www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, January 1, 2021

Kisi Kisi Ekonomi dan Moneter 2021

The Federal Reserve (bank sentral AS) mulai kehilangan tajinya terhadap Dollar. Nilai Dollar terus menurun terhadap mata uang asing  dan terhadap komoditas lainnya.

Menggelembungnya jumlah Dollar terutama selama pandemi menyebabkan total Dollar yang beredar di luar Amerika Serikat saat ini sekitar $27,7 triliun.

Suatu saat gelembung ini akan meletus menyisakan investor Dollar termenung akibat  kejatuhan fiat money (mata uang kertas), obligasi, dan pasar modal yang dapat terjadi setiap saat. Pertanyaan yang muncul kemudian, ketika mata uang kertas  hancur, apa gantinya? Apakah cryptocurrency seperti bitcoin atau logam mulia seperti emas?

Ketika peradaban moneter saat ini tinggal debu-debu, jelas yang tinggal bersinar hanyalah emas. Ini pula yang sedang dipersiapkan oleh bank-bank sentral di dunia dengan membeli emas, yang terbukti menjadi mata uang paling lama digunakan dalam sejarah umat manusia.

Berikut refleksi ekonomi dan moneter 2020 dan kisi kisinya tahun 2021 menurut pemaparan Alasdair Mcleod dari goldmoney.

Tahun 2020 ditandai dengan penurunan tajam sektor finansial Amerika sebelum Maret yang ditandai dengan tergerusnya indeks saham S&P 500 sejumlah 1/3 nilainya. Hingga akhirnya the Fed memotong tingkat bunga menjadi 0% tanggal 16 Maret, diikuti dengan pengumumuan kebijakan Quantitative Easing (stimulus bantuan finansial) dalam jumlah tak terbatas, di hari Senin berikutnya.

Krisis Covid 19 mengakibatkan ekspansi moneter yang massif, kebijakan yang diambil untuk menyelamatkan ekonomi dari pusaran arus kontraksi kredit bank. Sebagaimana terlihat dalam gambar (1) berikut :
Semuanya berbalik setelah pengumuman the Fed mengenai penetapan suku bunga mendekati 0% di bulan Maret. Secara sederhana copper (tembaga) mewakili komoditas dan bahan baku, S&P mewakili aset finansial dengan bunga yang tidak tetap, dan emas mewakili mata uang non pemerintah.

Pasca pengumuman the Fed, ketiga komponen tsb menunjukkan konsistensi seiring merosotnya prediksi ekonomi ke depan. Dimana emas tampil  sebagai lindung nilai sebagai dampak kenaikan harga yang signifikan.

Sebagai akibat inflasi moneter (karena peredaran Dollar secara masif), maka nilai Dollar (mengacu pada indeks tertimbang perdagangan Dollar) jatuh, sebagaimana dalam gambar (2) berikut :
Secara umum apabila nilai 
mayoritas komoditas dan aset financal (non-fixed interest) spt saham naik secara bersamaan, maka hal itu adalah refleksi dari jatuhnya daya beli mata uang (kertas) diukur dari komoditas dan aset finansial tsb. Bahkan nilai Dollar jatuh dibanding mata uang asing lainnya, mengacu dari indeks tertimbang perdagangan dan kenaikan nilai mata uang yang ada pada gambar di atas. Perlu dicatat sebagaimana Dollar, mata uang asing lain juga mengalami kenaikan suplay uang, namun efek penurunan daya beli terbesar ada pada Dollar. 

Dalam gambar (3) dibawah ini menggambarkan skala pembiayaan pemerintah AS yang lebih banyak diperoleh dari pasar obligasi (surat utang) melalui Quantitative Easing daripada melalui pungutan pajak.


Inflasi Uang 

Yang perlu dicermati adalah satu-satunya kebijakan paling penting dari the Fed adalah inflation of money supply atau kenaikan jumlah uang beredar tanpa dibarengi dengan pergerakan aset riil, dan yang terjadi kemudian adalah semakin bertambah uang beredar (money supply) maka kekayaaan berpindah dari sektor produktif ke eksekutif. Semakin bank sentral mendorong bank swasta untuk ekspansi kredit maka  kekayaan (wealth) berpindah dari ekonomi rakyat kepada  konglomerat, dari nasabah kepada debitur bermasalah. Para elit eksekutif meyakinkan diri mereka sendiri bahwa inflasi uang baik untuk ekonomi. Namun kini situasinya semakin liar. Inflasi moneter akan menjadi kekuatan destruktif yang nyata sepanjang 2021.

Ada dua tujuan dari inflasi moneter, pertama untuk memastikan anggaran pemerintah selalu tersedia, kedua untuk memastikan lapangan kerja tersedia penuh dengan target inflasi terukur ( di AS target inflasi adalah 2%). Dalam poin ini badan statistik pemerintah ditekan agar target inflasi sesuai target, sehingga the Fed (bank sentral AS) dapat memacu suplay uang dengan maksimal.

Dalam rangka menutupi defisit pemerintah, bank sentral AS menekan suku bunga hingga mendekati nol, bahkan bank sentral lain memberlakukan suku bunga negatif (dimana bank mengenakan biaya terhadap nasabah yang menyimpan uangnya di bank).The Fed belum sejauh itu, namun ada sinyal bahwa biaya modal dari utang pemerintah semakin naik, sebagaimana gambar (4) yaitu imbal hasil (yield) dari surat utang atau obligasi pemerintah AS jangka 10 tahun terus menurun, di bawah ini :
Bagi investor jelas dari gambar di atas bahwa yield dari obligasi AS menunjukkan trend menurun, ditambah dengan kejatuhan nilai Dollar yang mengacu pada indeks tertimbang perdagangan Dollar, maka dapat dinyatakan bahwa pemegang- investasi berbasis- Dollar akan kehilangan uangnya.

The Fed akan menghadapi masalah yang sama dengan John Law di Perancis  awal tahun 1720 ketika upaya mempertahankan nilai aset yang berasal dari mencetak uang mulai gagal, menyebabkan nilai aset perusahaannya ( ventura Missisipi dan bank miliknya) dan uang kertas cetakannya hancur. Mata uangnya tidak bernilai di pasar valuta asing London dan Amsterdam dalam kurun kurang dari 9 bulan, begitu pula valuasi saham venturanya tergerus lebih dari 80%.

Kesamaan situasi di atas dengan sekarang tidak bisa dielakkan. Ketika pelaku monopoli moneter kehilangan kendali atas pasar mata uang, maka tidak hanya kejatuhan pasar sekuritas yang terjadi tetapi juga kehancuran nilai mata uang kertas utama dunia saat ini yaitu Dollar Amerika. Ketika nilai Dollar jatuh, mata uang lainnya akan terkena imbasnya (ikut jatuh).













No comments: