www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, December 24, 2020

Negara-negara maju (G7) menekankan Regulasi Mata Uang Digital

Sejumlah menteri keuangan dan bank sentral dari negara-negara maju yang tergabung dalam G7 menekankan pentingnya regulasi mata uang digital (cryptocurrency), demikian pernyataan pejabat Departemen Keuangan AS mewakili konferensi setelah pertemuan secara virtual.

Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz memberi pernyataan tajam setelah pertemuan, menggarisbawahi perhatiannya terhadap wewenang Facebook yang akan meluncurkan Libra-baru-baru ini mengganti namanya dengan diem-sebagai mata uang digital di Jerman dan Eropa. Scholz menyatakan  :

“A wolf in sheep’s clothing is still a wolf, It is clear to me that Germany and Europe cannot and will not accept its entry into the market while the regulatory risks are not adequately addressed.” ("Serigala berbalut pakaian domba, tetap saja serigala. Bagi saya jelas Jerman dan Eropa tidak dapat menerima masuknya Libra kedalam pasar, sementara risiko-risiko regulasi tidak dibahas secara memadai)" Dia menambahkan, "Kita mesti melakukan apapun untuk memastikan monopoli mata uang tsb ada di tangan negara".

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sebagai tuan rumah pertemuan ke 12 menteri keuangan negara-negara maju di masa pandemi ini, juga terkait dengan penyerahan ketua atau presiden G7 ke Inggris bulan depan.

Pertemuan tsb membahas pandangan yang berkembang mengenai cryptoasset (mata uang atau aset digital) dan peran negara dalam mencegah peggunaannya untuk tujuan terlarang dan aktivitas gelap." kata Mnuchin.

"Ada dorongan kuat antara negara-negara G7 untuk mengatur penggunaan mata uang digital" tambahnya.

Facebook mengumumkan akan melaunching mata uang Digital Juni 2021, namun negara-negara di dunia khawatir hal ini akan membuat ketidakstabilan sistem keuangan global.


Para pejabat keuangan G7 juga membahas perkambangan ekonomi domestik dan internasional akibat pandemi covid 19 dan strategi dalam pemulihan yang tepat dalam skala global.

Sumber : reuters.com




No comments: