Pada tanggal 8 Desember harga emas juga drop hingga US$1.131 selama pasar Amerika (New York) berlangsung. (Grafik warna Hijau selama pasar New York, kotak warna Merah)
Wallahu 'alam
“Kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya,” seseorang menjawab.
Ummul Mukminin berkata lagi, “Kafilah yang telah menyebabkan semua ini?”
“Benar, ya Ummul Mukminin. Karena ada 700 kendaraan.”
Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Pandangannya jauh menerawang seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat dan didengarnya.
Kemudian ia berkata, “Aku ingat, aku pernah mendengar Rasululah berkata, `Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan.”
Sebagian sahabat mendengar itu. Mereka pun menyampaikannya kepada Abdurrahman bin Auf. Alangkah terkejutnya saudagar kaya itu. Sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskan, ia segera melangkahkan kakinya ke rumah Aisyah.
“Engkau telah mengingatkanku sebuah hadits yang tak mungkin kulupa.” Abdurrahman bin Auf berkata lagi, “Maka dengan ini aku mengharap dengan sangat agar engkau menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut ken¬daraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah.”
Dan dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya. Sebuah infak yang mahabesar.
Abdurrahman bin Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya. Bukan seorang budak yang diken¬dalikan oleh hartanya. Sebagai bukti, ia tidak mau celaka dengan mengumpulkan harta ke¬mudian menyimpannya. Ia mengumpulkan harta dengan jalan yang halal.
Kemudian, harta itu tidak ia nikmati sendirian. Keluarga, kaum kerabatnya, saudara-saudaranya dan masyarakat ikut juga menikmati kekayaan Abdurrahman bin Auf.
Saking kayanya Abdurrahman bin Auf, seseorang pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah bersatu dengan Abdur¬rahman bin Auf. Sepertiga hartanya dipinjamkan kepada mereka. Sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka. Dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.”
Abdurahman bin Auf sadar bahwa harta kekayaan yang ada padanya tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya jika tidak ia pergunakan untuk membela agama Allah dan membantu kawan-kawannya. Adapun, jika ia memikirkan harta itu untuk dirinya, ia selalu ragu saja.
Pada suatu hari, dihidangkan kepada Abdurahman bin Auf makanan untuk berbuka puasa. Memang, ketika itu ia tengah berpuasa. Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan tersebut, timbul selera makannya. Tetapi, beberapa saat kemudian ia malah menangis dan berkata, “Mush’ab bin Umair telah gugur sebagai seorang syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku. Ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya, maka kelihatan kakinya. Dan jika ditutupkan kedua kakinya, terbuka kepalanya.”
Abdurrahman bin Auf berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan dengan suara yang juga masih terisak dan berat, “Demikian pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku. Ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir telah didahulukan pahala kebaikan kami.”
Begitulah Abdurrahman bin Auf. Ia selalu takut bahwa hartanya hanya akan memberatkan dirinya di hadapan Allah. Ketakutan itu sering sekali, akhirnya menumpahkan air matanya. Padahal, ia tidak pernah mengambil harta yang haram sedikitpun.
Pada hari lain, sebagian sahabat berkumpul bersama Abdurrahman bin Auf menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama setalah makanan diletakkan di hadapan mereka, tiba-tiba ia kembali menangis. Sontak para sahabat terkejut. Mereka pun bertanya, “Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman bin Auf?”
Abdurrahman bin Auf sejenak tidak menjawab. Ia menangis tersedu-sedu. Sahabat benar-benar melihat bahwa be¬tapa halusnya hati seorang Abdurrahman bin Auf. Ia mudah tersentuh dan begitu penuh kekhawatiran akan segala apa yang diperbuatnya di dunia ini.
Kemudian terdengar Abdurrahman bin Auf menjawab, “Rasulullah saw. wafat dan belum pernah beliau berikut keluarganya makan roti gandum sampai kenyang. Apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan?”
Jika sudah begini, bukan hanya Abdurrahman bin Auf yang menangis, para sahabat pun akan ikut menangis. Mereka adalah orang-orang yang hatinya mudah tersentuh, dekat dengan Allah dan tak pernah berhenti mengharap ridha Allah. (sa)
source : eramuslim.com
"Tidak akan ada interupsi dari kemakmuran abadi kita"
- Myron E. Forbes, President, Pierce Arrow Motor Car Co., 12 Januari, 1928
"Kejatuhan ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap bisnis."
- Arthur Reynolds, Chairman of Continental Illinois Bank of Chicago, October 24, 1929
"Kejatuhan kemarin tidak akan terulang.... Saya tidak takut akan ada penurunan (harga saham) yang sama."
- Arthur W. Loasby (President of the Equitable Trust Company), quoted in NYT, Friday, October 25, 1929
"Kami rasa secara fundamental Wall Street masih bagus, dan orang dapat membelinya secara terbuka, saham-saham yang bagus sedang murah-murahnya."
- Goodbody and Company market-letter quoted in The New York Times, Friday, October 25, 1929
"Saat yang tepat untuk membeli (saham), anda tidak akan menyesal."
- E. A. Pearce market letter quoted in the New York Herald Tribune, October 30, 1929
"Beberapa orang pintar sekarang membeli saham........ kecuali kita panik--dimana tidak ada seorangpun yang percaya bahwa harga saham menyentuh titik terendahnya"
- R. W. McNeal, financial analyst in October 1929
"Histeria kini telah hilang dari Wall Street."
- The Times of London, November 2, 1929
"Kejatuhan Wall Street tidak berarti akan terjadi depresi yang serius dalam bisnis....Dalam enam tahun bisnis di Amerika telah beralih substansinya, dari konsentrasinya, energinya, sumberdayanya dalam permainan yang spekulatif ... kini petualangan yang tidak relevan, aneh, dan riskan itu telah selesai. Bisnis telah kembali pulang, kembali ke pekerjaannya....
- Business Week, November 2, 1929
"..., kami percaya bahwa kejatuhan harga saham akan kembali stabil dengan pergerakan segera dan bukannya depresi yang memerlukan waktu yang panjang untuk likuidasi..."
- Harvard Economic Society (HES), November 2, 1929
"Akhir dari penurunan pasar modal kemungkinan tidak lama lagi, paling tinggal hanya beberapa hari lagi."
- Irving Fisher, Professor of Economics at Yale University, November 14, 1929
"Di hampir semua kota di negeri ini, panik di Wall Street tidak ada efeknya"
- Paul Block (President of the Block newspaper chain), editorial, November 15, 1929
"Badai finansial telah berlalu."
- Bernard Baruch, cablegram to Winston Churchill, November 15, 1929
" Saya sangat yakin melalui ukuran-ukuran ini kita akan kembali menegakkan percaya diri."
- Herbert Hoover, December 1929
"[tahun 1930 akan menjadi] tahun cemerlang bagi pekerja."
- U.S. Dept. of Labor, New Year's Forecast, December 1929
"...Di bulan Mei atau Juni perkiraan perbaikan pada musim semi, dalam konsep kita pada akhir Desember dan November telah ada pebaikan yang nyata (terlihat)..."
- HES May 17, 1930
"Saudara-saudara, kalian telah datang telat 60 hari . Depresi telah berakhir."
- Herbert Hoover, merespon permintaan delegasi yang meminta program kerja masal untuk membantu percepatan perbaikan (ekonomi). Juni 1930
Pertemuan-pertemuan rahasia telah digelar oleh beberapa mentri keuangan dan gubernur bank sentral Rusia, China, Jepang dan Brazil untuk mendesain rencana itu yang juga akan mengakhiri dominasi dollar dalam perdagangan minyak.
Rencana-rencana tersebut tentu akan memicu ketegangan antara Amerika Serikat dan negara-negara tersebut, terutama China. Perang ekonomi kemungkinan tidak terelakkan dan bisa saja memicu perang (regional conflict) besar antar mereka. Tentu kita tidak berharap perang dunia ke 3 di depan mata, walaupun tetap saja anything could be happen.
Yang menarik menurut sumber perbankan China, selama masa transisi pengalihan Dollar AS ini adalah penggunaan emas sebagai alat transaksi perdagangan minyak. Hal ini mengingat besarnya jumlah cadangan devisa negara-negara teluk seperti Abu Dhabi, Saudi Arabia, Kuwait, dan Qatar, yang keseluruhannya mencapai sekitar US$2.1 triliun. Dengan jumlah sebesar itu tentu sangat aman dalam bentuk emas dan sebaliknya sangat tidak aman dalam bentuk Dollar. Per tahun ini saja nilai Dollar mengalami penurunan sebesar 27% terhadap emas dan sebaliknya harga emas naik sebesar 37,5% terhadap Dollar dibanding tahun sebelumnya (geraidinar.com)
Jadi memang ke depan akan terjadi pergeseran kekuatan ekonomi dari satu negara ke negara atau sekelompok negara lain akibat lunturnya dominasi Dollar sebagai mata uang seperti yang diungkap oleh Robert Zoellick Presiden Bank Dunia di Istanbul minggu ini sbb "One of the legacies of this crisis may be a recognition of changed economic power relations"
Kapankah hal itu akan terjadi? Wallahu a'lam
Ya memang emas yang pernah bernilai US$ 271/oz pada 10 september 2001, mencapai rekor US$ 1023/oz pada maret 2008, dan masih akan terus meroket lagi harganya. Emas memang melambangkan invetasi yang aman dalam masa krisis.
Bisnis emas memang keras, ada ribuan orang-orang seperti Apaza yang bekerja untuk memenuhi pasar emas dunia yang makin ketat.
Dalam salah satu kertas presentasinya, seorang profesor Amerika dengan nama samaran “Aristoteles”, menguraikan sebab-sebab kebangkrutan pemerintah Amerika Serikat berjudul “U.S Government Bankruptcy Proceedings”. Walau hanya berisi pokok-pokok peristiwa, namun makalah tersebut sangat penting untuk diketahui. Inilah salinannya: