www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, November 2, 2021

Pulau Emas yang Hilang di Nusantara

Kerajaan Sriwijaya (yang menurut Ridwan Saidi fiktif) adalah kerajaaan atau kedatuan ternama di Sumatra pada abad 7 hingga 12 M. 

Sriwijaya bepusat di Palembang, Sumatra Selatan, namun pengaruhnya sampai mampu mengontrol selat Malaka.

Secara efektif kerajaan tersebut terbagi dalam 3 wilayah : pertama, wilayah pusat kota, kedua, wilayah kota-kota muara, dan ketiga wilayah pedalaman. Bentuk pemerintahannya adalah federasi, terdiri dari otonom-otonom yang dikepalai oleh datu (atau datuk) yang wajib mengirim upeti kepada pusat kerajaan.

Sriwijaya mengontrol perdagangan maritim internasional, dalam membangun hubungan bisnis  tidak hanya nusantara, namun juga dengan Cina dan India.

Mereka diyakini memegang akses perdagangan maritim ke Cina, dimana permintaan sutra dan kertas amat tinggi.

Galangan kapal amat vital bagi perdagangan yang menghasilkan kapal-kapal yang cepat. Armada laut mereka terkenal kuat untuk mengamankan jalur perdagangan.

Pada tahun 1000 M, Sriwijaya mengontrol penuh hampir seluruh Jawa. Namun dengan cepat Sriwijaya jatuh ke tangan Chola, sebuah kerajaan maritim-dagang India yang menganggap Sriwijaya hambatan bagi rute perniagaan mereka antara Asia Selatan dan Timur.

Pada tahun 1025, Chola menduduki Palembang, menangkap Raja dan menyita hartanya, serta menyerang wilayah kerajaan lainnya.

Pada akhir abad ke 12, Sriwijaya berubah menjadi kerajaan kecil, dan peran dominannya di Sumatra diambil alih oleh Jambi.

Menurut arkeolog maritim asal Inggris  Dr Sean Kingsley, sejumlah eksplorasi telah dilakukan untuk menemukan situs kerajaan Sriwijaya dengan area seluas Thailand dan India, namun belum berhasil.

Dalam publikasi di majalah Wreckwatch di  bulan Oktober Dr Sean Kinglsey mengungkap tentang Sriwijaya yang merupakan bagian dari penelitiannya yang berjudul " Cina dan Jalur Sutra Maritim" setebal 180 halaman.

Pada puncak keemasannya Sriwijaya mengontrol jalur sutra perairan, pasar yang besar dimana penduduk lokal, Arab, dan Cina berniaga.

Ketika kawasan Mediterania barat memasuki  masa kegelapan di abad 8, Sriwijaya malah mengukuhkan kejayaanya, yang beperan sebagai penghubung perdagangan jazirah Arab dan imperium Cina selama 300 tahun lebih.

Dr Kingsley menggambarkan Sriwijaya sebagai "negeri di atas air" dimana kota berdiri di atas sungai.

Jumlah penduduk tidak diketahui secara pasti, namun sebagai gambaran Sriwijaya memiliki 20.000 tentara, 3.000 biarawan, dan 800 kreditur.

Sriwijaya saat itu berada di puncak kemakmuran, hingga pembangunan Borobudur yang demikian megah, berasal dari cadangan emas raja Sriwijaya (dinasti Syailendra).

Dalam 5 tahun terakhir, para nelayan melakukan eksplorasi di sungai Musi dan berhasil mengangkat harta karun berupa koin emas, perhiasan, berlian, patung emas dari dalam sungai.

Berbagai temuan artefak itu berasal dari peradaban Sriwijaya abad 7 hingga 12.

Sumatra sejak zaman dahulu terkenal dengan cadangan emas dan kekayaan alam lainnya, juga sebagai pintu masuk jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara.

https://www.dailymail.co.uk/news/article-10122973/Lost-Island-Gold-Sumatran-fishermen.html





No comments: