MUNGKIN di antara kita pernah terbesit suatu
pertanyaan, kenapa anak muda sekarang lebih suka kongkow-kongkow tidak
karuan ketimbang antusias dalam menuntut ilmu, mengaji dan memakmurkan
masjid. Sebagian menyalahkan pihak eksternal dengan perkembangan berbagai
macam media dan program yang menstimulasi anak-anak muda saat ini kan
jauh dari ajaran agamanya.
Sementara, dari sebagian umat Islam sendiri
upaya untuk benar-benar menyeru generasi muda pada ajaran Islam tidak
segetol pihak eksternal yang begitu luar biasa dalam mengemas program
yang memancing minat anak muda.
Dalam hal ini patut bagi kita semua memperhatikan apa yang disampaikan oleh penulis buku La Tahzan, Aid Al-Qarni.
Beliau menulis, “Saya sendiri telah mencermati catatan perjalanan
sejarah dan saya mendapatkan kesimpulan bahwa rata-rata musuh-musuh
Allah itu memiliki kesungguhan, keras, tekad dan ambisi. Aneh bin ajaib,
memang. Ironisnya, kaum Muslimin sendiri bermalas-malasan, loyo,
bergantung kepada yang lain, dan tidak semangat.”
Kemudian Al-Qarni memberikan bukti, “Walid bin Mughirah, Umayyah bin
Khalaf dan Al’’Ash bin Wail telah membelanjakan hartanya untuk memerangi
risalah dan melawan kebenaran.”
“Namun, kebanyakan kaum Muslimin justru kikr dengan harta mereka,
sehingga tidak terbangun menara keutamaan dan tugu keimanan,” urainya
lebih lanjut.
Semangat Umar bin Khaththab
Melihat situasi dan kondisi yang demikian, Al-Qarni pun memberikan
contoh Umar bin Khathab, sosok Muslim tangguh yang mesti ditauladani
umat Islam.
Umar adalah sosok Muslim yang sangat semangat, cekatan dan penuh gairah dalam berbagai macam pekerjaan bermanfaat.
Sampai-sampai karena demikian kuat tekad dan semangatnya Umar tidak
tidur melainkan sangat sebentar, hingga ditegur keluarganya. “Engkau
tidak tidur?”
Umar menjawab, “Jika aku tidur di malam hari, maka sia-sialh diriku.
Dan, jika aku tidur di siang hari maka sia-sialah rakyatku.”
Pantas jika Umar terkenal sebagai panglima yang sangat getol memerangi kemalasan, pengangguran dan ketidakmanfaatan.
“Kemalasan dan ketidakmanfaatan hanya akan melahiran pikiran-pkiran
negatif, kesengsaraan, penyakit kejiwaan, kerapuhan jaringan syaraf,
keresahan dan kegundahan. Sedangkan kerja dan semangat dalam pekerjaan
bermanfaat akan mendatangkan kegembiraan, suka cita dan kebahagiaan,”
demikian urai Al-Qarni dalam buku
La Tahzan.
Bahkan terhadap pemuda yang hanya duduk-duduk di masjid, Umar
berkata, “Keluar kalian, cari rizki! Langit tidak akan menurunkan emas
dan perak.”
Ambillah Peran
Dengan demikian, tidak sepatutnya seorang Muslim hidup tanpa
mengambil peran dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan bermanfaat. Satu
kata bijak mengatakan, “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah hidup 1000
tahun. Dan, bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah besok akan mati.”
Jadi, jangan sampai ada hari yang terlewati tanpa pekerjaan
bermanfaat yang dilakukan, baik itu untuk dunia maupun akhirat.
Lebih-lebih Allah Ta’ala tidak memandang amal (pekerjaan) manusia
berdasarkan bentuk dan ukurannya, melainkan keikhlasannya.
Suatu riwayat menyebutkan bahwa ada seorang perempuan kulit hitam
yang pekerjaannya selalu menyapu Masjid Nabawi. Dan, subhanallah, peran
yang diambilnya sebagai tukang sapu masjid mengantarkannya ke dalam
surga-Nya.
Bahkan, lebih jauh kalau kita melihat kesungguhan atau kalau boleh
dikatakan ‘ambisi’ generasi Muslim terdahulu dalam mengambil peran
sungguh sangat mengagumkan. Ada Zaid bin Tsabit yang mampu menguasai
bahasa Yahudi dalam tempo dua pekan. Ada Usamah bin Zaid yang pada usia
17 tahun sudah mumpuni menjadi panglima militer.
Manusia Terbaik
Semua itu terjadi karena memang ada niat, semangat, kesungguhan dan
konsistensi dalam menempa diri untuk terus mengisi hari-harinya dengan
melakukan pekerjaan-pekerjaan penuh manfaat. Mereka tidak mau melewati
hari tanpa manfaat sedikitpun. Karena manusia terbaik menurut Rasul
adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya.
”Rasulullah bersabda, ’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak
ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Dengan demikian, maka jangan ragu, segeralah libatkan diri kita dalam
setiap pekerjaan bermanfaat dalam setiap waktu yang kita miliki. Bisa
dengan membantu sesama, peduli lingkungan, memakmurkan masjid, dan lain
sebagainya. Sungguh, sesibuk apapun, kita masih bisa melakukan banyak
pekerjaan bermanfaat, tinggal kemauan dan kesungguhan kita sendiri.
Dan, Allah telah berjanji bahwa siapa yang benar-benar
bersungguh-sungguh (memberi manfaat) di jalan Allah, pasti akan Allah
bukakan pintu-pintu-Nya untuk kita benar-benar menjadi pribadi yang
bermanfaat bagi sesama dan kehidupan.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar- benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut [29]: 69).*
sumber :
http://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2014/08/15/27329/libatkan-diri-dan-bersemangatlah-dalam-pekerjaan-bermanfaat.html#.U-2Eg6NptRI