang yang terjangkiti virus anti al-Qur’an mendadak berubah menjadi
sosok Islamophobia.
Ia berbalik arah menjadi orang terdepan yang menentang ajaran al-Qur’an dan syariat Islam.
Setiap waktu ia justru larut dalam diskusi pemikiran dan perilaku yang merugikan serta menyakiti umat Islam.
Dikatakan, ibarat seekor lalat yang suka hinggap di berbagai kotoran
atau lingkungan yang jorok, orang yang berpaling dari al-Qur’an itu
hanya melahirkan keburukan dan maksiat kepada Allah.
Atas nama pembaruan agama misalnya, mereka justru telah menistakan kesucian agama dengan cara berfikir yang nyeleneh.
Boleh jadi inilah yang menimpa sekelompok masyarakat yang dikenal dengan pemuja aliran Sipilis (Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme).
Meski kelompok itu datang mengatasnamakan gerakan Islam pembaruan
atau pembebasan akal, tetapi sebenarnya mereka datang dengan racun
pemikiran yang berbahaya buat umat Islam.
Faktanya, dengan karunia nalar yang diberikan oleh Allah, mereka justru berusaha mengobok-obok ajaran Islam.
Silih berganti syubhat dan syahwat mereka hembuskan kepada umat Islam hanya untuk mengaburkan nilai-nilai al-Qur’an.
Ironisnya, demikian itu bukan karena tak paham dengan ajaran Islam,
sebab tak sedikit di antara mereka berlatar akademisi bahkan tergolong
cendekia yang punya segudang ilmu pengetahuan.
Alhasil, tak ada alasan menunda untuk mengaca kembali kepada hikmah
yang dikandung dalam al-Qur’an. Sebab di sana ada telaga jernih tempat
hati bercermin mematut diri kembali.
Boleh jadi jiwa ini tak mampu merasakan kenikmatan membaca al-Qur’an bersebab kotoran yang melekat di dalam hati.
Boleh jadi hati ini keras karena mulai berpaling dari dakwah dan syariat yang digariskan oleh Allah.
Allah berfirman:
ومن يعش عن ذكر الرحمن نقيض له شيطانا فهو له قرين، وإنهم ليصدونهم عن السبيل ويحسبون أنهم مهتدون
“Siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(al-Quran), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Sesungguhnya
setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Surah az-Zukhruf [43]: 36-37).*/Masykur Abu Jaulah