www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, April 29, 2010

World Reserve Currency


Banyak orang yang keberatan dengan diterapkannya kembali sistem Dinar ini. Sebagian mereka menganggap ini sama saja mengajak orang kembali jadul (jaman dulu). Berikut argumen keberatan mereka :
1. Sistem Gold Standard & Bretton Woods terbukti keduanya gagal. Kedua sistem ini menjadikan emas sebagai patokan nilai uang. Contoh pada Bretton Woods US$35 setara dengan 1 troy ounce emas.
2. Harga emas berfluktuasi, sehingga tidak bisa dijadikan standar moneter.
3. Negara produsen emaslah yang paling banyak mendapat keuntungan.Sehingga negara non produsen emas tidak mendapatkan banyak manfaat darinya.

Ketiga Argumen itu mempunyai landasan yang lemah, berikut sanggahannya.

1. Sistem Gold Standard dan Bretton Woods gagal karena negara-negara peserta sistem tersebut mencetak uang kertas yang lebih banyak dibanding cadangan emas yang ada. Seperti AS yang hanya memiliki 30% cadangan emas dibanding US Dollar yang mereka cetak pada masa Bretton Woods tahun 1960-an. Ketidaksesuaian antara cadangan emas dan jumlah uang (kertas) yang beredar lah yang menyebabkan kolapsnya sistem bretton woods.

2. Ya harga emas memang berfkuktuasi dengan sejumlah alasan. Bahkan bila AS mencetak lebih banyak Dollar (seperti bail out bank bermasalah, menerbitkan US Bond dlsb), maka harga emas akan terkerek naik. Artinya bila dikaitkan dengan uang kertas manapun maka harga emas memang fluktuatif. Tetapi hal ini seharusnya tidak perlu mendapat banyak perhatian apabila orang mengacu pada harga barang dan jasa dalam Dinar. Maka harga emas/ dinar masih jauh lebih stabil dibanding fluktuasi mata uang negara-negara dunia dalam pasar uang internasional. Contohnya harga kambinga, beras, sayuran, minyak, gas dll masih stabil bila diukur dengan dinar dalam rentang yang panjang sekalipun.

3. Ini adalah alasan yang sangat umum. Ya tentu negara penghasil emas akan amat diuntungkan dengan kembalinya sistem dinar. Namun Allah Maha Adil, negara seperti kita Indonesia, yang memiliki lahan yang amat subur dan sumber daya yang melimpah sehingga bisa menghasilkan sayuran, buah, kambing, sapi, kerbau, hasil pertanian dan peternakan yang melimpah tentu semua ini dapat ditukar dengan dinar dan hasilnya pun jauh lebih besar daripada hanya menghasilkan tambang emas saja. Dan sekali lagi perlu diingat bahwa Dinar itu hanya sebagai alat tukar yang adil. Yang lebih utama adalah kemampuan mengelola sumber daya yang melimpah tsb, yang justru disinilah kita amat amat lemah.

Jadi tidak ada alasan kuat, sistem moneter berbasis dinar akan kembali menjadi sistem moneter internasional.

wallahu 'alam.

ref : The Islamic Gold Dinar (Ahamed Kameel Mydin Meera, Pelanduk Publications)

No comments: