www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, August 30, 2021

Apakah AS masih Menjadi Negara Superpower?

Bisa jadi jawaban dari pertanyaan di atas baru bisa tuntas dalam  bentuk buku. Namun pertanyaan ini layak diajukan setelah babak akhir perang Amerika di Afghanistan menampilkan Taliban sebagai pemenang terlepas dari kesepakatan-kesepakatan antara Taliban, Amerika, Cina, Rusia, Pakistan terkait pengelolaan sumber daya alam.

Perang Uni Soviet dan  Afghanistan 1979-1989 yang dimenangkan Mujahidin berakibat runtuhnya status 'adidaya' yang puluhan tahun disandang Uni Soviet, setelah kawasan tsb terpecah-pecah menajadi banyak negara, menyisakan wilayah Rusia. Sejak itu Amerika menjadi negara 'adidaya' sendirian.

Tentu status di atas salah satunya adalah ekonomi. Pengaruh ekonomi Amerika menggurita tidak hanya di benua Amerika dan Eropa, namun di seluruh dunia. Yang mengaliri darah perekonomian itu adalah mata uang. Maka bisa ditebak penggunaan Dollar AS di seluruh dunia makin kukuh  pasca hancurnya Uni Soviet.

Namun setelah pertualangan berdarah Amerika di Irak yang gagal, dia mesti mengalami kekalahan perang di Afghan, setelah Taliban menuntut syarat utama agar seluruh tentara AS dan sekutunya angkat kaki dari negeri tsb

Masa Depan Dollar

Mata uang Dollar adalah mata uang tunggal yang digunakan dalam perdagangan internasional. Apabila Indonesia dan Bangladesh ingin transaksi dagang, mereka tidak menggunakan Rupiah atau Rupee tetapi mesti pakai Dollar AS, padahal Amerika tidak terlibat dalam perdagangan tsb. Bahkan pabrikan pesawat Eropa, Airbus ketika menjual produknya ke maskapai Eropa seperti Lufthansa, KLM, dll akad transaksinya tidak menggunakan Euro tetapi Dollar!

Kenapa Dollar begitu mendominasi perdagangan dan bank-bank sentral seluruh dunia? Salah satu jawabannya adalah kepercayaan diri sebagai sebuah negara. Negara-negara di dunia menilai AS memiliki confident yang tinggi dalam militer, politik, ilmu pengetahuan dll. Sehingga kepercayaan diri itu menjadi garansi kekuatan ekonomi dan mata uangnya.

Namun yang terjadi di Afghanistan beberapa pekan lalu, membuka mata dunia bahwa AS tidak sekuat yang diduga ketika warga AS dan negara-negara lain bisa pergi melalui bandara Kabul dengan jaminan keamanan Taliban, tidak sebaliknya. Amerika menjadi terkooptasi oleh Taliban. Kelompok yang dahulu di cap teroris oleh Amerika terpaksa duduk semeja dalam perundingan yang berawal di Meunchen Jerman tahun 2009.

Ketika kepercayaan diri itu sudah mulai goyah, tentu saja mata uangnya juga mengalami hal yang sama, walaupun masih perlu proses panjang ketika Dollar benar-benar ditinggal oleh masyarakat dunia. 




No comments: