www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, July 16, 2014

Di Swiss 1 dari 13 Orang Hidup dalam Kemiskinan

Swiss mungkin salah satu negara terkaya di dunia, tetapi data resmi menunjukkan bahwa 1 dari 13 orang penduduknya hidup dalam kemiskinan.
 
Data yang dirilis hari Selasa (15/7/2014) oleh pemerintah federal Swiss menunjukkan 7,7 persen dari 8 juta jumlah penduduk negara itu berada di bawah garis kemiskinan tahun 2012, lansir AFP.

Bandingkan dengan angka kemiskinan di Inggris, di mana 1 dari setiap 5 orang di Inggris hidup miskin.
Garis batas kemiskinan di Swiss adalah 2.200 franc (sekitar 1.800 euro atau $2.466, ± Rp28,9 juta) perbulan untuk bujangan atau 4.050 franc untuk pasangan dengan dua anak.

Meskipun rakyat di negara-negara Eropa lain banyak yang mengimpikan punya uang sebanyak itu, namun biaya kebutuhan hidup di Swiss sangat tinggi, bahkan yang termahal di benua itu. Uang sewa rumah yang selangit, kewajiban memiliki asuransi kesehatan, biaya makan dan kebutuhan rumah tangga menguras kantong warganya hingga jauh ke dalam.

Seperti penduduk di negara Eropa pada umumnya, mereka yang paling rentan kemiskinan di Swiss adalah keluarga single parent, orang dewasa yang hidup sendiri, pekerja tidak terampil dan keluarga yang anggotanya tidak memiliki pekerjaan.
Dari 600.000 orang yang terkategori miskin, 130.000 di antaranya memiliki pekerjaan.

Walaupun Swiss selamat dari terpaan badai krisis ekonomi yang melanda negara-negara Eropa dan Amerika lima tahun terakhir, laju perekonomian di negara itu melambat.

Statistik resmi menunjukkan angka kemiskinan di Swiss cenderung tidak bergeser antara tahun 2011 dan 2012, namun menurun dari 9,3 persen pada tahun 2007.*

http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2014/07/16/25485/di-swiss-1-dari-13-orang-hidup-dalam-kemiskinan.html#.U8ZH_UA0TxE

Friday, July 11, 2014

Bank-Bank Eropa Dalam Masalah Besar

Bursa saham di Eropa dan Amerika jatuh setelah Bank terbesar Portugal Espirito Santo Internasional berada dalam kondisi tidak mampu membayar utangnya. Saham bank tersebut pun mengalami penghentian transaksi (suspended) kamis kemarin (10/07).Begitu pula dengan Hypo Alpe Bank dan Erste Bank di Austria yang mengalami kerugian besar mortgage loans dalam mata uang Franc Swiss terhadap Rumania dan Hungaria.

Krisis ekonomi Eropa bukan hanya melanda  Spanyol, Italia, Portugal, dan Yunani, tapi juga melanda Perancis, Jerman, dan Swedia. Bank Sentral Jerman mengalami leverage (rasio utang terhadap modal) 50 kali. Di Swedia yang ekonominya cenderung kuat, mengalami peningkatan tingkat bunga yang cepat, hal ini menimbulkan masalah sebab orang Swedia terkenal memiliki pinjaman yang besar diantara negara-negara Eropa.

 Mario Draghi presiden bank sentral Eropa mencemaskan keadaan ini dan segera akan mengeluarkan paket stimulus ekonomi. Negara Eropa mempunyai masyarakat yang memiliki tingkat utang tinggi, yang dipicu sebelumnya oleh bunga yang rendah. Ketika utang meningkat, risiko pun meningkat. Hal ini memicu paket stimulus ekonomi global yang berarti pencetakan uang kertas lebih banyak lagi, yang ini semua akan menuju kebangkrutan perbankan.

Situasi saat ini mirip dengan krisis 2008 lalu, bedanya dahulu yang terkena dampak pertama adalah pemerintah, kini yang terkena dampak awal adalah deposan bank. Maka cara terbaik mengantisipasi ini adalah menyimpan dan memutar aset dalam komoditas (emas, dinar, tanah, kebun) atau sektor riil (perdagangan, pertanian, peternakan dll).