www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, December 30, 2020

10 Retail Terbesar di Amerika Bangkrut

Lebih dari 36 perusahaan retail mengajukan pailit di Amerika sepanjang 2020, termasuk perusahaan retail tertua negeri tsb.

Sebelum pandemi, beberapa perusahaan ini  timbul tenggelam untuk bertahan, namun covid 19 membuat sebagian besar tak mampu lagi berjalan. Kebijakan lockdown menghancurkan omset penjualan mereka.

Sekitar 60% perusahaan yang mengajukan pailit sepanjang 2020 memiliki aset lebih dari $100 juta Dollar.

Neiman Marcus, J.C. Penney, Ascena Retail Group dan Tailored Brands turut dalam barisan kebangkrutan perusahaan retail terbesar dalam sejarah - termasuk Sears, Toys dan Circuit City.

Di bawah ini adalah 10 kebangkrutan retail terbesar selama 2020 di Amerika, berdasarkan urutan aset dan utang pada saat pengajuan pailit. Daftar di bawah ini mengacu pada data pengajuan di pengadilan, S & P Global Market Inteligence dan konsultan BDO.

1. J.C. Penney
    Aset           : Lebih dari $5 miliar
    Utang         : Lebih dari $10 miliar
   Jumlah gerai saat pengajuan : 846

Setelah bergelut dalam bisnis selama lebih dari 100 tahun dan beberapa tahun terakhir mengalami kemunduran, akhirnya J.C Penney mengajukan pailit karena beban utang. Mereka bertahan di masa sebelum pandemi, namun covid 19 memperburuk keadaan.
J.C Penney mempekerjakan sekitar 90.000 pegawai- full time atau part time per Februari 2020, dan telah menutup lebih 150 gerai sejak pengajuan pailit, dan 15 lainnya menyusul pada Maret 2021.

Department store ini mendapat peluang pemilik baru yaitu Simon Property Group dan Brookfield Asset Management. Setelah negosiasi berbulan-bulan di pengadilan, akhirnya dua pemilik baru tsb mendapatkan Penney awal Desember 2020 dengan mempertahankan sekitar 60.000 pekerja. Namun masa depan Penney masih menunggu apakah orang-orang akan kembali ke mall untuk membeli pakaian, sepatu, atau tas. Dan tahun depan akan membuktikan perjuangan mereka.

2. Neiman Marcus
     Aset    : lebih dari $ 5 miliar
     Utang  : lebih dari $ 5 miliar
    Jumlah toko saat pengajuan : 67

Adalah department store berkelas lainnya yang mengajukan pailit awal Mei 2020 ini.
Setelah membayar miliaran dollar utang, mereke merombak susunan direksinya dengan membawa  Pauline Brown mantan direktur eBay, Chief Strategy Officer Kris Miller,  sedangkan Geoffroy van Raemdonck tetap sebagai CEO.

3. Guitar Center
     Aset    : lebih dari $ 1 miliar
     Utang  : lebih dari $ 1 miliar
    Jumlah  saat pengajuan : sekitar 300

Guitar Center memulai bisnisnya di Hollywood pada tahun 1950-an dengan menjual organ rumahan, kemudian tumbuh menjadi pemimpin di kelasnya. Namun pandemi mengubah kebiasaaan konsumen dari membeli langsung di toko menjadi memesan  melalui internet. Perusahaan dengan pegawai sekitar 13.000 orang ini akhirnya mengajukan pailit akhir November tahun ini. 

Perusahaan dan pemegang saham mencapai kesepakatan restrukturisasi dengan memangkas utang hampir $800 juta dan menambah modal hingga $165 juta.

4. Tailored Brands
     Aset    : lebih dari $ 1 miliar
     Utang  : lebih dari $ 1 miliar
    Jumlah  toko  saat pengajuan :  1.400

Tailored Brands pemilik Men's Wearhouse dan Jos.A.Bank mengajukan pailit di bulan Agustus, dengan tujuan mengurangi utang dan memperkuat modal yang tergerus akibat pandemi.
 
Kebijakan work from home berdampak pada berkurangnya penjualan jas dan dasi yang menjadi produk andalan mereka. Sebulan sebelum pailit, mereka mengumumkan penutupan sekitar 500 gerai. Mereka juga mengurangi sekitar 20% pegawai.

5. Ascena Retail
     Aset    : lebih dari $ 1 miliar
     Utang  : lebih dari $ 1 miliar
    Jumlah toko saat pengajuan  : 2.800

Perusahaan ini adalah induk dari Ann Taylor and Loft bediri tahun 1962 di Stamford, Connecticut AS. Berawal dengan nama Dressbarn, perusahaan ini berkembang menjadi retail pakaian wanita terbesar di Amerika. Namun penjualannya menurun dari hampir $ 7 miliar pada 2016 menjadi $5,5 miliar tahun 2019.

Ascena tetap berjuang agar hidup di bisnis ini, seiring para wanita beralih kepada retail pakaian H&M & Zara untuk pelayanan cepat, dan toko diskon TJ Maxx dan Ross Stores.

6.GNC
    Aset    : lebih dari $ 1 miliar
    Utang  : lebih dari $ 1 miliar
   Jumlah gerai saat pengajuan  : 2.633

Walaupun sudah mengurangi jumlah gerainya dan mengalihkan investasinya ke digital, GNC akhirnya mengajukan pailit bulan Juni lalu. GNC menyatakan bahwa pandemi hanya memperparah tekanan terhadap keuangan. Dalam masa pailit ini, GNC mempercepat penutupan gerainya dari 800 menjadi 1.200, sementara mereka mencari calon pemilik baru.

Pada bulan September hakim pengadilan pailit setuju menjual pabrik suplemen kesehatan dan vitamin yang berbasis di Pitsburg itu ke perusahaan farmasi Cina Harbin Pharmacheutical Group senilai $770 juta.

7. J.Crew Group
     Aset    : lebih dari $ 1 miliar
     Utang  : lebih dari $ 1 miliar
    Jumlah gerai saat pengajuan  : 491

Perusahaan fashion ini mengajukan pailit pada awal Mei, menjadikannya retail besar pertama yang mengajukan pailit di masa pandemi.

J.Crew berjuang melunasi utangnya yang besar dan tantangan penjualan seiring kritik karena salah dalam melayani  pelanggan setianya. Pada September perusahaan bangkit dari pailit dengan portofolio aset tidak berubah dengan 181 gerai J.Crew, 140 gerai Madewell Shops (merek dengan induk yang sama), dan 170 factory outlets. Kesepakatan restrukturisasi memotong utang perusahaan dan mengalihkan kepemilikan ke lembaga peminjam yang dipimpin oleh New York hedge fund Anchorage Capital Group.

8.Brooks Brothers
    Aset    :  $ 500 juta 
    Utang  :  $ 500 juta 
   Jumlah gerai saat pengajuan  : 244

Brook Brothers adalah salah satu retail busana tertua di Amerika yang mengajukan pailit di bulan Juli, akibat ekspansi perusahaan ke real estate terlalu mahal, dan pandemi mengubah selera mode pakaian pelanggan ke jenis busana lain.

Pada bulan September pengusaha mall Simon dan Authentic Brands Group mengakuisisi Brook Brothers senilai $325 juta dan berjanji tetap membuka 125 gerainya.

"Kami melihat peluang besar secara strategis mengembangkan merek ternama ini ke kancah global", kata Jamie Salter CEO Authentic Brand Group.

9. Stein Mart
     Aset    :  $ 500 juta hingga $ 1 miliar
     Utang  :  $ 500 juta hingga $ 1 miliar
     Jumlah gerai saat pengajuan  : 281

Perusahaan retail pakaian dan aksesoris ini mengajukan pailit pada bulan Agustus dan mulai melikuidasi 281 gerainya. Stein Mart bergelut dengan utangnya sebelum pandemi, dan penjualannya merosot sejak penutupan sementara pada musim semi.

Perusahaan investasi Retail Ecommerce Ventures (REV) mengambil alih hak properti intelektual Stein Mart awal Desember ini dalam lelang pengadilan senilai $6,08 juta. Dan situs SteinMart.com akan diluncurkan kembali awal 2021.

10. Pier 1 Imports
      Aset    :  lebih dari $ 400 juta
      Utang  :  lebih dari $ 250 juta 
     Jumlah gerai saat pengajuan  : 991

Perusahaan retail produk rumah tangga Pier 1 Import mengajukan pailit pertengahan Februari ini setelah bergelut dalam bisnis selama 60 tahun. Upaya mereka mendapatkan pemilik baru belum berhasil seiring pandemi merebak di bulan Maret, memaksa Pier 1 Import mengalami likuidasi total.

Namun karena merek Pier 1 Import masih bernilai, perusahaan REV yang baru saja membeli Stein Mart itu, membeli hak merek dagang, property intelektual, dan aset senilai $31 juta. Pemilik REV, Lopez menyatakan tidak berniat membuka kembali gerai-gerai Pier 1 Import saat ini.
REV juga memiliki Modell’s Sporting Goods, Dressbarn dan Linens ’n Things.
"Saya adalah pengagum Warren Buffet dengan strategi bisnisnya, yaitu membeli sesuatu yang sudah berjalan lebih baik dari membangun dari awal" kata Lopez

Sumber : cnbc.com



Thursday, December 24, 2020

Negara-negara maju (G7) menekankan Regulasi Mata Uang Digital

Sejumlah menteri keuangan dan bank sentral dari negara-negara maju yang tergabung dalam G7 menekankan pentingnya regulasi mata uang digital (cryptocurrency), demikian pernyataan pejabat Departemen Keuangan AS mewakili konferensi setelah pertemuan secara virtual.

Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz memberi pernyataan tajam setelah pertemuan, menggarisbawahi perhatiannya terhadap wewenang Facebook yang akan meluncurkan Libra-baru-baru ini mengganti namanya dengan diem-sebagai mata uang digital di Jerman dan Eropa. Scholz menyatakan  :

“A wolf in sheep’s clothing is still a wolf, It is clear to me that Germany and Europe cannot and will not accept its entry into the market while the regulatory risks are not adequately addressed.” ("Serigala berbalut pakaian domba, tetap saja serigala. Bagi saya jelas Jerman dan Eropa tidak dapat menerima masuknya Libra kedalam pasar, sementara risiko-risiko regulasi tidak dibahas secara memadai)" Dia menambahkan, "Kita mesti melakukan apapun untuk memastikan monopoli mata uang tsb ada di tangan negara".

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sebagai tuan rumah pertemuan ke 12 menteri keuangan negara-negara maju di masa pandemi ini, juga terkait dengan penyerahan ketua atau presiden G7 ke Inggris bulan depan.

Pertemuan tsb membahas pandangan yang berkembang mengenai cryptoasset (mata uang atau aset digital) dan peran negara dalam mencegah peggunaannya untuk tujuan terlarang dan aktivitas gelap." kata Mnuchin.

"Ada dorongan kuat antara negara-negara G7 untuk mengatur penggunaan mata uang digital" tambahnya.

Facebook mengumumkan akan melaunching mata uang Digital Juni 2021, namun negara-negara di dunia khawatir hal ini akan membuat ketidakstabilan sistem keuangan global.


Para pejabat keuangan G7 juga membahas perkambangan ekonomi domestik dan internasional akibat pandemi covid 19 dan strategi dalam pemulihan yang tepat dalam skala global.

Sumber : reuters.com




Monday, December 21, 2020

Koin emas kuno pada masa Henry VIII ditemukan di kebun keluarga Inggris

Sebuah keluarga di Inggris sedang menggarap kebunnya ketika mereka menemukan simpanan koin emas dan perak dari hasil galian. Koin-koin tsb bertarikh 1.400-an masehi di masa kerajaan Inggris antara raja Edward IV hingga Henry VIII.



Temuan tersebut terdiri dari 63 koin emas dan 1 koin perak, dengan periode cetak hampir 100 tahun dari abad 15 hingga 16 masehi. Dimana 4 koin bergambar raja Henry VIII dengan inisial salah satu dari 3 istrinya yaitu Catherine of Aragon, Anne Boleyn, dan Jane Seymour.

Setelah penemuan langka tsb, keluarga yang berasal dari distrik New Forest, Hampshire itu memberitahu museum British dan mengikuti the Portable Antiquities Scheme (PAS) yaitu program kerjasama dengan penduduk yang menemukan barang antik bersejarah sehingga bisa di dokumentasikan dan dipelajari.

British Museum memberi pernyataan pada Kamis (10/12) lalu: "Koin-koin itu sepertinya terkubur sekitar tahun 1540 m di masa raja Henry VIII berkuasa. Namun belum diketahui apakah koin itu disimpan secara bertahap (seperti celengan) atau disimpan seluruhnya sekaligus."

"Siapapun pemiliknya bukanlah orang biasa, nilainya mencapai $18.600 atau £14.000 dengan kurs saat ini", kata Barrie Cook, kurator koin kuno abad pertengahan dan awal abad modern dari British Museum kepada The Guardian.

Menurut John Naylor pakar koin dari Ashmolean Museum Universitas Oxford, koin ini berasal dari akhir tahun 1530-an hingga 1540-an pada masa Dissolution of Monasteries-yaitu proses administratif dan hukum yang membubarkan, menyita pendapatan dan aset, mengambil alih anggota dan fungsi biara-biara di Inggris, Irlandia, dan Wales dari tahun 1536 hingga 1541- dan gereja-gereja  berusaha menyembunyikan aset-aset mereka, seraya berharap menyimpannya dalam jangka panjang.

"Penemuan ini amat penting, karena jarang sekali penemuan timbunan emas dalam jumlah besar pada periode tsb", tambah John Naylor

Sumber : livescience.com

Pegawai Senior HSBC dan Standard Chartered adalah Anggota Partai Komunis Cina


Ratusan pegawai senior bank asal Inggris HSBC dan Standard Chartered adalah anggota Chinese Communist Party atau Partai Komunis Cina (PKC), sebagaimana dokumen yang dilansir harian Inggris The Telegraph Ahad (13/12) pekan lalu.

Dokumen tsb memuat daftar 335 pegawai bank HSBC yang juga anggota PKC. Termasuk di dalamnya senior vice president HSBC Cina, president HSBC kantor cabang Shenzen (salah satu kota penting di Cina) dan deputy manager divisi produk korporat dan konsumen Hongkong.

Sedangkan bank Standard Chartered memperkerjakan 290 pegawai yang juga anggota PKC. Diantara mereka yang telah berbaiat (janji setia) terhadap partai berkuasa di Cina itu adalah deputi presiden kantor cabang Cina,  kepala manajemen investasi, dan kepala perbankan bisnis.

Data tersebut terungkap dari bocoran dokumen yang memuat hampir 2 juta anggota PKC yang menjelaskan pengaruh Beijing. The Telegraph melakukan riset terkait status  para pegawai senior yang masih aktif di bank-bank tersebut.

Sumber : telegraph.co.uk

Friday, December 18, 2020

Kemiskinan Juga Mewabah di AS

Akibat pandemi tingkat kemiskinan naik tajam di Amerika. Selama 5 bulan terakhir sekitar 7,8 juta orang jatuh miskin. Terlebih ketika bantuan sosial pemerintah AS berkurang drastis baru-baru ini. Semula bantuan uang (paycheck) dari pemerintah adalah US$900 per minggu sejak akhir Maret hingga Juli, sejak Agustus hanya US$300 per minggu.

Tingkat kemiskinan naik menjadi 11,7% bulan November ini, atau meningkat 2,4% sejak Juni tahun ini berdasarkan data yang dirilis oleh para peneliti dari Universitas  Chicago dan Universitas Notre Dame. 

Kenaikan tingkat kemiskinan 2,4% dalam setahun adalah yang terbesar sejak Amerika mengukurnya 60 tahun yang lalu. Bahkan angka saat ini nyaris dua kali lipat dari masa krisis minyak tahun 1979-1980 menurut James X. Sullivan, seorang Profesor dari Universitas Notre Dame dan Bruce D.Meyer dari Universitas Chicago Harris School of Public Policy.

Sullivan dan Meyer membuat dashboard pendapatan dan kemiskinan terkait Covid 19 yang melacak seberapa besar warga AS yang jatuh di bawah garis kemiskinan di masa resesi ini. Angka garis kemiskinan  senilai US$ 26.200 (atau Rp366.800.000) per tahun yang terdiri dari satu keluarga dengan anggota 4 orang.

Ekonom menyatakan penyebab tingginya angka kemiskinan ini karena dua hal :
1. Jutaan orang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan. 2. Bantuan pemerintah menurun drastis sejak musim panas tahun ini.

Sullivan mengatakan bahwa kemiskinan naik setiap bulan sejak Juni.

Kemiskinan saat ini lebih tinggi dibanding awal tahun ini. Sejak Juni kemiskinan naik di kalangan warga kulit hitam (naik 3,1% atau 1,4 juta orang), dan bagi warga Amerika dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas ke bawah naik 5,1% atau 5,2 juta orang.

Sumber : washingtonpost.com


Lockdown dan Logam Mulia di Jerman

Ada pengaruh signifikan di Jerman antara lockdown dan permintaan emas dan perak. Jerman sejak Rabu (16/12) kemarin kembali memberlakukan lockdown terkait pandemi covid 19. The Robert Koch Institute melaporkan per Rabu 16 Desember 2020, kasus baru yang terinfeksi mencapai 27.728 orang. Namun seiring pemberlakuan kembali lockdown permintaan emas dan perak juga mengalami kenaikan.

Henry Schwartz, managing director Anlagegold 24 menuturkan bahwa setelah pengumuman lockdown kemarin penjualan emas hariannya naik dua kali lipat hanya dalam hitungan menit. Begitu pula Dominik Kettner dari Edelmetalle melaporkan bahwa penjualan logam mulia mereka naik dari tiga kali menjadi empat kali lipat. Demikian pula Andreas Heubach dari Heubach Edelmetalle di kota Schwaig dekat Nuremberg menjelaskan bahwa mereka mendapat permintaan emas dan perak yang tinggi baik secara fisik maupun online.

Raphael Scherer managing director Philoporo Edelmetalle GmbH menyatakan "Permintaan emas baik dalam bentuk koin atau batangan amat kuat sepanjang tahun ini dibanding tahun 2019. Berawal dari lockdown November tahun ini, permintaan emas meningkat tajam sekali lagi dan prodesen emas nyaris tidak berhenti berproduksi.

"Orang-orang menimbun emas" kata Tim Schieferstein managing director Solit Management GmbH (GoldSilberShop.de), kami mencatat rekor penjualan Senin (14/12) lalu khususnya di toko retail kami di kota Mainz dan juga di toko-toko partner regional dimana pembeli mengantri hingga 50 meter..." tambahnya.

Sumber : goldreporter.de



Thursday, December 17, 2020

AS menuduh Swiss dan Vietnam Manipulasi Mata Uang

Departemen Keuangan AS Rabu(16/12) kemarin menyematkan status currency manipulator (pelaku manipulasi mata uang) terhadap dua negara Swiss dan Vietnam. Sebutan yang sama sebelumnya disandang oleh Cina tahun 2019 lalu ketika tensi perang dagang antara AS dan Cina mencapai puncak.

Amerika menuduh Swiss dan Vietnam mengambil peran dalam melemahkan nilai mata uang Swiss, Franc dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam  perdagangan dengan negara lain. Ketika pemerintah atau bank sentral suatu negara  melemahkan mata uangnya terhadap mata uang mitra dagangnya (dalam hal ini Amerika dan US Dollar),maka hal ini dapat menekan biaya ekspor ke negara tujuan dan ini bertentangan dengan free trade (perdagangan bebas) menurut versi Amerika.

Amerika menuduh Swiss mengucurkan90 miliar franc (atau sekitar US$101,5 miliar) sebagai langkah intervensi di pasar mata uang untuk melemahkan mata uangnya sendiri dalam paruh pertama 2020 di masa pandemi. Bank Sentral Swiss menyangkal tuduhan AS dengan dalih bahwa yang mereka lakukan bertujuan menahan laju penguatan mata uangnya agar mereka terhindar dari deflasi (kondisi turunnya harga barang dan jasa di suatu negara) yang bertentangan dengan kebijakan stabilitas harga.

Swiss memang dikenal sebagai negara dengan nilai mata uang yang paling over-value (nilainya di atas normal) di antara mata uang negara-negara lain.

Salah seorang staff IMF melakukan estimasi pada bulan Agustus silam.bahwa mata uang franc mengalami over-value di kisaran 13,5% hingga 19,7% selama tahun 2019. Setelah laporan ini dirilis nilai franc terhadap Dollar mencapai puncaknya dalam 5 tahun terakhir.

Sumber : reuters.com

Monday, December 7, 2020

Kehancuran Mata Uang Austria dan Jerman 1920-1922

Pada tahun 1920 setelah perang dunia pertama berakhir. Beberapa negara Eropa mengalami krisis mata uang. Austria adalah negara Eropa pertama yang mengalami kehancuran nilai mata uang. Penulis Austria Stefan Zweig menceritakan peristiwa itu dalam otobiografinya The World of Yesterday sbb:

Setiap hotel di Vienna (ibu kota Austria) dipenuhi oleh turis asing, mereka membeli apa saja mulai dari sikat gigi hingga properti, memborong koleksi pribadi dan barang-barang antik sebelum para pemilik toko  menyadari bahwa mereka terjebak dalam sebuah "penjarahan".  Pegawai hotel rendahan dari Swiss, juru tulis dari Belanda dapat menyewa kamar mewah di hotel-hotel di kawasan strategis Ringstrasse . Saya menyaksikan sendiri bagaimana hotel kelas satu di Salzburg, de l'Europe dibanjiri oleh para pengangguran yang karena  sedekah para dermawan di negara asalnya dapat menyewa hotel ternama itu dibanding pemukiman kumuh di negara asal. Setiap barang yang belum diberi harga menghilang di pasaran. Kabar biaya hidup dan produk yang murah di Austria menyebar dengan cepat dan luas. Para pelancong yang "haus" mulai datang dari Swedia hingga Perancis, lebih banyak orang yang berbicara bahasa Italia, Perancis, Turki, dan Rumania dibanding bahasa Jerman sendiri (bahasa penduduk Austria) di kawasan bisnis kota Vienna."

Semua itu terjadi karena nilai mata uang Austria (Krona) kala itu jatuh sedemikian rupa, sehingga nilainya amat rendah jika dinilai oleh mata uang negara-negara Eropa  lainnya.

Setahun kemudian kehancuran nilai mata uang menghampiri Jerman. Ditandai dengan hyperinflation (kenaikan luar biasa harga barang dan jasa secara umum di suatu negara) mendera Jerman saat itu. Stefan Zweig dalam buku yang sama menggambarkan situasi Jerman kala itu sbb :

Biaya untuk membuat sepasang tali sepatu sama dengan membuat sepasang sepatu sebelum krisis, biaya memperbaiki jendela sebuah rumah sama biayanya dengan membangun sebuah rumah di masa sebelumnya, harga sebuah buku setara  dengan nilai sebuah usaha penerbitan yang mempunyai ratusan mesin cetak. Dengan uang $100 seseorang dapat membeli sebaris gedung enam lantai di Kurfürstendamm dan sebuah pabrik setara nilainya dengan sebuah gerobak pada masa sebelum krisis

…Di atas itu semua adalah Hugo Stinnes, figur yang mengambil keuntungan (dalam kesulitan) dengan menggelembungkan nilai kredit atau utangnya sehingga bisa mengeksploitasi nilai Mark (mata uang Jerman) dan membeli apapun yang dijual mulai dari tambang batubara hingga kapal laut, pabrik hingga saham, kastil hingga real estate, dengan nilai yang nyaris nihil, karena setiap transaksi, setiap utang nyaris tidak ada lagi harganya. Dalam waktu yang tak lama, seperempat aset yang ada di Jerman berada dalam genggamannya. Anehnya orang-orang yang matanya sudah tertipu dengan kekayaan dan popularitas Stinnes menjulukinya sebagai Jenius."

Kisah di atas mirip dengan apa yang terjadi saat ini, ketika pasar finansial mendominasi, dan pasar riil atau komoditas menjadi minoritas. Pasar finansial dapat menggelumbung nilainya secara cepat, dan ketika gelembung itu pecah menyisakan produk yang nyaris tidak bernilai.

Di negeri ini krisis moneter 1997-1998 dengan jatuhnya nilai Rupiah terhadap Dollar hanya contoh kecil bagaimana pasar valuta asing bisa digoncang sedemikian rupa oleh seseorang atau kelompok di negeri nun jauh disana. Nilai Rupiah yang jatuh sedemikian rupa, dengan segera properti aset bangsa ini beralih ke "tangan-tangan" asing yang hingga saat ini belum kembali. Maka sistem moneter berbasis emas adalah salah satu solusi ketahanan negara dalam mengatasi ketidakstabilan saat ini.


Friday, December 4, 2020

Bank Sentral Uzbekistan Luncurkan produk Emas

Bank-bank sentral dunia mulai beralih atau mempromosikan emas sebagai lindung nilai (store of value)  dan mendorong emas masuk dalam sirkulasi moneter.

Bank Sentral Italia dalam laman website nya menjelaskan alasan investasi emas :
Gold has traditionally been used to measure the value of goods and was a means of payment in almost every ancient civilization, partly because it is extremely rare in nature and therefore scarce. (Emas sejak dahulu digunakan sebagai alat untuk menilai atau menimbang barang dan jasa serta berfungsi sebagai alat pembayaran hampir di seluruh peradaban kuno, sebagian alasannya karena sifat emas yang langka )

Sehingga ada pergeseran visi bank-bank sentral dunia dari penggunaan fiat atau mata uang kertas ke gold atau emas. Karena bank sentral menilai masa depan mata uang kertas suram.

Salah satunya adalah Bank Sentral Uzbekistan (CBU) yang baru-baru ini meluncurkan produk emas batangan 24 karat bersegel dengan kode QR yang bisa diverifikasi real time. Selama ini CBU hanya meluncurkan produk emas dalam momen peringatan tertentu saja dengan berat 1 troy ounce atau setara dengan 31 gr emas yang bagi rata-rata warganya terlalu mahal. Produk terbaru ini pecahannya lebih variatif mulai dari 5,10,20, dan 50gr.



Bank sentral Uzbekistan termasuk bank sentral yang pro gold terbukti dengan proporsi cadangan devisa dalam bentuk emasnya mencapai 57%. Bandingkan dengan proporsi cadangan devisa Indonesia dalam bentuk emas yang hanya 3,7% ( data per 14 Agustus 2020) dari total cadangan devisa.


Wednesday, December 2, 2020

Rasio Utang terhadap GDP terbaru dari Bank Sentral Jerman


Baru-baru ini Bank Sentral Jerman (Deutsche Bank) merilis riset terbaru mereka mengenai rasio utang dan pendapatan bruto suatu negara (debt to GDP ratio) periode Q4 (kwartal ke 4) 2019 hingga Q3 2020. Rasio debt to GDP ini berkaitan dengan kemampuan suatu institusi atau negara untuk membayar utangnya. Semakin besar angkanya, maka kinerjanya semakin buruk. Rasio ini juga menjadi pertimbangan investor untuk menanam modalnya di suatu negara. Hasil riset Bank Sentral Jerman amat mengejutkan, karena  tidak pernah terjadi sebelumnya (unprecedented level).

Ada 3 sekor yang dinilai yaitu rumah tangga, lembaga non finansial dan pemerintah. Jumlah negara yang dinilai 32 negara. Terdiri dari 7 negara Asia, 13 negara Eropa, 6 negara Amerika (utara dam selatan), kawasan lainnya 6 negara. Sayangnya Indonesia tidak termasuk objek penelitian.

Dari sektor rumah tangga 5 negara tertinggi rasio debt to GDP berturut-turut adalah Kanada, Selandia Baru, Malaysia, AS, dan Thailand. Sedangkan dari sektor lembaga non finansial adalah Kanada, Jepang, Cina, AS, dan 
Norwegia. Sedangkan sektor pemerintah 5 terbesar adalah Kanada, Jepang, AS, Inggris, dan Cina. Yang menarik dari sektor pemerintah dominan negara-negara maju dan "adidaya". Betapa pandemi menguras kemampuan fiskal mereka sehingga rasio utang terhadap GDP mereka tinggi. Angka ini juga bisa menjadi simbol resesi yang memang menerpa negara-negara selama pandemi.













Thought for The Day

Apapun bisa terjadi ketika kebebasan pers (termasuk kebebasan berpendapat) sudah hilang. Segala sesuatu aturan menjadi mungkin ketika totalitarian atau diktator membatasi informasi yang benar. Bagaimana bisa berpendapat ketika masyarakat tidak dapat informasi sebenarnya. Ketika setiap orang selalu membohongi Anda, konsekuensinya bukanlah Anda percaya pada kebohongan, tetapi setiap orang tidak lagi percaya  apapun. Karena kebohongan mesti dibongkar, dan pemerintah yang  gemar berbohong mesti menulis ulang sejarahnya sendiri. Pada akhirnya Anda tidak hanya menerima satu kebohongan, tetapi sejumlah besar kebohongan, tergantung kemana angin politik berhembus. Dan orang yang tidak lagi percaya pada apapun tidak dapat berfikir jernih. Mereka kehilangan tidak hanya kemampuan untuk bertindak, namun juga kemampuan untuk berfikir dan menilai. Dan karakter orang seperti iniIah, yang Anda dapat kendalikan. -- Hannah Arendt, 1974

Transfer Kekayaan Terbesar dalam Sejarah

Ketika pandemi membuat ekonomi sebagian besar penduduk terpuruk, tidak demikian halnya dengan para milyarder. Studi yang dilakukan Chuck Collins dari Institute for Policy Studies menunjukkan bahwa mereka tidak hanya imun namun juga menangguk keuntungan yang fenomenal sejak Pandemi merebak Maret tahun ini.

Raihan pendapatan yang mereka raih mencapai $1 triliun atau kenaikan lebih dari 34%. Collins meneliti 650 orang terkaya di dunia. Hasilnya sejumlah mereka membukukan keuntungan fantastis. Jeff Bezos menghasikan pendapatan $69,4 miliar dalam rentang 17 Maret hingga 24 November 2020. Bos Amazon ini menduduki posisi pertama orang terkaya senilai $182,4 miliar. Kenaikan fantastis juga diraih  CEO Tesla & Space X Elon Musk dengan kenaikan pendapatan 414% dalam periode yang sama (17 Mar-24 Nov), dari $24,6 miliar menjadi $126,2 miliar, membuatnya menduduki posisi 2 setelah Jeff Bezos.

Ketidakseimbangan kekayaan di Amerika amat kentara dimana kekayaan seluruh milyarder Amerika sekitar $4 triliun Dollar atau 3,5% dari seluruh kekayaan privat warga negara tsb atau dua kali lipat dari total kekayaan 50% golongan bawah AS yang jumlahnya 160 juta orang.

Berikut ilustrasi 5 orang terkaya dunia (seluruhnya dari AS) versi Institute for Policy Studies  sbb :


Sumber : blacklistednews.com

Prospek Ekonomi antara Nilai Dollar dan Vaksin

John Williams ekonom veteran dari Amerika, punya pendapat yang berbeda mengenai prospek ekonomi terkait ditemukannya vaksin Corona. Menurut pendiri ShadowStats (lembaga yang rutin menampilkan data statistik sebagai pembanding dari data resmi) ini, ditemukannya vaksin covid.19 tidak serta merta membuat ekonomi kembali stabil. Kerusakan ekonomi saat ini menurutnya sudah sangat parah dan terstruktur. Sebagaimana ulasannya dalam wawancara dengan Greg Hunter baru-baru ini, sbb :
"The markets respond that this (CV19 vaccines) is going to turn the economy.  My point is it is not going to turn the economy . . . at least not soon because of what has happened to the economy and the severe structural damage.  We have had a lot of companies go out of business, in particular, small companies.  A lot of people have suffered, and we are going to have more of that going ahead."

Memang di saat perusahaan digital (seperti google, amazon, netflix, twitter, FB, zoom dll) mencatat keuntungan yang fantastis selama pandemi, namun di sisi lain perusahaan kecil terkena dampak yang amat besar. PHK besar-besaran perusahaan terutama UKM mencapai puncak, atau bertahan semampunya. Hal ini terutama terjadi di Amerika, dan juga Indonesia.

Presiden AS  terpilih Biden dari partai Demokrat, tetap dengan kebijakan mengguyur pasar dengan supply Dollar (sama dengan Trump) terutama pasar finansial. Dan hasilnya bisa ditebak, nilai Dollar (Dollar Index) mencapai titik terendah dalam 2 tahun terakhir.

Rendahnya nilai Dollar saat ini menjadi alasan utama potensi kenaikan emas, perak, dan komoditas lainnya hingga 2022. Karena pencetakan Dollar untuk memompa pasar diprediksi masih berlangsung hingga 2 tahun ke depan. Efek berikutnya defisit anggaran AS akan semakin lebar, yang juga makin melemahkan Dollar. Hal ini sudah diantisipasi oleh Cina sebagai foreign country pemegang Dollar terbesar yang mulai melepasnya secara bertahap dan mengalihkannya ke emas. 






Thursday, November 26, 2020

Ekonomi Inggris Terendah dalam 3 Abad Terakhir

Salah satu negara Eropa yang paling parah terkena dampak ekonomi dari pandemi adalah Inggris. Negeri dengan sejarah maritim ini juga mencatat korban meninggal paling banyak akibat corona di Eropa.

Inggris menjadi negara Eropa yang dua kali memberlakukan lockdown yang sangat ketat. PM Inggris Boris Johnson baru beberapa hari mengumumkan berakhirnya lockdown tahap ke 2, ketika Menteri Keuangan Inggris menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris mengalami penurunan sebesar 11,3% di hadapan parlemen. Angka ini adalah yang terendah sejak 300 tahun terakhir atau sejak tahun 1709, dimana dalam periode itu termasuk di dalamnya satu kali pandemi global dan sejumlah peperangan.

Pada tahun 1709 Inggris mengalami apa yang dikenal dengan Great Fost yaitu musim dingin paling hebat di Eropa kala itu. Ribuan penduduk Inggris meninggal karena frostbite dan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 13,4%.

Karena pandemi ini Menkeu Rishi Sunak menggelumbungkan anggaran melebihi limit. Dengan rincian £4,3 miliar ( Rp81,2 
triliun) untuk mengatasi pengangguran agar kembali bekerja, £3,7 miliar (Rp69,9 triliun) untuk pendidikan dan perguruan tinggi, dan £3,7 miliar untuk rumah sakit.

Akibatnya nilai utang Inggris meningkat tajam sepanjang tahun 2020, sebagaimana gambar di bawah :

 
Sedangkan gambar berikut adalah prediksi pertumbuhan ekonomi Inggris hingga 2025. Prediksi ini terbagi dua yaitu prediksi yang dikeluarkan pada awal pandemi di  bulan Maret 2020 (kuning) dan pada bulan November 2020 (biru). Dimana pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah minus 11,3 % dengan prediksi di bulan November. Sedangkan prediksi awal pandemi (maret 2020) masih positif 1,1%