www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, September 29, 2021

Wikileaks dan Kabel Diplomatik AS terkait Emas

Wikileaks pada awal September 2011 mempublikasi kabel diplomatik AS yang berhasil mereka retas terkait dengan kebijakan emas.

Kabel diplomatik kedubes AS di Beijing kepada Departemen Dalam Negeri di Washington memuat monitoring media Cina terutama yang berafiliasi dengan pemerintah RRC. Hasilnya adalah  Cina memandang emas adalah senjata utama dalam perang mata uang internasional.

Kabel diplomatik yang dirilis oleh Wikileaks  itu mengungkap bahwa Cina menganggap pemerintah AS berusaha mencegah kelebihan cadangan devisa luar negeri Cina untuk ditukar (konversi) dalam bentuk emas karena AS dan sekutu Eropanya berencana kembali ke sistem gold standard. Hal ini mengingat mereka mempunyai cadangan emas terbesar di dunia.

Cina sendiri mengakui cepatnya penambahan cadangan devisa emas mereka dalam rangka menjadikan mata uang Cina (Renminbi) menjadi mata uang internasional menggeser Dollar.

Sejumlah komentar atau kutipan dalam kabel tsb menggambarkan pemerintah AS menaruh perhatian yang amat besar terhadap penambahan cadangan emas Cina.

Salah satu kabel kedubes AS di Beijing tanggal 08 Februari 2010 mengutip sebuah artikel di surat kabar China Bussiness News Shanghai sbb :

"Saat ini kebijakan AS (terhadap Cina) berubah dengan cepat sehingga  mengejutkan sejumlah pihak. AS telah menggunakan berbagai cara, termasuk militer untuk melawan Cina. Kita mesti mengetahui mengapa  AS keras pendirian terhadap Cina. Faktanya persaingan sengit di antara  negara-negara besar dalam perang mata uang baru saja bermula. Langkah AS adalah mencoba memindahkan perang mata uang ini ke negara lain. Yaitu dengan memaksa Cina untuk membeli obligasi pemerintah AS (US Bond) dengan cadangan devisa mereka miliki seraya melakukan segala cara untuk mencegah Cina menggunakan cadangan devisa mereka untuk membeli emas. Prilaku  ini memberi AS dua keuntungan ganda, pertama, menakut-menakuti Taiwan dengan ancaman militer Cina, agar mereka membeli senjata dan pesawat tempur dari Amerika, kedua adalah memaksa Cina membeli obligasi Amerika dengan cadangan devisa mereka dan menguras kekayaan Cina. Apabila kita (Cina) menggunakan seluruh cadangan devisa kita untuk membeli obligasi Amerika, dan suatu saat tiba-tiba bank sentral AS mendevaluasi  nilai 10 Dollar (lama) menjadi 1 Dollar (baru) , kemudian AS mengaitkan  Dollar dengan emas, maka Cina mengalami kerugian ganda.Kini ketika AS ingin memindahkan krisis ke Cina, kita mesti mengetahui dengan jelas kuncinya yaitu menjauh dari obligasi atau surat utang pemerintah AS ."

Kabel yang kedua terkait dengan emas bertarikh 4 Desember 2008 yang mengutip kolom komentar dari surat kabar Partai Komunis Cina, Harian Rakyat sbb :

" Waspada terhadap rencana Amerika kembali ke sistem Gold Standard"

" Opini yang mengemuka di barat saat ini adalah kembali ke sistem Bretton Woods (sistem finansial berbasis emas). Sebuah sistem yang menjadikan Dollar sebagai jangkar dan menghidupkan kembali "gold standard" untuk mengatasi krisis finansial. Namun ada maksud terselubung di dalamnya. Krisis finansial AS telah menggerus pamor Dollar. Oleh karenanya para pakar strategi AS mencari solusi dengan mengembalikan sistem gold standard ke dalam sistem finansial global yang dipimpin oleh Amerika. Alasan AS dan Eropa kembali memilih sistem standar emas adalah karena sebagian besar simpanan emas negara-negara dunia berada dalam kontrol mereka. Sistem standar emas yang akan diaktifkan kembali oleh AS bukanlah sistem standar emas yang sebenarnya, namun adalah sistem cadangan emas yang bersifat parsial atau tidak menyeluruh. Oleh karenanya pertumbuhan ekonomi yang cepat  relatif terbatas di wilayah AS dan Eropa saja, karena Dollar (dan juga Euro) berlaku sebagai jangkar sistem baru tsb. Konsekuensi yang mungkin terjadi adalah pertama, karena pertumbuhan ekonomi di AS dan Eropa rendah, maka sistem standar emas yang parsial ini hanya akan menguntungkan mata uang Dollar dan Euro saja dengan restriksi atau hambatan ekonomi yang kecil, sebaliknya hambatan ekonomi terbesar ada di Cina, India, dan negara-negara berkembang lainnya yang mata uangnya tidak dikaitkan langsung dengan emas.Yang kedua,  cadangan devisa negara-negara berkembang akan terkuras untuk membeli emas. Oleh karena itu kebijakan ini mengkhianati cita-cita bersama masyarakat internasional dalam reformasi sistem keuangan internasional.

Sumber : gata.org



No comments: