Penulis dan Jurnalis Amerika ternama Ernest Hemingway pernah menulis tentang Inflasi sebagai berikut : “The first panacea for a mismanaged nation,” he said, “is inflation of
the currency; the second is war. Both bring a temporary prosperity; both
bring a permanent ruin. But both are the refuge of political and economic opportunists.” (Obat pertama bagi negara salah urus adalah inflasi mata uang ; dan yang kedua adalah perang. Keduanya menghasilkan kemakmuran temporer namun juga kehancuran permanen. Namun politisi dan ekonom oportunis berlindung dibaliknya)
Yang dimaksud dengan inflasi mata uang di atas adalah pencetakan uang secara massiv untuk memenuhi kebutuhan finansial suatu negara akibat krisis. Pada tahun 1998 negeri ini mengalami krisis moneter yang parah, data dari BI dan BPS menunjukkan inflasi tahun 1998 sebesar 77,6%. Berikut adalah tabel inflasi tahun 1998-2003
TABEL LAJU INFLASI INDONESIA
Tahun
|
Laju Inflasi
|
1998
|
77.63
|
1999
|
2.01
|
2000
|
9.35
|
2001
|
12.55
|
2002
|
10.03
|
2003
|
5.06
|
Maka ketika muncul berita bahwa BI mencetak uang Rupiah di Australia pada 1999, menimbulkan tanya apakah ada benang merah dengan pernyataan Hemingway ? Wallahu 'alam. Yang jelas pada tahun berikutnya yaitu tahun 2000 inflasi turun menjadi hanya 2% saja. Kemudian tahun-tahun berikutnya inflasi secara perlahan mulai naik kembali dan hingga kini Indonesia belum pula bangkit dari krisis.
Yang jelas pencetakan uang yang berlebihan bukanlah solusi, apalagi dilakukan di luar negeri yang dengan nilai jutaan Dollar yang hanya menjadi obat untuk sementara saja. Yang diperlukan adalah membangkitkan sektor riil anak-anak negeri dan menyiapkan pasar untuk mereka.
No comments:
Post a Comment