www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Saturday, October 28, 2023

Mossad Tak Secanggih yang Di gadang-gadang

Gagalnya Mossad –yang diklaim intelijen paling wahid—dalam menangkal serangan pejuang milik Hamas tidak lepas dari kesombongan penjajah ‘Israel’ yang telah mendewakan dirinya pemenang perang melawan Palestina

SERANGAN Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023 terhadap militer kolonialis ‘Israel’ tidak diragukan lagi merupakan peristiwa bersejarah dan akan dikenang selama beberapa generasi mendatang.

Badan intelijen ‘Israel’ Mossad, yang selama ini dielu-elukan sebagai organisasi mata-mata tercanggih di dunia, ternyata berhasil dikelabuhi Hamas. Peralatan intelijen dan pengawasan Mossad yang banyak digembar-gemborkan gagal total menangkal serangan Hamas.

Dalam realitanya, Operasi Taufan Al-Aqsha berhasil melumpuhkan markas komando militer kolonial ‘Israel’ di perbatasan Gaza, meghancurkan tank-tank, merampas peralatan militer, dan menewaskan ratusan para tentara, dan menyandera banyak perwira.

Tiga puluh enam jam setelah serangan Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas, Menteri Keamanan kolonial ‘Israel’ Itamar Ben-Gvir akhirnya muncul di tengah publik menyerukan kehancuran total Hamas sambil mencoba mengalihkan perhatian masyarakat dari kegagalannya.

“Negara ‘Israel’ sedang mengalami salah satu peristiwa tersulit dalam sejarahnya. Ini bukan waktunya untuk bertanya, menguji, dan menyelidiki,” ujarnya.

Strategi militer Hamas

Penulis melihat ada dua hal di balik kesukesan Hamas mengelabuhi intelijen dan militer penjajah. Ini tentu sangat menarik.

Bagaimana mungkin Hamas yang hanya menguasai wilayah kecil Gaza seluas 365 KM persegi (atau hanya setengah Jakarta) berhasil menaklukan pasukan kolonialis Israel yang didung polisi dunia dengan uang dan persenjataan canggihnya.

Pertama, terjadinya transformasi militer Al-Qassam. Harus diakui Hamas bukanlah gerakan Islam tradisional. Mereka telah berkembang menjadi gerakan Islam modern yang memiliki kader-kader ahli tidak hanya pada tataran keagamaan tapi juga saintis, teknokrat, dan ahli militer.

Hamas memiliki beragam persenjataan yang dibangun selama bertahun-tahun. Britain’s International Institute for Strategic Studies (IISS) menyebut Brigade Al-Qassam memiliki anggota sekitar 15.000. Dalam versi lain, ada yang menyebutnya 40.000 milisi.

Tak hanya itu Hamas pun berhasil membuat persenjataan made in local seperti; drone, ranjau, peluru kendali anti-tank dan lain sebagainya. Mayoritas roketnya juga diproduksi secara lokal, meski belum sempurna secara teknologi.

Meski Mossad dan intelijen ‘Israel’ kerap disebut sebagai organisasi militer yang sangat unggul, fakta menunjukkan situasi sebaliknya.

Kedua, kematangan strategi militer Hamas. Majalah Economist pada (9/10) menurunkan tulisan menarik yang berjudul: Hamas’s attack was an Israeli intelligence failure on multiple fronts. Media berbasis di Inggris itu mengulas lebih jauh bagaimana kehebatan operasi militer Hamas Hamas yang berhasil melumpuhkan kekuatan militer penjajah.

Economist mengatakan Hamas melancarkan operasi militer seperti yang tertera dalam buku teks perang. Mereka memulai serangan secara hati-hati terhadap sensor dan komunikasi militer ‘Israel’.

Banyak kamera pengintai ‘Israel’ menjadi sasaran penembak jitu dan berhasil dinonaktifkan oleh Hamas.

Perang perangat elektronik juga terlibat dalam operasi Hamas. Serangan komando terhadap markas besar komando ‘Israel’ di Gaza selatan mengganggu komunikasinya dan mencegah para komandan mengeluarkan sinyal peringatan.

Selanjutnya, puluhan kendaraan dan ratusan personel militer Hamas bergerak menerobos pagar perbatasan yang dibangun penjajah. Serangan tersebut juga memanfaatkan apa yang disebut oleh militer sebagai perang senjata gabungan: salvo roket besar-besaran saat fajar, pergerakan militer di darat, peﷺat tempur yang menggunakan peﷺat layang bertenaga, dan serangan melalui jalur laut.

Korban tewas pihak ‘Israel’ telah mencapai 1.400 orang dan jumlah orang yang diculik dan ditahan di Gaza mencapai lebih dari 224 orang. The New York Times melaporkan bahwa intelijen ‘Israel’ mengeluarkan peringatan khusus kepada penjaga perbatasan segera sebelum serangan, menandai adanya lonjakan aktivitas, namun peringatan tersebut tidak diindahkan karena alasan yang tidak jelas.

Ini terjadi di tengah perang asimetris antara militer Hamas dengan pasukan kolonial, di mana, menurut IISS, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berjumlah 169.500, 126.000 di antaranya adalah tentara, mempunyai 400.000 tentara cadangan, pertahanan berteknologi sistem anti-rudal “Iron Dome”, 1.300 tank, 345 jet tempur dan persenjataan artileri, drone, dan kapal selam canggih.

Namun semuanya itu kini hanya tinggal barisan angka yang sepenuhnya gagal total mencegah manuver militer Hamas.

Kesombongan kolonial

Sejatinya gagalnya Mossad dalam menangkal serangan Hamas tidak lepas dari kesombongan kolonial yang telah mendewakan dirinya sebagai pemenang perang melawan Palestina.

Hamas mengambil keuntungan dari persepsi ini yang secara bertahap melaksanakan rencana serangannya, mulai dari membuat roket yang ditembakkan ke kota-kota ‘Israel’ hingga merobohkan pagar yang memisahkan Gaza dari ‘Israel’.

Profesor Hukum Internasional Queen Mary University of London, Neve Gordon, mengatakan unit-unit intelijen beroperasi berdasarkan paradigma kolonial yang salah, yakni menganggap Hamas lemah dan kurang memiliki ketajaman strategis, sehingga mereka gagal mengindentifikasi kekuatan Hamas yang sesungguhnya.

Beberapa pekan sebelum serangan Hamas, Perdana Menteri ‘Israel’Benjamin Netanyahu sesumbar bahwa dunia Arab sudah memasuki era baru dengan melakukan rekonsiliasi dengan penjajah.

Netanyahu menganggap bahwa sudah tidak ada lagi perlawanan berarti dari kelompok kemerdekaan Palestina untuk melawan agresi ‘Israel’.

Namun, fakta yang terjadi jauh dari ucapan kepongahan Netanyahu. “Operasi Taufan Al-Aqsha” adalah cara Hamas mengintrupsi dunia global bahwa perjuangan kemerdakaan Palestina belum mati di atas pesta pora normalisasi negara-negara Timur Tengah dengan kolonialis Israel.

Di tengah keputusasaan, militer ‘Israel’ kini menebar selebaran di Jalur Gaza yang isinya, siapa saja yang bisa memberi informasi mengenai keberaraan sandera yang ditahan Hamas dan pejuang lainnya akan mendapat perlindungan dan hadiah.

Selebaran itu juga mencantumkan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk memberikan informasi. Namun warga Gaza mengumpulkan selebaran tersebut kemudian merobeknya, sebagai bentuk dukungan mereka terhadap kelompok pejuang Palestina.

Hingga kini, masih belum jelas berapa lama lagi perang akan berlanjut. Namun satu hal yang pasti: Palestina telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mahir dalam melemahkan kekuatan militer yang jauh lebih kuat dan lengka.

Sumber: Pizaro Gozali, Hidayatullah.com


Wednesday, October 25, 2023

Presiden China Pecat Menteri Pertahanan

Pemerintah China mencopot beberapa menteri dalam kabinetnya, Selasa. Ini terjadi saat negara itu dalam perombakan besar-besaran di kepemimpinan puncak.

Pengumuman ini muncul di stasiun televisi negara CCTV. Salah satunya Menteri Pertahanan (Menhan) Li Shangfu yang dipecat dari posisinya di Kementerian dan Dewan Negara.

Selain itu, mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Qin Gang juga dicopot dari Dewan Negara. Namun tidak ada alasan yang jelas mengapa para menteri tersebut tidak lagi menjabat.

Pengganti Li sebagai Menhan tidak diumumkan secara pasti. Khusus posisi Qin sebagai Menlu, dirinya telah digantikan pendahulunya, Wang Yi.

Selain Qin dan Li, CCTV juga mengumumkan  bahwa Menteri Sains dan Teknologi Wang Zhigang dan Menteri Keuangan Liu Kun telah dicopot dari jabatan mereka. Mereka akan digantikan oleh Sekretaris Partai di Kementerian Sains dan Teknologi saat ini, Yin Hejun, dan Sekretaris Partai di Kementerian Keuangan, Lan Fo'an.

Para ahli mengatakan pengumuman memperdalam ketidakpastian seputar kepemimpinan puncak China. Pakar politik China di Asia Society Policy Institute, Neil Thomas, mengatakan bahwa pergolakan baru-baru ini mengisyaratkan adanya kekurangan dalam proses pengecekan pejabat tinggi dalam Kongres Partai ke-20 tahun lalu.

"Namun pemecatan Li dan Qin "tidak mungkin secara signifikan melemahkan otoritas politik (Xi), karena keduanya bukan bagian dari lingkaran dalamnya", kata Thomas, dikutip AFP, Rabu (25/10/2023).

"Pembersihan mereka memperkuat pejabat lain tentang pentingnya mempertahankan dukungan Xi," tambahnya.

Peneliti senior dan direktur Program China di Stimson Center di Washington, Yun Sun, mengatakan pergantian ini menunjukan Presiden China Xi Jinping memiliki pandangan keputusan seperti itu tidak memiliki dampak besar.

"(Ini menunjukan) kendali Xi sebagai kekuatan yang tak tertandingi," katanya.

Pengamat lain, penerbit buletin China Neican Adam Ni, mengatakan bahwa pemecatan tersebut menunjukkan adanya politik elit yang sedang bermain. Menurutnya, perombakan ini menunjukan ketidakstabilan kepemimpinan.

"Semua orang di bawah Xi dengan pengecualian sangat sedikit akan menjadi sasaran jatuhnya kekuasaan dengan cepat. Bisa dipetik dan dibuang," kata Ni.

Berita ini timbul setelah berbulan-bulan spekulasi mengenai kabinet negara tersebut. Termasuk kebingungan atas pemecatan mendadak Qin dari jabatannya pada bulan Juli tanpa penjelasan dan ketidakhadiran Li selama berbulan-bulan di hadapan publik.

Li terakhir terlihat di Beijing pada 29 Agustus saat menyampaikan pidato penting di forum keamanan dengan negara-negara Afrika. Sebelumnya ia mengadakan pertemuan tingkat tinggi selama perjalanan ke Rusia dan Belarusia.

Hilangnya Li dari publik sendiri mengikuti apa yang terjadi pada mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Qin Gang Juni lalu. Qin diketahui absen dari beberapa forum internasional sebelum digantikan oleh Wang Yi.

Desas-desus tentang alasan di balik hilangnya Qin pun muncul. Yang sering kali terdengar ialah masalah kesehatan yang meliputi diplomat tinggi berusia 57 tahun itu.

Namun ada isu yang meliputi hubungan Qin dengan Wang seperti perebutan kekuasaan. Muncul juga dugaan perselingkuhan Qin dengan pembawa acara TV bernama Fu Xiaotian.

Di balik alasan-alasan tersebut, hilangnya Qin dan Li terjadi ketika Presiden China Xi Jinping berupaya menghilangkan segala ancaman dan kerentanan dalam upaya meningkatkan keamanan nasional, di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara Barat.

Sebelum dipecat, Li dan Qin merupakan salah satu dari lima anggota Dewan Negara China, posisi senior dalam kabinet yang melebihi menteri biasa. Li juga duduk di Komisi Militer Pusat, sebuah badan kuat yang dipimpin oleh Xi yang memimpin angkatan bersenjata.

sumber : CNBC.com




Monday, October 23, 2023

Zionis Memulai serangan Darat di Gaza

Selama 16 hari berturut-turut, Brigade Al-Qassam, sayap militer pejuang kemerdekaan Palestina dari Hamas terus mengebom posisi dan pemukiman musuh, hingga Tel Aviv dan Haifa.

Sejak hari pertama, mereka berhasil membunuh ratusan tentara dan menangkap sekitar 200 milisi Zionis. Sementara rudal-rudal Al-Qassam membombardir Haifa, Tel Aviv, Bandara Ben Gurion, Ashkelon, dan lainnya dengan salvo rudal besar, demikian lansir laman resminya, alqassam.ps, Ahad (22/10/2023).

Di samping itu, mujahidin Al-Qassam juga melakukan penyergapan terhadap pasukan lapis baja Zionis di timur Khan Yunis setelah pasukan tersebut melintasi pagar sementara selama beberapa meter.

Mujahidin Al-Qassam bentrok dengan pasukan penyusup, di mana Al-Qassam berhasil menghancurkan dua buldoser dan sebuah tank. Hal ini memaksa pasukan penjajah mundur, dan kembali ke markas mereka.

Menurut Younis Tirawi, seorang reporter Palestina yang membagikan video konfrontasi tersebut secara online, mengutip pernyataan resmi pejuang Al-Qassam atas keberhasilan ini.

Pejuang menyergap unit militer ‘Israel’ di Khan Yunis setelah melewati pagar pemisah. Para pejuang bentrok dengan unit tersebut, menghancurkan 2 buldoser dan sebuah tank, memaksa mereka mundur dan para pejuang kami kembali dengan selamat ke pangkalan mereka.”

Semnetara pihak ‘Israel’ mengakui bahwa seorang tentara tewas dan 3 lainnya luka-luka setelah pasukan lapis baja disergap oleh Brigade Al-Qassam di timur Khan Yunis.*

Sumber : Hidayatullah.com




Wednesday, October 18, 2023

Pemerintah Malaysia akan Tinjau Ulang Dinar sebagai Cadangan Devisa


Pemerintah Malaysia akan meninjau kembali penggunaan Dinar sebagai cadangan devisa negara, sebagai mana yang dilaporkan oleh Dewan Rakyat.

PM Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim mengatakan kebijakan ini akan dibahas dalam konferensi Ekonomi dan Keuangan Islam Desember mendatang di Kuala Lumpur. 

Anwar Ibrahim menjelaskan "Kami Ingin memulai penggunaan Dinar walau dalam lingkup terbatas." Seperti yang kami ungkap sebelumnya penggunaan Ringgit dan Renminbi dalam perdagangan dengan Cina telah mencapai 25%.%

"Apabila kami dapat mencapai 5 hingga 6% penggunaan Dinar dengan negara-negara Islam maka ini adalah awal yang baik dalam membangun kekuatan dan mengurangi ketergantungan terhadap Dollar" kata Anwar Ibrahim dalam sesi tanya jawab Perdana Menteri.

Pernyataan ini sebagai respon dari pertanyaan anggota parlemen Ku Abdruhman Ku Ismail yang menanyakan penggunaan mata uang Dinar dan konsekuensinya terhadap negara-negara lain yang masih menggunakan Dollar.

Negara-negara Islam tidaklah asing dengan Dinar. Apalagi  dengan pertumbuhan lebih dari 1 triliun Dollar dalam industri halal, maka negara-negara lain akan well informed dengan Dinar.



Sumber: newstraitstimes.com










Sunday, October 15, 2023

Ekskalasi Perang Hamas Vs Zionis , AS Minta Bantuan China

Memanasnya kondisi geopolitik Timur Tengah pasca serangan kelompok pejuang Palestina Hamas dengan Brigade Izzuddin Al Qassam ke wilayah penjajah zionis membuat Amerika Serikat (AS) ikut turun tangan. Washington telah meminta China untuk ikut andil dalam mewujudkan stabilitas di kawasan itu.

Dalam sebuah pertemuan antara Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer dengan Presiden China Xi Jinping, Senin (9/10/2023), Negeri Paman Sam meminta agar Beijing mampu menggunakan pengaruhnya dengan Iran untuk mencegah meluasnya perang Hamas-penajajah Zionis.

"Beberapa dari kami mengajukan permintaan agar China menggunakan pengaruhnya terhadap Iran untuk tidak membiarkan kebakaran besar meluas," kata Schumer kepada wartawan dalam sebuah pengarahan sebagaimana dilaporkan CNBC International.

Mereka mempunyai pengaruh terhadap Iran dalam berbagai cara. Dan kami meminta mereka untuk melakukan segala yang mereka bisa agar Iran tidak menyebarkan kebakaran ini melalui diri mereka sendiri dan melalui Hizbullah."

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan bahwa pihaknya merasa sedih dan prihatin serta mengutuk dengan keras tindakan yang telah merugikan warga sipil. Ia mengatakan Beijing berharap pertempuran akan berhenti dan perdamaian akan segera kembali.

"Kami ingin sekali lagi menyerukan pihak-pihak terkait untuk segera menghentikan pertempuran, melindungi warga sipil dan menghindari memburuknya situasi," tambahnya saat ditanya terkait komunikasi Beijing-Teheran.

Sebelumnya perang Ini juga ikut menyeret proksi Iran di Lebanon, Hizbullah. Kelompok itu ikut menembakan rudalnya ke posisi zionis pada Sabtu, tak lama setelah Hamas melakukannya di Selatan.


Meski begitu, Teheran menegaskan pihaknya tidak terlibat dalam serangan Hamas. Misi Iran di PBB mengatakan bahwa serangan itu merupakan inisiatif dari Hamas sendiri, yang menurut Negeri Persia telah menderita di bawah pendudukan Zionis 

"Langkah tegas yang diambil oleh Palestina merupakan pertahanan yang sepenuhnya sah terhadap pendudukan yang menindas selama tujuh dekade dan kejahatan keji yang dilakukan oleh rezim Zionis yang tidak sah," kata misi Iran di PBB dalam pernyataannya dikutip Reuters.

Pada Sabtu pagi, serangan roket diluncurkan ke wilayah zionis dari Jalur Gaza oleh kelompok pejuang Hamas. Sinyal alarm berbunyi terus menerus di banyak wilayah di seluruh negeri, termasuk wilayah Tel Aviv dan sekitarnya.

Sebagai tanggapan, Tel Aviv memulai operasi militer yang dinamakan "Pedang Besi". Beberapa media melaporkan Tentara zionis telah melancarkan serangan ke Jalur Gaza setelah tembakan roket besar-besaran dari daerah Palestina.

Sayap gerakan Palestina Hamas mengeluarkan pernyataan bahwa selama operasi mereka menangkap sekitar ratusan tentara dan pemukim zionis. Hamas mengungkapkan operasi serangan ini merupakan respons terhadap aktivitas agresif zionis terhadap salah satu situs paling suci Islam, Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.


Wednesday, October 11, 2023

Apa yang sesungguhnya terjadi di antara Hamas Palestina dan Zionis "Israel"?

Kalau dibilang konflik antara Hamas dan Zionis  tentu tidak tepat. Begitu juga kalau pakai istilah occupation, karena  occupation itu penjajahan sementara dan solusinya bisa negosiasi. Tapi yang terjadi antara Hamas atau Palestina  dengan Zionis adalah kolonialisme, yang sudah berlangsung selama 75 tahun, dan negara-negara Eropa, Amerika, dan PBB diam . Karena memang negara Yahudi lahir dari bapak bernama  Inggris, dari rahim Amerika dan bidannya PBB. Solusi dari kolonialisme adalah perlawanan bersenjata.

Hamas menguasai suatu kota yang namanya Gaza  seluas kota Depok. Hamas menguasai Gaza setelah mengusir "Israel" tahun 2005. Tahun 2006 Hamas ikut pemilu lokal dan menang. Sayap militer Hamas  bernama Brigade Izzuddin Al Qassam. 

Kota Gaza sejak 2006 diblokade oleh "Israel" baik dari udara,  laut maupun darat. Dari darat dibangun tembok sepanjang 750 km oleh "Israel" mengelilingi Gaza. Dari laut ada patroli kapal militer "Israel". Suplay bahan-bahan kebutuhan ke Gaza dibatasi dan dibawah kontrol "Israel", listrik minim sekali, dan secara ekonomi tergantung oleh "Israel". Kalau mau keluar Gaza sulit sekali, karena dari 7 pintu keluar Gaza, 6 pintu di kuasai "Israel", hanya satu pintu melalui Mesir itupun tidak mudah sejak  Mesir dikuasi rezim Abdul Fattah As Sisy yang tidak bersahabat dengan Hamas. Banyak kasus pasien2l-pasien Gaza yang mesti di rujuk keluar Gaza, lebih  dulu meninggal karena kelamaan dapat izin ke luar Gaza.

David dan Goliath

Jadi bisa dibayangkan kalau  Hamas dengan sayap militer nya ini melawan salah satu kekuatan militer dunia yang disokong AS yang namanya "Israel". Tidaklah sebanding. Negara-negara Arab juga tidak banyak membantu Hamas secara militer , bahkan sebagian  memusuhinya karena faktor politik. Tapi kenapa Hamas mengejutkan militer " Israel" dalam serangan 7 Oktober kemarin?

Pengalaman terjajah dan transformasi militer Hamas selama puluhan tahun membangun kekuatan mental  dan materi perlawanan. Saat ini seluruh roket-roket Hamas diproduksi di dalam negeri, begitu juga drone kamikaze, alat komunikasi dan peralatan tempur lain. Prinsip mereka tidak ingin menggunakan senjata yang berasal dari musuh. Kemampuan transformasi militer ini terus dikembangkan Hamas melalui anggota-anggotanya di seluruh dunia yang menempuh pendidikan di bidang teknologi , nuklir, teknik elektro., dll yang mencemaskan "Israel". Bukti kecemasan  ini adalah terbunuhnya  anggota Hamas Prof Muhammad Fadi Al Baths ahli teknik elektro yang terbunuh oleh agen "Israel"  Mossad di Kuala lumpur tahun 2018. 

Perang ini akan berlangsung panjang karena target Hamas dan   faksi perlawanan lainnya tidak berhenti dari sekitar Gaza atau tepi Barat tapi hingga Jerusalem atau Baitul Maqdis .Serangan ini amat matang hingga bisa membobol pertahanan "Israel".


Namun begitu perang ini berpotensi menjadi  perang asimetris, karena AS akan ikut meramaikan peperangan. Kalau AS akan turun artinya "Israel" sudah benar-benar kritis.

Hamas sudah mengetahui info bahwa ON "Israel" Netanyahu akan menyerang lebih dahulu, sebagai posisi tawar Netanyahu akibat kasus korupsi yang menimpanya sejak 2017 dan menimbulkan demo berjilid jilid di "Israel". Apalagi beberapa waktu lalu Menhan "Israel" dipecat oleh Netanyahu sehingga polarisasi oposisi Netanyahu makin kuat .

Situasi ini dimanfaatkan oleh Hamas untuk melakukan serangan kejutan. 

Bersatunya 2 faksi utama Palestina Fatah dan Hamas juga semakin menguatkan perlawanan. Secara tradisional Faksi Fatah lebih mengutamakan negoisasi sedang Hamas memilih jalan perlawanan. Namun kini Fatah dan Hamas sepakat untuk melakukan serangan gabungan terhadap penjajahan  "Israel".

Perang Intelijen

Perang intelijen antara Hamas dan "Israel" juga mengemuka, pertama Serangan kejutan Hamas gagal di endus Mossad,.kedua jangan lupa tentara-tentara "Israel" ada yang bertahun-tahun disekap Hamas di Gaza yang hingga kini tidak diketahui "Israel" keberadaannya. Apalagi dengan tambahan ratusan tawanan saat ini menambah kebingungan intelejen "Israel" untuk mendeteksi keberadaannya.

Bagaimana proyeksi pertempuran selanjutnya masih perlu diamati karena kemungkinan negara-negara Arab dan kekuatan lain berpotensi ikut serta.