National Bank of the Kyrgyz Republic
|
Secara geografis Kyrgyzstan adalah sebuah negara pecahan Uni Soviet yang terkepung daratan dan terletak antara China dan Kazakhstan. Belum lama ini melalui Gubernur Bank Sentralnya Tolkunbek Abdygulov memulai sebuah eksperimen agar setiap warga negaranya (total penduduk sekitar 6 juta) memiliki setidaknya 100 gram emas.
Gubernur mengatakan bahwa "Gold can be stored for a long time and, despite the price fluctuations on international markets, it doesn't lose its value for the population as a means of savings," . "I'll try to turn the dream into reality faster."
Namun sayangnya dia menggesa agar mengalihkan aset penduduk dari ternak ke emas. Padahal sebagaimana kita tahu ternak termasuk aset riil yang menguntungkan ekonomi khususnya di pedesaan baik untuk konsumsi atau perdagangan. Sisi positifnya Kyrgyzstan mulai menyadari emas sebagai salah satu instrumen moneter. Bank sentralnya juga memproduksi emas batangan dengan variasi berat mulai 1 gr hingga 100gr. Inilah yang mendorong mereka menganjurkan peralihan aset penduduk ke emas. Apabila mimpi Abdygulov terbukti, penduduk negara tsb akan memiliki sekitar 600 ton emas atau kenaikan 30 kali lipat dari cadangan emas negara.
"Dengan pengalaman kelam pergolakan krisis ekonomi tahun 1990-an hingga kegagalan perbankan dalam dekade terakhir, emas sepertinya menjadi jaring pengaman. Bagi Kyrgyzstan, emas menjadi instrumen investasi alternatif . Perbankan nasional menjamin likuiditas emas--kami tidak hanya menjual (emas), tetapi juga membeli kembali emas yang kami cetak dan kami jual." tambah kang Abdygulov.
Pemerintah Kyrgyz memutuskan untuk menaikkan porsi emas dalam cadangan devisanya sebesar 10% dari total devisa sebesar 2 Miliar Dollar AS. Dengan produksi sebesar 20 ton per tahun, bank sentral menggunakan mata uang mereka Som untuk membeli tambang emas lokal, yang dapat mereka jual ke ke luar negeri sewaktu-waktu. Abdygulov master dari Nagoya University dan University of North Texas sudah menghitung kenaikan produksi dalam jangka waktu ke depan.
No comments:
Post a Comment