www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, March 1, 2022

Ukraina : Pertaruhan Terakhir Hegemoni AS di Eropa?

Invasi Rusia terhadap Ukraina  menyisakan pertanyaan bagi perkembangan perang Ukraina - Rusia . Ketika negara-negara sekutu AS dan Uni Eropa sibuk berdiplomasi mengutuk dan memberi sanksi kepada Rusia, secepat itu pula tentara Rusia merangsek ke kota-kota Ukraina. Tidak ada pergerakan militer NATO dan AS untuk menahan laju miiter Rusia. Tentu saja karena Ukraina belum resmi masuk NATO. Namun secara moral NATO ikut betanggung jawab karena menjadi sebab utama invasi Rusia. Demikian pula Amerika, kita tidak melihat pergerakan militer atau kapal indul AS di laut hitam. Ukraina dibiarkan gemetar berhadapan dengan raksasa militer no 2 dunia.

Kegamangan AS dan Eropa membantu Ukraina secara militer, tidak lepas dari kondisi internal negara-negara tsb. AS tidak segarang dahulu pasca kalah perang 10 tahun di Afghanistan. Secara ekonomi saat ini AS menghadapi menghadapi krisis ekonomi pasca pandemi demikian pula Eropa. 

Mengapa AS tidak mengirim pasukan ke Ukraina :

1. Ukraina bukan national interest AS.
Ukraina tidak terletak di perbatasan AS. Negara itu juga tidak menjadi tuan rumah pangkalan militer AS. 
Selain itu, Ukraina, tidak memiliki cadangan minyak strategis dan bukan mitra dagang utama.

2. Biden tidak mempunyai niat melakukan intervensi. 
Kebijakan LN Biden cenderung menghindari perang. Menarik pasukan dari Afghan. Fokus menangani pandemi dan perubahan iklim, serta bersaing dengan China di Indo-pasifik.

3. Warga AS menolak perang
Sebuah jajak pendapat AP-NORC baru-baru ini menunjukkan 72% warga AS mengatakan negaranya harus memainkan peran kecil dalam konflik Rusia- Ukraina, atau tidak sama sekali.

4. Fokus menghadapi Inflasi
Amerika Serikat menutup 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7 persen, tertinggi sejak 1982. Masih  berlanjutnya disrupsi pada rantai pasok dan gelombang omicron membuat prediksi harga konsumen pada tahun ini masih akan panas

5. Biden tidak ingin memicu perang dunia.
AS tidak ingin mempertaruhkan bentrokan
langsung antara pasukan Amerika dan Rusia di  Ukraina." Ini tidak seperti kita berurusan dengan organisasi teroris," kata presiden kepada NBC awal bulan ini. "Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia.  Ini adalah situasi yang sangat sulit, dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat."

Dua Skenario Putin Hadapi Sanksi

• Skenario pertama, sanksi Eropa mungkin akan merugikan Moskow sekitar lebih USD20 juta per hari. Tapi Rusia adalah negara yang  mempunyai cadangan keuangan mencapai USD630 miliar. Ini setara Rp 9 kuadriliun. Dari jumlah itu, hanya 16% dalam bentuk dollar.
• Skenario kedua, China masuk menjadi alternatif keuangan bagi Rusia. 
Sudah sejak lama Rusia tidak bergantung kepada dollar, transaksi memakai Yuan, dan China menjadi grand design di baliknya. Ini sudah dilakukan aliansi Moskow-Beijing sejak barat menjatuhkan sanksi Rusia paska aneksasi illegal Krimea pada 2014.

Masalah pasokan gas Eropa dari Rusia.

• Potensi menjadi bumerang bagi Eropa
Ketergantungan Eropa akan pasokan gas dari Rusia menimbulkan kegamangan dalam menerapkan sanksi terhadap Rusia. Terlebih Jerman dan Rusia terlibat dalam pembanguanan pipa gas bawah laut.

• Butuh biaya besar mencari pengganti
pasokan dari Rusia.

• Distribusi terminal LNG tidak merata di 
Eropa.

• Qatar maupun negara lain tidak memiliki
kapasitas mengganti pasokan gas Rusia ke Eropa.
Sumber : Gold Money dan Pizaro Gozali wartawan (Anadolu Agency)

No comments: