www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, August 23, 2021

Taliban dan Intervensi Finansial Amerika

Walaupun Taliban telah mengusai pemerintahan Afghanistan dan Amerika hengkang dari sana sejumlah masalah masih membayangi penguasa baru tsb . Salah satunya adalah finansial. 

Potensi kekayaan sumber daya alam negeri Afghan bernilai sekitar $1 triliun, namun  SDM domestik belum dapat mengoptimalkannya, karena perang panjang beberapa dekade terakhir.

Selama pemerintahan  sebelumnya yang didukung AS dan sekutunya, keuangan Afghanistan 80% berasal dari donatur internasional. Dan Amerika mempunyai kontrol ketat terhadap organisasi-organisasi tsb yang dengan mudah mendikte aliran dana yang masuk ke Afghan.

Begitu pula lembaga keuangan internasional IMF, yang pemegang saham terbesarnya adalah Amerika. Rabu (18/8) pekan lalu IMF menolak akses cadangan devisa Afghanistan sejumlah $500 juta yang semula akan diberikan kepada  pemerintahan Afghanistan. Penolakan IMF ini terjadi sehari setelah pemerintahan AS Joe Biden membekukan $9,5 miliar aset Afghanistan yang terasimpan di bank sentral dan menghentikan pengiriman Dollar tunai dengan kapal laut ke negara tsb. IMF berdalih kebijakan ini diambil karena pemerintahan baru Afghanistan tidak mendapat pengakuan internasional. Tentu saja ada Amerika di balik itu semua.

Secara militer Amerika sudah lelah berperang di Afghan. Total biaya yang dikeluarkan AS selama 20 tahun invasi sebesar US$2,26 triliun atau Rp31.700 triliun. Tentara Amerika yang tewas sejumlah 2.448 jiwa. Namun Taliban masih bisa bertahan dengan perang gerilya.

Hingga akhir tahun 2020, sebagian besar simpanan deposit di bank-bank Afghan dalam bentuk mata uang asing yang tentu saja terkait erat dengan Dollar AS.

Bantuan finansial dari Cina dan Rusia terhadap ekonomi Afghan sangat mungkin mengalir, namun dominasin Dollar sudah mengakat selama 20 tahun terakhir. Maka pemecahan masalah finansial menjadi salah satu isu utama negeri Islam yang diperebutkan investor berbagai kekuatan utama dunia saat ini. Menarik apa yang dikatakan salah seorang pejuang pergerakan muslim Moro di Piliphina bahwa memimpin sebuah pemerintahan jauh lebih sulit dibanding berperang mengangkat senjata.

Sumber : washingtonpost.com


No comments: