www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, November 29, 2023

"Israel" Bangkrut?

Perang dengan kelompok Hamas di Gaza, Palestina, ternyata merugikan Israel. Bahkan setidaknya US$ 269 juta (sekitar Rp 4,1 triliun) per hari hilang di negeri itu.

Perang Gaza dikatakan memberikan pukulan yang lebih besar terhadap perekonomian negara tersebut dibandingkan konflik-konflik sebelumnya. Hal ini ditegaskan lembaga pemeringkat Moody's dalam sebuah laporan berdasarkan perkiraan Kementerian Keuangan Israel.

"Kerugian keseluruhan dari perang ini bisa mencapai US$ 53,5 miliar (Rp 830 triliun), hampir 10% dari PDB," menurut laporan itu mengutip data dari Institute for National Security Studies (INSS), dimuat Senin (27/11/2023).

"Sehingga mengancam masa depan ekonomi Israel," tambahnya.

Meski begitu tingkat keparahan terhadap perekonomian akan bergantung pada lamanya konflik militer. Ini juga terkait prospek jangka panjang situasi keamanan dalam negeri Israel.

Guncangan ekonomi akan datang dari berkurangnya investasi. Ini juga menyebabkan gangguan pada pasar tenaga kerja, dan melambatnya pertumbuhan produktivitas.

"Meskipun ketidakpastian masih sangat tinggi, kami yakin dampaknya terhadap perekonomian bisa lebih parah dibandingkan konflik dan kekerasan militer sebelumnya," tegas Wakil Presiden Senior Moody's, Kathrin Muehlbronner

Sumber : cnbc.com

Tuesday, November 28, 2023

Ang Swee Chai, Dokter Bedah Ortopedi di Kamp Pengungsi Palestina

Di perairan Mediterania atau sekitar 49 mil dari Gaza, Palestina, Angkatan Laut Israel mencegat kapal Al-Awda milik Freedom Flotilla Coalition (FFC) pada 29 Juli 2018. Kapal ini mengangkut 22 aktivis dan bantuan kemanusiaan senilai 20.721 dolar yang akan diberikan kepada penduduk Palestina. Para aktivis kemudian dibawa ke zona militer tertutup di Ashdod untuk digeledah dan barang-barangnya disita. Setelah itu, mereka ditahan selama tiga hari di penjara Givron yang terletak di kota Ramla. Dr. Ang Swee Chai, ahli bedah ortopedi dengan kewarganegaraan ganda Inggris-Singapura, salah satu di antara 22 aktivis yang ditahan saat itu. Ia menjalani masa penahanan selama tiga hari.

 Beberapa minggu kemudian ia dideportasi ke Inggris. Sejumlah barang pribadinya, seperti kartu kredit dan uang tunai tidak kunjung dikembalikan oleh pasukan Israel.

Dalam pembantaian di Beirut Keterlibatan Ang Swee Chai dalam misi kemanusiaan untuk warga Palestina pada tahun 2018 bukan pengalaman pertamanya. Pada Agustus 1982, ia terdaftar sebagai sukarelawan tenaga ahli bedah ortopedi dari Christian Aid Inggris untuk menolong warga Lebanon dan para pengungsi Palestina. Dikutip dari memoarnya From Beirut to Jerusalem (2020), ia sedianya ditempatkan di Rumah Sakit Gaza yang menghadap kamp pengungsi Sabra dan Shatila. Namun, karena sebagian bangunan rumah sakit hancur, maka ia dipekerjakan di rumah sakit darurat di basement Near East School of Theology. Ia melayani pasien yang menderita bermacam-macam luka perang. Namun situasi semakin sulit akibat blokade Israel yang menyebabkan kelangkaan air, listrik, dan pasokan makanan untuk penduduk Beirut. Sehingga sangat tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan operasi kepada para pasien. Hari berganti hari, situasi semakin kondusif setelah PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) meninggalkan Beirut Barat atas perjanjian dengan "Israel" yang dimediasi Amerika Serikat pada 19 Agustus 1982. Warga di kamp-kamp pengungsian Palestina mulai membangun kembali bangunan-bangunan yang sebelumnya hancur akibat serangan-serangan Israel. Para pasien juga mulai berpindah ke Rumah Sakit Gaza yang berangsur pulih. Pergaulan dengan warga Palestina dan Lebanon mulai terjalin. Tak jarang, ia mendatangi penduduk di kamp Sabra dan Shatila. Sambutan hangat selalu didapatkannya, bahkan orang-orang Palestina selalu memberi hadiah untuknya.

Malam tanggal 14 September 1982, kedamaian yang tercipta seketika hilang. Suara ledakan bom membuatnya terbangun dari tidur. Berita tengah malam mengabarkan ledakan terjadi di Beirut Timur dan menewaskan Presiden Lebanon, Bashir Gemayel. Serangan tersebut dilakukan dengan dalih mencari sisa-sisa aktivis PLO yang diduga masih berada di Beirut Barat. Esoknya, di tengah dentuman bom Israel, Rumah Sakit Gaza menjadi sibuk. Seluruh perawat harus memulangkan para pasien rawat inap yang kondisinya mulai membaik agar dapat memberi ruang bagi para korban baru. Sejumlah tindakan operasi dibatalkan. Meski demikian, tidak ada keluhan dari para pasien. Salah satu dari mereka bahkan berkata, "Tidak apa-apa dokter, kami tahu, bukan anda yang membatalkan operasi kami. Ariel Sharon-lah (kala itu menjabat Menteri Pertahanan Israel) yang membatalkannya," kenang Ang Swee Chai. Hingga sore hari, bom semakin mendekati Rumah Sakit Gaza. Pada pukul 16.30, ia mendengar kabar "Israel" telah menyerbu Rumah Sakit Akka dan menembak mati para perawat, dokter, dan pasien. Malam harinya, kamp Sabra dan Shatila dikepung. Rentetan peluru milisi Kristen Maronit, Phalange--sekutu Israel di Lebanon--dimuntahkan kepada penduduk Palestina.

 Pada 18 September 1982, seiring dengan berakhirnya serangan terhadap pengungsi, ia bersama beberapa perawat lainnya dievakuasi dari Rumah Sakit Gaza menuju halaman gedung PBB di ujung kamp. Ia diinterogasi terkait dokumen dan afiliasi politik, hingga akhirnya ditawan di markas "Israel".

Mayat-mayat bertumpuk di gang-gang kamp dan buldoser menghancurkan rumah-rumah kamp. [...] setidaknya 3.000 orang terbunuh," tulisnya dalam Middle East Minor mengenang perjalanan saat dibawa tentara Israel. Pada 1 November 1982, ia bersama Ellen Siegel, perawat asal Amerika Serikat, turut memberikan kesaksian atas pembantaian terhadap warga Palestina di kamp Sabra dan Shatila dalam Komisi Kahan yang digelar di Yerusalem. Namun kesaksiannya dinyatakan sangat bertentangan dengan informasi dari pejabat IDF (militer Israel) yang terlebih dahulu memberikan kesaksian. Akhirnya komisi tersebut tidak dapat mengurangi penderitaan rakyat Palestina. Beberapa hari berikutnya ia kembali ke Inggris seiring dengan masa kerjanya sebagai sukarelawan telah habis. Sejak itu, anggapan tentang masyarakat Palestina sebagai sekumpulan teroris lenyap dalam benaknya. Ia tidak dapat menoleransi aksi-aksi militer "Israel" yang sebelumnya ia dukung dan hormati sebagai orang-orang pilihan Tuhan dalam keyakinannya. Mendirikan Medical Aid for Palestinians Sekembalinya ke Inggris, ia mendapat sambutan dari para sahabat dan suaminya, Francis Khoo. Ang Swee Chai berniat untuk melanjutkan perjuangannya membela rakyat Palestina.

 Pada awalnya rencana itu terasa sulit. Tak banyak koran yang bersedia memublikasikan pengalamannya. Sebagian besar wartawan bahkan memilih anggota tim dokter yang asli kelahiran Inggris untuk menjelaskan peristiwa di Lebanon. Atas bantuan biaya dari suaminya, ia membuat seminar secara mandiri untuk mengisahkan kondisi penduduk Palestina di kamp pengungsian. Gayung bersambut, masyarakat Inggris mulai menunjukkan kepeduliannya dan siap memberikan bantuan untuk rakyat Palestina. Hasilnya, pada akhir tahun 1982, ia bersama suami dan para sukarelawan Inggris yang baru kembali dari Lebanon mendirikan lembaga bantuan medis bernama Medical Aid for Palestinians (MAP). Lembaga amal ini memberikan bantuan medis bagi para korban dalam Perang Saudara Lebanon pada 1985 dan 1987. Seiring waktu, mereka tidak hanya bekerja untuk warga Palestina di Lebanon, tapi juga di Jalur Gaza dan Tepi Barat.


Tuesday, November 7, 2023

Toilet Emas hilang dari rumah kelahiran Winston Churchill

Empat orang dijatuhi hukuman dalam kasus pencurian toilet emas 18 karat dari istana Blenheim Inggris, yang sekaligus tempat kelahiran mantan pemimpin perang Inggrisn Winston Churchill.

Toilet ini bernilai 4,8 juta poundsterling ini adalah sebuah karya seni satire dengan judul "Amerika" yang dirancang artis  konseptual Italia, Maurizio Cattelan. Toilet mewah ini adalah bagian dari instalasi seni istana Blenheim dekat Oxford yang hilang pada September 2019.

Kejaksaan Inggris telah menjatuhkan hukuman terhadap 4 orang tersangka berusia 35-39 tahun. Mereka dituduh melakukan pencurian dan pemindahan property.

7 orang telah ditahan dalam kasus ini, tapi tidak ada seorangpun yang dijatuhi hukuman hingga hari ini atau 4 tahun setelah kejadian. Toliet emas itupun hingga hari ini belum ditemukan.

Sumber : apnews.com




Monday, November 6, 2023

Property Amerika Kolaps

Jatuhnya bisnis property Amerika akan menjadi alarm bagi perbankan negara paman Sam tsb.

Hunian property saat ini juga hanya 49% dan developer mulai menjual dengan diskon mulai dari 50, 60, hingga 70%.

Prof Stijn van Nieuwerberg ahli keuangan dan properti University of Columbia menyatakan bahwa nilai saham properti telah kehilangan 40-45% dibanding sebelum era Covid 19.

Menurut laporan  Morgan Stanley,  harga rumah akan turun 7% di AS akhir 2023.

Property tidak langsung kolaps secara tiba-tiba. Apabila harga properti naik tajam dengan cepat, maka potensi bubble akan muncul.

Sumber : telegraph.co.uk

Bank Sentral Cina Cetak Rekor

Cina mencetak rekor sebagai bank sentral dengan pembelian emas terbanyak dalam 9 bulan pertama tahun ini, sebagai lindung nilai dan melepaskan ketergantungan terhadap Dollar.

Cina telah membeli 800 ton emas dalam 9 bulan pertama tahun Ini atau naik 14% dibanding tahun lalu. 

Kenaikan permintaan emas ini juga dipicu oleh perang Hamas dan penjajah "Israel "yang memicu naiknya aset emas sebesar 10% dalam 16 hari pertama peperangan.

Sumber: Financialtimes.com





Friday, November 3, 2023

Golda Meir : Dunia Arab dan Islam Tidur


Pada 21 Agustus 1969, Masjid Al
Aqsha dibakar. Api dengan segera melahap sajadah, mushaf Al Quran, atap masjid dan beberapa bagian-bagian masjid yg terbuat dari kayu. Salah satu yg turut terbakar adalah mimbar yg dibuat pada tahun 1187 dan diletakkan di Al Aqsha oleh pemimpin dan pahlawan umat Islam Shalahuddin Al Ayyubi, sang pembebas dan pembuka Al Quds pada tahun yg sama setelah mengalahkam tentara salib yg dipimpin oleh Richard I (The Lionheart) dari Inggris setelah berkuasa hampir 1 abad di sana.

Pelaku pembakarannya adalah seseorang yg berasal dari Australia bernama Dennis Michael Rohan yg didukung penuh oleh pemukim pendatang Zionis Israel lainnya di sana. Umat Islam setempat berusaha memadamkan api tersebut. Namun, upaya tersebut dihalangi oleh tentara Zionis Israel.

Dennis Michael Rohan ditangkap dua hari kemudian pada tanggal 23 Agustus 1969. Namun dibebaskan atas alasan gangguan jiwa.

Hal yg lebih ‘menarik’ adalah pernyataan Perdana Menteri Israel Golda Meir (PM perempuan satu-satunya) pada saat terjadinya kebakaran di Masjid Al Aqsha tersebut. Ia mengaku tidak bisa tidur karena takut negara-negara Arab sekitar dan dunia Islam menyerang Israel sebagai bentuk perlawanan atas terbakarnya Masjid Al Aqsha dan juga kekalahan perang Enam Hari pada tahun 1967, dua tahun sebelumnya. Namun, besoknya ternyata tidak terjadi apa-apa.

Muncullah pernyataan Golda Meir yg diabadikan dalam catatan sejarah yg seharusnya menjadi tamparan keras negara-negara Arab dan dunia Islam:

“Aku tak bisa tidur di hari ketika Al Aqsha terbakar. Dan aku mengira hari itu Israel akan musnah. Namun ketika aku menjumpai pagi, ternyata malah Arab dan Islam-lah yg sedang tertidur”.

Hari ini, 54 tahun setelah terbakarnya Masjid Al Aqsha dan pernyataan Golda Meir, apakah Arab dan dunia Islam masih tertidur? Semoga saja tidak.

Krisis Ekonomi "Israel"

Bulan lalu, gembong Zionis Israel Benjamin Netanyahu meramalkan era baru perdamaian dan kemakmuran di Timur Tengah, berdasarkan pada meningkatnya pengakuan terhadap ‘Israel’ di wilayah tersebut.

Hari ini, dengan perang Israel-Gaza memasuki minggu keempat, visi tersebut menjadi berantakan.

Mobilisasi 360.000 tentara cadangan dan evakuasi 250.000 pemukim ‘Israel’ wilayah Palestina yang terjajah, menurut angka yang diberikan oleh militer ‘Israel’, telah menjungkirbalikkan banyak bisnis. Restoran dan toko-toko telah kosong. Maskapai penerbangan telah membatalkan sebagian besar penerbangan ke ‘Israel’, dan para turis telah membatalkan perjalanan mereka. Ladang gas alam utama telah ditutup, pertanian telah dihancurkan karena kurangnya pekerja dan bisnis telah merumahkan puluhan ribu pekerja. Sebegitu besarlah pengaruh serangan Hamas terhadap Zionis.

Israel’ bersumpah untuk menghancurkan kelompok perlawanan Palestina Hamas yang berkuasa di Gaza, yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang lainnya dalam sebuah serangan pada tanggal 7 Oktober di ‘Israel’ selatan. Serangan udara ‘Israel’ telah meratakan seluruh lingkungan di Gaza dan membunuh lebih dari 8.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.

Eskalasi konflik adalah ancaman yang nyata. ‘Israel’ sudah terlibat dalam pertempuran tingkat rendah di tiga garis depan lain – Lebanon, Tepi Barat yang diduduki dan Suriah. Konflik yang panjang dan mungkin melibatkan banyak front dapat mempersulit pemulihan ekonomi dibandingkan dengan masa lalu. Dan bahkan sebelum perang, ekonomi ‘Israel’ telah mengalami penurunan akibat proposal kontroversial Netanyahu untuk melemahkan lembaga peradilan.

Tak cukup dengan subsidi

Kementerian Keuangan ‘Israel’ telah mempresentasikan sebuah rencana bantuan ekonomi berupa dana subsidi sebesar $1 miliar untuk bisnis-bisnis yang dirugikan oleh perang. Para kritikus mengatakan bahwa hal itu tidak cukup dan menuntut pengalihan beberapa miliaran dolar yang dialokasikan untuk proyek partai-partai ultra-Ortodoks dan pro-pemukim di bawah perjanjian koalisi.

Minggu ini, sebuah kelompok yang terdiri dari 300 ekonom terkemuka meminta Netanyahu dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk “sadar”.

Pukulan telak yang dialami Israel membutuhkan perubahan mendasar dalam prioritas nasional dan penyaluran dana besar-besaran untuk menangani kerusakan akibat perang, bantuan bagi para korban, dan rehabilitasi ekonomi,” kata mereka dalam sebuah surat, yang memprediksi biaya perang akan melonjak hingga miliaran dolar.

Mereka mendesak Netanyahu dan Smotrich untuk “segera menangguhkan pendanaan untuk kegiatan apa pun yang tidak penting bagi upaya masa perang dan rehabilitasi ekonomi – dan yang pertama dan terutama, dana yang dianggarkan untuk perjanjian koalisi.”

Bank sentral ‘Israel’ telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2023 menjadi 2,3% dari 3% – dengan asumsi bahwa pertempuran hanya terjadi di bagian selatan negara tersebut.

Bank sentral telah mengalokasikan $30 miliar untuk menopang mata uang shekel. Pada sebuah konferensi pers minggu ini, Gubernur Bank Sentral Amir Yaron menekankan ketahanan ekonomi yang ia gambarkan sebagai “kuat dan stabil.”

Perekonomian Israel tahu bagaimana memulihkan diri dari masa-masa sulit di masa lalu dan kembali dengan cepat menuju kemakmuran, dan saya tidak ragu bahwa hal itu akan terjadi kali ini juga,” kata Yaron.

Entitas Zioni memasuki perang dengan cadangan devisa sekitar $200 miliar. Selain itu, pemerintahan Biden menginginkan Kongres untuk menyetujui bantuan darurat sebesar $14 miliar untuk ‘Israel’, yang sebagian besar merupakan dana militer, di samping $3,8 miliar yang diterimanya setiap tahun.

Meningkatnya inflasi

Pada awal perang, ‘Israe’l memerintahkan Chevron untuk menghentikan produksi di ladang gas alam Tamar untuk mengurangi kerentanan terhadap rudal. Pakar energi Amit Mor memperkirakan penghentian produksi ini dapat menyebabkan ‘Israel’ kehilangan pendapatan sebesar $200 juta per bulan.

Jika kelompok Hizbullah di Lebanon bergabung dalam perang dengan kekuatan penuh, hal itu dapat mempengaruhi produksi di dua ladang lainnya, termasuk ladang gas terbesar yang dikuasai ‘Israel’, kata Mor. Namun ia tidak berpikir bahwa perang akan berdampak buruk pada eksplorasi energi lebih lanjut.

“Para pemain sadar akan risiko politik. Ini sudah ada sejak lama,” katanya.

Bahkan sebelum perang pecah, ‘Israel’ – entitas yang memiliki perekonomian yang menyaingi negara-negara di Eropa Barat – telah mengalami kesulitan. Pundi-pundi keuangannya, yang tadinya membengkak akibat investasi teknologi, dihantam oleh usulan perombakan peradilan , yang berusaha melemahkan kekuatan pengadilan entitas itu.

Pemerintah mengatakan bahwa peradilan yang tidak dipilih memiliki kekuasaan yang terlalu besar, namun para pendukungnya menganggap hal ini sebagai pengawasan yang paling serius terhadap kekuasaan para politisi. Kekhawatiran mengenai tata kelola pemerintahan Israel, kenaikan inflasi, dan perlambatan investasi teknologi di seluruh dunia tahun lalu juga membebani perekonomian.

Otoritas Inovasi ‘Israel’ melakukan pemeriksaan denyut nadi perusahaan rintisan selama perang dan menemukan bahwa perlambatan dalam pengumpulan modal, bersama dengan pemanggilan karyawan untuk tugas cadangan, “menimbulkan tantangan bagi sejumlah besar perusahaan teknologi tinggi,” kata Kepala Eksekutif Dror Bin.

“Ada perusahaan yang terancam ditutup dalam beberapa bulan ke depan,” kata Bin.*

Sumber : Hidayatullah.com