www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, August 30, 2021

Apakah AS masih Menjadi Negara Superpower?

Bisa jadi jawaban dari pertanyaan di atas baru bisa tuntas dalam  bentuk buku. Namun pertanyaan ini layak diajukan setelah babak akhir perang Amerika di Afghanistan menampilkan Taliban sebagai pemenang terlepas dari kesepakatan-kesepakatan antara Taliban, Amerika, Cina, Rusia, Pakistan terkait pengelolaan sumber daya alam.

Perang Uni Soviet dan  Afghanistan 1979-1989 yang dimenangkan Mujahidin berakibat runtuhnya status 'adidaya' yang puluhan tahun disandang Uni Soviet, setelah kawasan tsb terpecah-pecah menajadi banyak negara, menyisakan wilayah Rusia. Sejak itu Amerika menjadi negara 'adidaya' sendirian.

Tentu status di atas salah satunya adalah ekonomi. Pengaruh ekonomi Amerika menggurita tidak hanya di benua Amerika dan Eropa, namun di seluruh dunia. Yang mengaliri darah perekonomian itu adalah mata uang. Maka bisa ditebak penggunaan Dollar AS di seluruh dunia makin kukuh  pasca hancurnya Uni Soviet.

Namun setelah pertualangan berdarah Amerika di Irak yang gagal, dia mesti mengalami kekalahan perang di Afghan, setelah Taliban menuntut syarat utama agar seluruh tentara AS dan sekutunya angkat kaki dari negeri tsb

Masa Depan Dollar

Mata uang Dollar adalah mata uang tunggal yang digunakan dalam perdagangan internasional. Apabila Indonesia dan Bangladesh ingin transaksi dagang, mereka tidak menggunakan Rupiah atau Rupee tetapi mesti pakai Dollar AS, padahal Amerika tidak terlibat dalam perdagangan tsb. Bahkan pabrikan pesawat Eropa, Airbus ketika menjual produknya ke maskapai Eropa seperti Lufthansa, KLM, dll akad transaksinya tidak menggunakan Euro tetapi Dollar!

Kenapa Dollar begitu mendominasi perdagangan dan bank-bank sentral seluruh dunia? Salah satu jawabannya adalah kepercayaan diri sebagai sebuah negara. Negara-negara di dunia menilai AS memiliki confident yang tinggi dalam militer, politik, ilmu pengetahuan dll. Sehingga kepercayaan diri itu menjadi garansi kekuatan ekonomi dan mata uangnya.

Namun yang terjadi di Afghanistan beberapa pekan lalu, membuka mata dunia bahwa AS tidak sekuat yang diduga ketika warga AS dan negara-negara lain bisa pergi melalui bandara Kabul dengan jaminan keamanan Taliban, tidak sebaliknya. Amerika menjadi terkooptasi oleh Taliban. Kelompok yang dahulu di cap teroris oleh Amerika terpaksa duduk semeja dalam perundingan yang berawal di Meunchen Jerman tahun 2009.

Ketika kepercayaan diri itu sudah mulai goyah, tentu saja mata uangnya juga mengalami hal yang sama, walaupun masih perlu proses panjang ketika Dollar benar-benar ditinggal oleh masyarakat dunia. 




Monday, August 23, 2021

Taliban dan Intervensi Finansial Amerika

Walaupun Taliban telah mengusai pemerintahan Afghanistan dan Amerika hengkang dari sana sejumlah masalah masih membayangi penguasa baru tsb . Salah satunya adalah finansial. 

Potensi kekayaan sumber daya alam negeri Afghan bernilai sekitar $1 triliun, namun  SDM domestik belum dapat mengoptimalkannya, karena perang panjang beberapa dekade terakhir.

Selama pemerintahan  sebelumnya yang didukung AS dan sekutunya, keuangan Afghanistan 80% berasal dari donatur internasional. Dan Amerika mempunyai kontrol ketat terhadap organisasi-organisasi tsb yang dengan mudah mendikte aliran dana yang masuk ke Afghan.

Begitu pula lembaga keuangan internasional IMF, yang pemegang saham terbesarnya adalah Amerika. Rabu (18/8) pekan lalu IMF menolak akses cadangan devisa Afghanistan sejumlah $500 juta yang semula akan diberikan kepada  pemerintahan Afghanistan. Penolakan IMF ini terjadi sehari setelah pemerintahan AS Joe Biden membekukan $9,5 miliar aset Afghanistan yang terasimpan di bank sentral dan menghentikan pengiriman Dollar tunai dengan kapal laut ke negara tsb. IMF berdalih kebijakan ini diambil karena pemerintahan baru Afghanistan tidak mendapat pengakuan internasional. Tentu saja ada Amerika di balik itu semua.

Secara militer Amerika sudah lelah berperang di Afghan. Total biaya yang dikeluarkan AS selama 20 tahun invasi sebesar US$2,26 triliun atau Rp31.700 triliun. Tentara Amerika yang tewas sejumlah 2.448 jiwa. Namun Taliban masih bisa bertahan dengan perang gerilya.

Hingga akhir tahun 2020, sebagian besar simpanan deposit di bank-bank Afghan dalam bentuk mata uang asing yang tentu saja terkait erat dengan Dollar AS.

Bantuan finansial dari Cina dan Rusia terhadap ekonomi Afghan sangat mungkin mengalir, namun dominasin Dollar sudah mengakat selama 20 tahun terakhir. Maka pemecahan masalah finansial menjadi salah satu isu utama negeri Islam yang diperebutkan investor berbagai kekuatan utama dunia saat ini. Menarik apa yang dikatakan salah seorang pejuang pergerakan muslim Moro di Piliphina bahwa memimpin sebuah pemerintahan jauh lebih sulit dibanding berperang mengangkat senjata.

Sumber : washingtonpost.com


Tuesday, August 17, 2021

Kenaikan Emas Bank Sentral terkini

Sejumlah bank sentral dunia mulai bersiap menghadapi ketidakstabilan moneter di masa depan, terutama dalam komposisi cadangan  dalam dollar AS.

Perkembangan terakhir sejumlah bank sentral negara berkembang dan eropa menambah cadangan emasnya dalam 6 bulan terakhir.


Banku sentral Brasil baru-baru ini membeli lebih dari 62 ton emas. Tidak hanya besar dari segi volume, tetapi juga dilihujj at bdari kecepatannya. Media Gold Telegraph melaporkan pembelian 62 ton itu hanya dalam rentang 3 bulan. Sehingga cadangan emas Brazil saat ini menjadi hmm jj 130 ton.

Bank sentral di seluruh dunia saat ini mengalami kenaikan cadangan emas 333,2 ton atau naik 39% paruh pertama dalam 5 tahun terakhir. Dan naik 199,9 ton dalam kwartal ke dua. Pembelian terbesar datang dari Thailand dan Hungaria (termasuk Brazil) dengan total pembeliap k
n 214 ton.


Data dari WGC permintaan emas perhiasan dalam paruh pertama 2021 sejumlah 873,3 ton atau 17% lebih rendah dibanding rata-rata tahun 2019. 

Mesir mengalami kenaikan tajam 58,5% atau 14,9 ton permintaan emas secara umum dibandingkan dengan kenaikan 9,4 ton (year on year)  tahun 2019 . Untuk emaa perhiasan sendiri naik 13,6 ton dalam paruh pertama 2021 atau naik 58% dibanding tahun lalu. Sedangkan untuk produk emas batangan dan koin emas permintaan naik 33,3% atau  1,2 ton, dibanding periode yang sama tahun lalu dengan kenaikan hanya 0,9 ton.

Sedangkan permintaan global produk emas batangan dan koin emas sejumlah 594,5 ton dalam paruh pertama 2021, yang tertinggi sejak 2013.

Sumber : kitco.com

Thursday, August 12, 2021

Membaca maksud terselubung China di Afghanistan

Delegasi Taliban melakukan kunjungan ke China pada 28 Juli lalu dalam rangka melakukan perbincangan mengenai situasi di Afghanistan.

Dalam kesempatan itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, Taliban memiliki peran penting dalam proses perdamaian, rekonsiliasi, dan rekonstruksi Afghanistan.Wang juga menyerang AS dengan menyebut penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan menunjukkan kegagalan kebijakan AS terhadap Afghanistan.

Banyak warga Afganistan optimistis bahwa meningkatnya hubungan diplomatik dan ekonomi dengan China akan membawa perdamaian di negara yang dikoyak perang itu.

Taliban pun tahu bahwa ini murni sebagai pendekatan strategis untuk mendapatkan dukungan dari kekuatan global untuk merintangi kekuasaan AS.

Pertemuan intens Taliban-China ini bisa dikatakan menjadi sejarah bagi diplomasi negari tirai bambu tsb.

Meskipun China berbagi perbatasan sepanjang 76 km dengan Afghanistan, hubungan dengan Kabul tidak pernah setinggi ini hingga AS membentuk pangkalan militer di sana setelah serangan 11 September 2001.

Bahkan setelah itu, China terus menghindari keterlibatan besar dalam urusan Afghanistan untuk waktu yang lama.

Namun, ketika mantan Presiden AS Barack Obama memutuskan untuk menarik pasukan dari Afghanistan pada tahun 2011, Beijing mulai meningkatkan keterlibatannya dengan Kabul.

Setelah itu, China mulai memfasilitasi rekonsiliasi antara pemerintah Afghanistan dan Taliban. China juga menjadi tuan rumah proses Istanbul di Beijing pada Oktober 2014.


Memastikan Proyek Ekonomi

Di balik “permukaan”, kepentingan China untuk terlibat dalam upaya resolusi konflik ini adalah ekonomi.

Afghanistan memiliki cadangan sumber daya alam terbesar di dunia yang belum dieksploitasi seperti tembaga, batu bara, kobalt, merkuri, emas, dan lithium, senilai lebih dari USD1 Triliun.

China saat ini juga merupakan investor asing terbesar di negara tersebut, bersaing dengan India.

Oleh karena itu, stabilitas Afganistan adalah kunci keberhasilan proyek-proyek utama China di Asia Selatan dan Tengah.

Koridor Ekonomi China-Pakistan adalah proyek unggulan China di kawasan itu dan kedua negara ingin melibatkan Afghanistan melalui jalur jalan raya dan kereta api.

Oleh karena itu, China bersama Pakistan menekan koridor ekonomi (CPEC) yang merupakan bagian dari Belt Road Iniative (BRI). Inisiatif ini dibentuk sejak tahun 2013.

CPEC tidak hanya akan menguntungkan China dan Pakistan tetapi akan berdampak positif juga bagi Afghanistan, dan kawasan.

China juga berkepentingan menggandeng Pakistan minimal pada dua hal: merintangi manuver ekonomi India di kawasan dan memastikan Taliban-Pakistan tidak menyerang proyek CPEC.

Pakistan adalah sekutu China yang paling kuat dan China akan sangat bergantung pada Pakistan untuk memastikan proyek-proyeknya di Afghanistan dan secara regional aman.

Itu sebabnya China telah menekan Pakistan untuk meyakinkan Taliban untuk lebih fleksibel, seperti yang dimanifestasikan oleh saran Wang bahwa “China dan Pakistan harus terus memperkuat strategi koordinasi untuk memberikan pengaruh yang lebih positif pada proses perdamaian di Afghanistan.”


Mengunci India

Kesepakatan yang disepakati China dan Pakistan bernilai USD46 miliar dolar (Rp662 triliun) atau setara dengan 20 persen dari PDB Pakistan.

Oleh karena itu, alih-alih menjadi konflik antara Taliban dan Afghanistan an sich, situasi di negara Asia Tengah itu telah berubah menjadi pertarungan kawasan dengan melibatkan aliansi Rusia-China dan AS-India.

Kepentingan geopolitik inilah yang menjadi faktor kedua masuknya China ke Afghanistan. Jika Afghanistan tidak stabil, kondisi ini berimbas kepada koridor Belt Road Iniative yang membuka peluang bagi India untuk menguasai kawasan.

Dengan demikian, ikhtiar minimal China adalah jangan sampai instabilitas Afghanistan membuka celah masuknya pesaing utama di kawasan.

Sejak invasi AS pada 2001, India mencoba menanamkan pengaruh di Afghanistan.

Sejauh ini New Delhi sudah mengucurkan dana bantuan rekonstruksi senilai USD3 miliar atau setara Rp43,1 triliun yang merupakan terbesar di kawasan.

Pada November 2020, India mengumumkan 150 proyek baru senilai USD 80 juta di Afghanistan.

Bahkan sebelum berkuasa, para penguasa saat ini dan para penguasa di Kabul memiliki hubungan kuat dengan India.

Baik itu Presiden Ashraf Ghani, mantan kepala eksekutif Abdullah Abdullah, atau mantan presiden Hamid Karzai, semua telah tinggal di India selama bertahun-tahun di beberapa titik dalam kehidupan mereka.

Di sinilah kemudian, India masuk untuk turut melakukan negosiasi dengan berbagai pihak, termasuk Taliban.

Dengan militer AS dan NATO dalam tahap akhir menarik pasukannya pada 11 September, India bersiap untuk masa-masa yang penuh gejolak.

Ongkos mahal yang sudah dikeluarkan India tidak akan mereka biarkan begitu saja untuk membiarkan aliansi China-Pakistan menguasai Afghanistan.


Mengelola Keamanan Perbatasan

Faktor ketiga adalah mengelola keamanan di kawasan. Bagi China, Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM), yang didirikan di Pakistan tahun 1997, merupakan ancaman bagi negaranya dan telah ditetapkan China sebagai kelompok “teroris”. Hal inilah yang membuat Beijing sangat murka saat Washington menghapus ETIM dari daftar kelompok teror.

Sebaliknya, penghapusan ETIM dari daftar teroris oleh Amerika disambut suka cita oleh komunitas Uyghur. Mereka mengatakan langkah yang diambil pemerintah Amerika pada November lalu itu membantu kelompok minoritas agama untuk dapat memperjuangkan hak-hak secara lebih efektif.

Menurut laporan Dewan Keamanan PBB baru-baru ini, ETIM memiliki sekitar 500 pejuang di Afghanistan utara, sebagian besar terletak di provinsi Badakhshan, yang berbatasan dengan Xinjiang di China melalui Koridor Wakhan.

Sebagian besar Badakhshan sekarang berada di bawah kendali Taliban.

Taliban secara tradisional memiliki hubungan dekat dengan ETIM dan tidak mengizinkan kelompok manapun menjadikan Afghanistan untuk menyerang negara lain.

“Ini adalah komitmen kami di bawah perjanjian Doha. Kami mematuhi kesepakatan itu," kata jubir Taliban Suhael Saheen.

Terlepas dari pembahasan di atas, situasi di Afghanistan sangat kompleks. Perubahan eskalasi politik bisa sangat berpengaruh terhadap situasi di lapangan.

Sebagaimana dikatakan juru bicara Taliban Mohammad Naeem kepada Anadolu Agency terkait perjanjian dengan AS: “Jika salah satu pihak tidak mematuhi kewajibannya, itu berarti melanggar perjanjian itu sendiri, dan begitulah syaratnya."

Pesan tersebut juga dapat berlaku kepada China.


Sumber : Anadolu Agency (Pizaro Gozali idrus)

Potensi Kenaikan Harga Emas

Harga emas kembali naik setelah mengalami tekanan pekan lalu. Pagi ini harga emas internasional berada di angka US$ 1.751 setelah sebelumnya US$ 1.712

Salah seorang analis dari Bloomber Intelligence Mike McGlone menyatakan bahwa apa yang terjadi pekan lalu hanya kejutan kecil dari tren kenaikan harga emas saat ini.


Pemerintah AS kemarin mengumumkan defisit anggaran bulan Juli lalu sebesar $302 miliar Dollar. Ini adalah rekor tertinggi defisit di bulan Juli. Stimulus ekomoni berupa bantuan bagi warga yang terdampak pandemi masih menjadi faktor utama naiknya defisit anggaran AS, faktor berikutnya adalah turunnya penerimaan pajak sebesar 54% atau hanya sebesar $ 262 miliar selama bulan Juli lalu.

Tingginnya angka inflasi juga masih membayangi ekonomi AS. Bulan Juli lalu inflasi masih naik di angka 5,4 yang mana rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Dalam ekonomi AS angka inflasi menjadi salah satu indikator utama ekonomi mereka.

Faktor-faktor di atas masih berpotensi memicu kenaikan emas dalam jangka menengah dan panjang. 

Sumber : Kitco.com

Saturday, August 7, 2021

Harga Emas kembali Alami Tekanan dari Dollar

Harga emas internasional jatuh $50 Dollar Jumat (6/8) kemarin. Pagi ini harga emas di angka $1.758 per troy once, pada Jumat pagi masih di posisi $1.801 per troy ounce.  Penurunan ini dipicu oleh laporan yang baru dirilis mengenai adanya tambahan 943.000 lapangan kerja baru sepanjang bulan Juli lalu di Amerika Serikat. Hal ini melebihi ekspetasi sebelumnya yaitu 870.000 peluang kerja baru. Tingkat pengangguran pun jatuh di angka 5,4%.
 
Laporan ini memicu kenaikan indeks Dollar AS  dan tingkat suku bunga. Indeks Dollar  mencapai angka 95, sedangkan terendahnya 70,6 ketika krisis finansial tahun 2008. Maka karena nilai Dollar berbanding terbalik dengan harga emas, emas pun jatuh 2,5% Jumat malam.

"Namun kondisi pandemi menyebabkan ekonomi secara umum masih lemah, yang ditandai dengan tigginya inflasi. Setelah pandemi berakhir, maka yang tersisa adalah masalah ekonomi, dan ini mendukung kenaikan harga emas, jadi tetap fokus untuk jangka panjang" kata John Reade dari World Gold Council.

Sumber : kitco.com


Tuesday, August 3, 2021

Kandungan Emas dan Perak Olimpiade Tokyo 2020


Bukan rahasia lagi bila medali emas olimpiade tidak seluruhnya mengandung  emas . Jadi berapa banyak kandungan emas sesungguhnya pada setiap medali emas Olimpiade. Bagaimana dengan medali perak dan perunggu? Berikut rinciannya :

Medali emas : Medali emas olimpiade Tokyo 2020 hanya mengandung 1,2 % emas, sisanya adalah 98,8% perak.

Medali perak : Medali perak mengandung 100% perak dan sama beratnya dengan medali emas.

Medali perunggu : Medali perunggu beratnya lebih ringan, mengandung 95% tembaga dan 5% seng.

Data ini berasal dari Kitco.com yang berasal dari Compound Interest 

Namun yang jauh lebih menarik adalah bagaimana proses produksi sekitar 5.000 medali yang saat ini sedang diperebutkan di ajang Olimpiade Tokyo 2020 itu.

Sebagai bagian dari "proyek medali Tokyo 2020", Jepang mengumpulkan sekitar 78.985 ton perangkat mini elektronik, termasuk di dalamnya 6,21 juta handphone. Seluruh perangkat ini dikumpulkan di seluruh penjuru Jepang mulai April 2017 hingga akhir Maret 2019.

Maka setelah perangkat-perangkat itu  didaur ulang terkumpulah sekitar 32 kg emas, 3.500 kg perak, dan  2.200 kg perunggu.

" Setiap medali yang diberikan kepada atlit seama olimpiade Tokyo 2020 berasal dari logam daur ulang. Kami berterima kasih kepada setiap orang yang terlibat dalam proyek ini. Kami berharap proyek daur ulang barang-barang elektronik ini sebagai usaha kami untuk berkontribusi dalam membangun masyatakat yang ramah lingkungan menjadi warisan Olimpiade Tokyo 2020" kata panitia dalam laman blognya.

Perang Dagang antara Kapitalis Barat dan Timur

Ada pergeseran signifikan dalam bulan-bulan terakhir dalam geopolitik global, terutama bagi AS hal ini bisa dilihat dari penarikan tentara di Afghanistan, begitu pula perang diplomasi AS terhadap Iran yang terus menurun, demikian pula susutnya kehadiran tentara AS di Irak 

AS saat ini melihat bandul keuntungan kerjasama strategis beralih ke Cina-Rusia, sehingga berusaha melonggarkan dukungannya terhadap kawasan Asia. Di kala produksi berbasis ekonomi meningkat di Cina, ekonomi AS tetap melemah di tengah tingginya angka inflasi.

Perang Dagang Jilid 2

Perang dagang terus berlanjut antara AS dan Cina. Selama pandemi kenaikan total  tabungan penduduk tidak terjadi di Amerika, yang terjadi adalah naiknya defisit anggaran pemerintah , yang tercermin dalam kenaikan defisit neraca perdagangan (total impor lebih besar dari ekspor). Persentase terbesar tentu dengan Cina.

Sebaliknya ekspor netto Cina meningkat, yang  pada tahun 2020 berkontribusi 28% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita (GDP) Cina, merupakan yang tertinggi sejak tahun 2000. Hal ini terjadi pada paruh kedua tahun 2000 dan berlanjut hingga tahun ini. Ini terjadi ketika Amerika dan negara-negara lain melonggarkan pembatasan covid 19, sehingga menaikkan konsumsi. Artinya kenaikan konsumsi ini mendongkrak impor negara-negara tsb dari Cina. Ditambah lagi dengan nilai Dollar yang tinggi saat ini menambah keuntungan ekspor Cina ke Amerika. Oleh karenanya pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk menurunkan nilai Dollar, agar mengurangi keuntungan Cina dalam surplus neraca perdagangannya dengan AS. Namun hal ini tentu tidak populer bagi investor global karena total US$ 31 triliun yang diinvestasikan dalam bentuk aset finansial dan Dollar yang dipegang tunai.

Saat ini Cina sedang mengurangi ketergantungan  ekonomi dari AS dan sekutu-sekutunya.

Pada tahun 2015 Qiao Liang seorang Mayor Jendral di Angkatan Bersenjata Cina (PLA) dan analis geopolitik, memberi pidato di komite sentral Partai Komunis Cina (CCP).Dalam pidatonya Qiao menjelaskan bahwa ia telah mempelajari teori keuangan dan menemukan bahwa AS menjadikan Dollar sebagai mata uang global dalam rangka memelihara hegemoni mereka di dunia. Dia memberi kesimpulan bahwa AS akan melakukan apa saja termasuk perang untuk menjaga dominasi Dollar dalam perdagangan dunia.

Qiao memberi gambaran bagaimana Amerika Serikat memompa mata uang 
Amerika Latin, sebelum kemudian menjatuhkannya pada tahun 1970-an. Trik yang sama juga diterapkan di Asia Tenggara pada tahun 1990-an , tujuannya untuk menghancurkan mata uang negara menjadi amat murah terhadap Dollar, kemudian perusahaan-perusahaan Amerika akan memborong set-aset nasional negara tsb.

Kesimpulan dari perang dagang antara AS dan Cina adalah Amerika tidak mampu lagi untuk mempetahankan hegemoni Dollar sebagai mata uang utama dunia terhadap Cina. Tidak hanya kerena Cina dapat meredam strategi Amerika, namum karena ketidakstabilan ekonomi Amerika. Ekonomi AS saat in berada dalam kondisi bubble atau gelembung yang dapat pecah sewaktu-waktu.

Jatuhnya nilai aset finansial akan menghancurkan ekonomi Amerika. Satu-satunya senjata AS untuk mengatasinya adalah dengan ekspansi moneter, yaitu dengan membeli aset-aset tsb, yang ujung-ujungnya adalah kejatuhan nilai Dollar itu sendiri.

Strategi Masa Depan Cina

Salah satu implementasi dari strategi Cina adalah mengurangi ketidakseimbangan neraca perdagangan dengan  negara-negara non-asia dengan cara mendorong ekspansi kelas menengah mereka. 

Cina melihat masa depan mereka ada pada hubungan dagang dengan negara-negara Asia dimana pengaruh Amerika terhadap negara-negara tsb mulai berkurang. Hubungan Cina dengan negara-negara Eropa dan Amerika hanya sekadar mengamankan suplay komoditas dam bahan baku semata. Saat ini Inggris telah keluar dari Uni Eropa, dan pengaruh AS terhadap benua tsb pun telah memudar. Pada dekade mendatang perdagangan antara Uni Eropa dan Rusia akan semakin meningkat, dengan Jerman sebagai negara produktif Eropa yang sebagai penggerak utama bersama negara-negara Eropa lainnya.

Minat Amerika Serikat terhadap Ukraina dan kawasan Timur Tengah pun mulai menurun, karena AS telah berhitung bahwa dukungan Eropa terhadapnya di masa depan akan berakhir. Lebih jauh kebijakan sosial-demokrat negara-negara barat tidak lagi tertarik kepada negara-negara Asia, termasuk Cina.
 
Amerika juga memberi sinyal bahwa mereka mengalami kekalahan dalam  perang finansial melawan Cina. Buktinya adalah penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan menurunnya ancaman terhadap Iran, serta lampu hijau dari AS terhadap Cina untuk rekonstruksi di Suriah dan Lebanon, begitu pula di Irak.


Peran Emas bagi Cina dalam Geostrategi

Antara tahun 1983 hingga 2002 sebelum rakyat Cina diizinkan untuk memiliki emas dan sebelum Bursa Emas Shanghai dibuka, estimasi cadangan emas Cina sekitar 20.000 ton (namun tidak diumumkan secara resmi). Sejak itu Cina aktif berinvestasi di perusahaan produksi tambang dan sempat menjadi negara produsen emas terbesar di dunia.

Keinginan besar Cina untuk menjual cadangan Dollarnya dengan emas adalah sinyal lunturnya kepercayaan mereka terhadap Dollar. 

Mesti diingat bahwa pada era 1980-an negara-negara eksportir melakukan diversifikasi penghasilan dari perdagangan luar negerinya sejumlah 10-15% dalam bentuk emas. Jerman melakukan hal serupa bertahun-tahun setelah perang dunia, demikian pula sebagian negara-negara Arab dengan penghasilan minyaknya.

Cadangan emas Cina juga merupakan strategi rahasia mereka. Apabila perang dagang antara AS-Cina meningkat menjadi perang militer, maka deklarasi Cina mengenai jumlah cadangan emas mereka yang sesugguhnya akan menjadi torpedo bagi Dollar yang membuat AS kesulitan membiayai perang. Rakyat Cina sendiri diperkirakan mempunyai total simpanan emas sebesar 17.000 ton.

Apabila Dollar AS mengalami krisis yang parah, sebagai mata uang utama  dunia, maka hal ini akan menjadi masalah rumit bagi seluruh mata uang dunia, termasuk mata uang Cina Yuan, nilai emas akan melonjak signifikan dan Cina akan mendapat keuntungan dengan cadangan emasnya.

Sumber :.goldmoney.com Alasdair Mcleod