www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, September 25, 2020

Gold Mine Production

Walaupun harga emas mengalami puncak sejak pandemi Maret 2020, namun produksi emas dunia cenderung statis bahkan turun. Produksi emas tahun 2020 mengalami penurunan pertama sejak 2008.



Total cadangan emas yang sudah berhasil di tambang ada sekitar 190.000 ton. Dari jumlah tersebut sekitar 20% masih ada di bawah permukaan bumi, dalam proses penambangan.

Cadangan emas terbesar dunia saat ini ada di Witwatersrand, Basin Afrika Selatan, dengan perkiraan cadangan 30% dari total cadangan emas di permukaan bumi. Tambang besar lainnya adalah deep-mine Mponeng Afrika Selatan, Newmont Boddington Australia, Grasberg Freeport Papua Indonesia, Nevada Mine Amerika Serikat.

Berikut adalah 10 tambang terbesar dunia
versi World Gold Council :

 
Walaupun masih sulit menghitung cadangan emas di permukaan bumi, namun planet ini bukan tempat satu-satunya. Bulan ternyata  juga menyimpan cadangan emas, namun tidak ekonomis untuk mengeksplorasinya. 


Antartika juga menyimpan cadangan emas yang besar, namun juga terkendala dengan cuaca ekstrem sehingga membutuhkan biaya produksi yang besar. Demikian pula cadangan emas kaya di dasar samudra, namun alasannya sama, tidak ekonomis.

Sumber : bbc.com

Monday, September 21, 2020

Ketidakstabilan Politik Internasional dan Harga Emas

Sejak pertengahan September ini harga emas mengalami penurunan sebagian dipicu oleh permintaan emas oleh bank sentral mengalami titik terendah. Bulan Juli lalu pembelian emas oleh bank sentral adalah 8,2 ton. Angka ini terendah sejak 2018. Sepanjang 2020 sendiri permintaan emas mencapai 200 ton, sehingga permintan 8,2 ton per Juli 2020 termasuk amat rendah, yang memicu penurunan harga emas internasional pekan ini.

Namun ada beberapa faktor yang justru bisa memicu kenaikan kembali harga emas bulan-bulan mendatang. Berikut di antaranya :

Pilpres AS

Tensi politik sedang memanas menjelang pemilihan presiden AS 03 November mendatang. Petahana presiden Trump dari Republik berhadapan dengan Joe Biden dari Demokrat. "Pertarungan ini makin sengit seiring kematian hakim MA Ruth Bader Ginsburg dari kubu Liberal atau Demokrat. Komposisi hakim MA berpengaruh dalam penuntutan kecurangan pilpres pasca pemilihan. Apalagi pengganti dari Ginsburg adalah hakim dari kubu konservatif atau Republik yang tentu menguntungkan Trump.
Selama ini krisis politik di Amerika cenderung memicu kenaikan harga emas internasional.

Perang Dagang Cina - AS

Perang dagang kedua negara besar yang berjalan sejak 5 tahun lalu, kini mencapai puncaknya seiring larangan atau blokir aplikasi Cina Tiktok dan Wechat oleh Amerika. Tidak sampai disitu pemerintaham Trump juga memburu investor Amerika yang terkait dengan keduanya. Perang dagang ini bisa memicu balasan dari Cina dengan melepas obligasi Amerika atau cadangan devisa Cina yang sebagian besar dalam bentuk Dollar. Sebagaimana yang disinyalir oleh Xi Junyang, profesor di Shanghai University of Finance and Economic bahwa Cina akan melepas secara bertahap obligasi AS sebesar US$800 miliar. Total obligasi yang Cina punya lebih dari US$1 Triliun. Aksi ini tentu melemahkan Dollar dan memicu kenaikan harga emas.

Covid 19 kembali melanda Eropa

Kenaikan kembali Covid 19 di negara-negara Eropa kembali memicu kekhawatiran lockdown total di kawasan itu. Hal ini dapat memicu jatuhnya indeks harga saham di Eropa. Kejatuhan saham ini tentu akan merembet ke ekonomi Amerika yang secara simultan juga merangsang kenaikan harga emas internasional.

Masih ada faktor-faktor lain di berbagai kawasan yang bisa memicu krisis politk dan ekonomi seperti di mediterania antara Turki - Yunani yang menyeret kekuatan militer global seperti Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

Namun faktor-faktor di atas masih terus berkembang dan berbagai kemungkinan dapat terjadi. Yang jelas potensi ketidakstabilan politik yang memicu ketidakstabilan ekonomi masih terbuka.


Sunday, September 6, 2020

Bank Sentral Filipina : Active Gold Trading

Bank Sentral Filipina beralih status menjadi active gold trading (pelaku aktif perdagangan emas)  dalam upaya badan moneter itu untuk menemukan pola terbaik dalam pengelolaan cadangan devisa. Demikian pernyataan gubernur bank sentral Benjamin Diokno Sabtu (5/9) kemarin. 

Bank Sentral Filipina beralih dari passive gold trading menjadi active gold trading akibat dinamika harga emas beberapa bulan belakangan. Undang-undang baru diluncurkan yang memungkinkan bank sentral  membeli emas dari perusahaan tambang tradisional di tengah tingginya cadangan devisa mereka, tambah Diokno.

Penelitian terbaru menyatakan proporsi emas dalam cadangan devisa yang ideal adalah 9,8%, sementara survey bank Dunia menghasilkan angka 9,55%. Bank Sentral Filipina sendiri mencadangkan 10% lebih rasio emas terhadap cadangan devisa mereka, masih menurut Diokno.

Filipina akan selalu menerapkan "kebijakan yang opurtunis dalam pengelolaan cadangan devisanya", kata salah seorang direkturnya. Negara tersebut mencatat cadangan devisa bruto senilai $98 miliar pada akhir Juli 2020.

Sumber : bloomberg.com



Saturday, September 5, 2020

Monopoli Uang Bank Sentral

Ekonom baik di pemerintahan atau akademis mempunyai kontrol terhadap bank Sentral. Sedangkan bank Sentral memiliki kontrol penuh terhadap apa yang kita sebut dengan mata uang (spt Dollar, Euro, Yen, dan mata uang utama dunia lainnya). 

Barang siapa yang mengontrol mata uang maka secara tidak langsung mengontrol ekonomi bahkan mengontrol suatu negara dengan cara menentukan kapan dan berapa banyak kredit yang akan dikucurkan atau  melonggarkan dan memperketat kredit.

Dalam situasi perekonomian yang sulit perusahaan, bank, UKM yang mendapat kucuran kredit dapat bertahan, sedangkan mereka yang mengalami pengetatan kredit  tersendat jalan.

Kekuatan ini berbasis uang dan uang tsb dikontrol oleh bank sentral, terutama bank sentral AS The Fed. Dan  kembali pada monopoli  pencetakan atau penerbitan uang, baik cetak secara fisik atau dalam bentuk bit binary dalam layar komputer.

Selagi investor dan institusi dipaksa masuk dalam sistem moneter berbasis Dollar, maka kontrol terhadap Dollar setara dengan kontrol terhadap institusi-institusi tsb. Tatkala mata uang jenis lain (emas dan perak) dapat bersaing dengan Dollar (atau Euro) sebagai store of value (penyimpan nilai) dan medium of exchange (alat tukar) maka kontrol para elit terhadap Dollar akan hilang.

Itulah mengapa para elit selalu memarjinalkan atau mempunyai persepsi negatif terhadap emas. Mudah sekali menunjukkan bahwa emas adalah mata uang yang jauh lebih unggul dibanding mata uang  lain yang diedarkan bank sentral dalam memproteksi nilai.

Tidak hanya superior sebagai mata uang, tapi emas juga tidak dikontrol oleh suatu institusi spt bank sentral atau kelompok tertentu. Walau memang perusahaan tambang emas melakukan kontrol suplay emas, namun nilainya hanya 1,8% dari total emas yg beredar di tengah masyarakat.

Nilai atau value dari emas tidak ditentukan oleh produksi atau suplay baru, tetapi oleh total emas yang beredar di permukan bumi (sekitar 190.000 metric ton). Emas sejumlah itu saat ini terpusat pada dua institusi atau kelompok. Yang pertama adalah bank-bank sentral dan departemen keuangan (sekitar 34.000 metric ton) dan yang kedua oleh kalangan swasta dalam bentuk emas perhiasan dan logam mulia (koin emas dan batangan).

Suplay emas yang diperdagangkan day to day sebagai produk dan investasi hanya berbilang sedikit dari total cadangan yang ada.  Kelebihan lain emas sebagai benda berharga dan jenis uang yang perkasa, adalah tidak di bawah kontrol institusi atau kelompok individu manapun. Dan tidak mungkin memperbanyak atau mencetaknya semudah bank sentral mencetak "uang".

Maka jelas emas menjadi ancaman utama bagi bank sentral dalam praktek monopoli uang. Mereka tidak dapat membuat emas "hilang" dalam peredaran atau bahkan melakukan penyitaan secara masif dan permanen.

Apabila emas adalah ancaman utama bagi bank sentral dan mustahil "dihilangkan" dari peredaran, maka it must be discredited (disalahartikan persepsinya). Seperti narasi klasik sbb : 

Tidak cukup emas di dunia untuk mendukung transaksi dan perdagangan.

Jawab : 
Emas akan selalu cukup untuk itu, karena ini hanya masalah pergerakan harga. Pertama, sejumlah emas yang sama dapat mensupport sejumlah transaksi yang jauh lebih besar ketika harga emas mengalami kenaikan. Kedua sejumlah emas yang sama dapat mensupport transaksi yang lebih besar ketika perputaran (velocity) transaksi emas ikut meningkat.

Suplay emas tidak cukup cepat untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi.

Jawab : 
Bank sentral selalu dapat menambah suplay uang secara formal dengan cara mencetaknya dan menggunakan uang tsb untuk membeli emas dari pihak swasta. Hal ini akan meningkatkan suplay uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi.


Emas dapat menimbulkan kepanikan dan krisis keuangan

Jawab :
Ketika sistem moneter dunia menggunakan standar emas, memang muncul kepanikan dan krisis, namun ketika era standar emas berakhir kepanikan dan krisis pun muncul. Artinya emas bukan penyebab krisis. Kepanikan dan krisis finansial disebabkan oleh hilangnya kepercayaan publik terhadap bank, uang kertas dan kinerja ekonomi.

Emas sebagai penyebab  Great Depression tahun 1930-an di AS

Jawab :
Ekonom Milton Friedman dan mantan Ketua Bank Sentral AS (The Fed) Ben Bernanke telah menulis makalah bahwa penyebab Great Depression adalah The Fed sendiri, dimana mereka mencetak Dollar sejumlah 250% melampaui cadangan emas seharusnya. Sebelumnya suplay Dollar tidak pernah melebihi 100% dari cadangan emas. Bahkan ketika masih dalam sistem gold standard saja The Fed menaikkan suplay uang lebih dari 2 kali lipat. Jadi penyebabnya lebih kepada kegagalan bank sentral AS dibanding kegagalan emas.

Kesimpulannya ada narasi "cerdas" kenapa emas tidak menjadi pilihan sebagai mata uang, sayangnya narasi tsb salah.
Itulah mengapa  banyak orang mudah percaya kepada ekonom dengan persepsi keliru terhadap emas atau tidak cukup pengetahuan mengenai sejarah ekonomi (sejak 50 tahun lalu sejarah ekonomi ini bahkan tidak diajarkan kembali di perguruan tinggi). Sesungguhnya ekonom memahami emas adalah mata uang sesungguhnya, namun mereka menyembunyikannya, karena ini dapat menghilangkan monopoli terhadap uang kertas, yang berarti monopoli terhadap kekuasaan.

Sumber : Jim Rickards penulis buku Currency Wars : the Making of Next Global Crisis dalam dailyreckoning.com








Thursday, September 3, 2020

Dilema Dana Pensiun di tengah Pandemi

Dana pensiun mulai melirik emas sebagai salah satu alternatif dalam manajemen asetnya. Selama ini pengelaan aset dana pensiun didominasi produk finansial seperti saham, obligasi, deposito dan sejenisnya. Namun di tengah pandemi dan melonjaknya harga emas dunia, dana pensiun mulai menempatkan emas sebagai salah satu portofolionya.

Kabar terkini datang dari Police and Fire Pension Fund (Dana Pensiun Polisi dan Damkar) Ohio di Amerika Serikat. Mereka mengalokasikan 5% dari total dana US$16 miliar dalam aset emas. Walaupun terhitung kecil, setidaknya mereka mulai mengikuti jejak Texas Teacher Retirement System (Sistem pensiun guru Texas) yang lebih dulu  mengelola dana pensiun dengan alokasi logam mulia.

Langkah berbeda diambil negara bagian Wyoming akhir tahun lalu ketika menolak ide untuk menempatkan sebagian dana negara bagian tsb dalam bentuk emas ketika harga emas saat itu masih rendah di angka $1.300/oz. 

Dalam dengar pendapat di senat Wyoming dengan pejabat deputi keuangan yang baru terpilih, pejabat tsb lebih memilih menempatkan dananya dalam bentuk kredit negara berkembang yang hasilnya adalah kerugian US$ 300 juta lebih. Dia berbeda pendapat dengan gubernur untuk menempatkan sebagian dana dalam bentuk emas.

Memang bias pendapat mengenai investasi emas dalam mengelola dana pensiun telah mengakar, menurut  Direktur Eksekutif the Foundation for the Advancement of Monetary Education (FAME) Larry Parks sbb :
Money managers, lawyers, actuaries, accountants, and other ‘fiduciaries’ recommend pension plans to not have gold in their portfolios. They say that gold is too risky and too volatile.” (Manajer keuangan, Pengacara, Aktuaria, Akuntan, dan Manajer aset lainnya menyarankan agar tidak menyertakan emas dalam perencanaan dana pensiun dengan alasan terlalu berisiko dan ketidakstabilan harga)


Larry Parks memberi jawaban sbb :
The real reason they try to discredit gold is that gold pays no fees, which is their principal concern. Thus, they have an inherent conflict of interest with pensioners, who are by law the sole plan beneficiaries. It is a scandal how pension trustees have been misled.” (Alasan utama mereka sesungguhnya adalah emas tidak memberi imbal hasil sebagaimana investasi lain. Mereka mempunyai konflik kepentingan terselubung dengan klien. Ini adalah skandal bagaimana manajer dana pensiun memberi pandangan yg tidak benar.)

Faktor utama mengalokasikan emas adalah sebagai bentuk proteksi dari penyusutan nilai mata uang konvensional

Sumber : moneymetals.com


Ketika Propaganda the Fed tak lagi Ampuh

Pada sebuah konferensi pers tanggal 10 Juni 2020, kepala bank sentral Amerika the Fed Jerome Powell menegaskan bahwa sistem perbankan AS (meliputi lebih kurang 5.000 bank) adalah kuat dan perkasa sbb :

You have a banking system that is so much better capitalized, so much stronger, better aware of its risks, better at managing its risks, more highly liquid. You have all of those things and they’ve been lending, they’ve been taking in deposits, they’ve been a source of strength in this situation.”
(Sistem perbankan kita memilki modal raksasa, kuat, peka terhadap risiko dan pandai mengelolanya, dan likuiditas yang tinggi. Aktif memberi kredit dan menerima deposit, dan menjadi sumber kekuatan dalam situasi ini)

Alih-alih mempercayai pidato Powell, investor ternama Warren Buffet justru menjual saham-sahamnya di bank-bank utama (5 besar) Amerika. Hanya berselang 3 pekan kemudian perusahaan investasi Buffet menjual 35,5 juta saham JPMorgan Chase atau 61,5% dari kepemilikan saham di bank tersebut. Sebelumnya Buffet telah menjual 1,9 juta saham bank Goldman Sachs, sehingga total dia telah menjual 84% saham bank tsb pada kuartal pertama tahun ini.

Ketika investor seperti Buffet menjual saham justru di saat publik digadang-gadang untuk membelinya, ini adalah pertanda buruk.

Sebelumnya pada kwartal 3 tahun 2018, Buffet membeli saham JPMorgan Chase sejumlah 36,55 juta lembar saham. Kemudian kwartal berikutnya menggenapkannya menjadi 50 juta lembar saham, dan masih menambah pembelian di kwartal pertama 2019.

Sumber : wallstreetonparade.com