www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, April 18, 2018

Mengapa Bank Sentral Meyimpan Emas sebagai Cadangan Devisa

Bank sentral  memegang cadangan emas terbesar di dunia sejumlah 33.800 ton. 

Mereka membentang mulai dari  bank sentral (seperti Deutsche Bundesbank atau bank sentral Jerman), institusi moneter internasional (seperti Bank for international Settlements) dan otoritas moneter domestik  (seperti  the Saudi Arabian Monetary Authority – SAMA).
Institusi-institusi ini memegang emas sebagai cadangan devisa. Setiap emas yang disimpan oleh bank sentral sebagai cadangan devisa masuk kategori emas moneter.  Devisa bank sentral ini termasuk aset perdagangan luar negeri (seperti Dollar AS) dan IMF Special Drawing Rights (SDRs). Secara umum devisa yang disimpan oleh bank sentral dikelola sesuai dengan prinsip keamanan, likuiditas dan untuk memperoleh keuntungan.
Tulisan ini lebih fokus mengetahui mengapa bank sentral menyimpan emas bukan hanya Dollar sebagai cadangan devisa. Ini juga unik karena menampilkan sejumlah respon dari  bank sentral  dari pertanyaan mengapa bank sentral  menyimpan emas sebagai cadangan devisa.
Berdasarkan data devisa bank sentral yang tersimpan dalam bentuk emas menurut World Gold Council , ada 40 lembaga yang menyimpan emas. Sebagian besar dari mereka adalah bank sentral dan sejumlah kecil lainnya adalah institusi moneter seperti   the Bank for International Settlements (BIS), Bank Sentral Eropa (ECB), dan the International Monetary Fund (IMF). 

Pertanyaan yang dikirim kepada sejumlah  bank dan institusi tsb adalah:
“in the context that central banks hold gold as a reserve asset on their balance sheets, can Central Bank X clarify the main reasons why it continues to hold gold as a reserve asset?” (Dalam konteks  bank sentral menyimpan emas sebagai cadangan devisa dalam neraca keuangan, apakah bank X dapat menjelaskan alasan utama mengapa mereka tetap memegangnya sebagai cadangan devisa?)
Sejumlah bank sentral merspon pertanyaan ini dengan jawaban yang konstruktif dan definitif sbb  :
1.  Jerman

Deutsche Bundesbank, yang beberapa tahun silam membuat heboh dengan kebijakan repratiating (menarik secara bertahap) cadangan emasnya yang disimpan di London dan New York, menekankan alasan kekuatan likuiditas, sejalan dengan peran emas dalam situasi krisis:

“Bagian tertentu dari cadangan emas Bundesbank (bank sentral Jerman) akan tetap berada di luar negeri, yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali dalam keadaan darurat. Oleh karenanya sebagian akan tetap berada di New York sambil menunggu penyelesaian relokasi dan sebagian lagi akan berada di London, pusat perdagangan emas terbesar dunia.
Dalam situasi krisis, emas berperan sebagai jaminan atau dijual ke luar negeri. Dalam hal ini, Bundesbank dapat menaikkan likuiditas dalam mata uang asing. Walaupun hal ini tidak kami harapkan terjadi untuk saat ini.
Emas adalah cadangan darurat yang juga dapat dugunakan dalam situasi krisis moneter. 

2. Austria

Bank Sentral Austria juga menegaskan karakteristik emas sebagai motif berjaga-jaga pada saat krisis. The Oesterreichische National Bank  (The OeNB) atau Bank Sentral Austria juga membuat kejutan dengan ide repatriasi (menarik secara bertahap cadangan emasnya di luar negeri) yang tersimpan di London.The OeNB memberi jawaban sbb:

“Emas  penting dalam strategi kami untuk menanggulangi krisis dan sebagai cadangan likuiditas serta diversifikasi investasi."

3. Swiss

Masih di kawasan yang sama, bank sentral Swiss, the Swiss National Bank (SNB) menekankan  diversifikasi dan optimalisasi risiko dari emas. SNB merespon sbb :

“Sebagai bagian  dari diversifikasi cadangan devisa, emas dapat membantu mengurangi risiko neraca keuangan. Undang-undang Federal Swiss (article 99) menetapkan bahwa SNB mesti memegang sejumlah bagian dari cadangan devisa dalam bentuk emas."

Artikel 99 dari Undang-undang Swiss menyatakan : “Bank Nasional Swiss mesti menyisihkan keuntungannya dalam bentuk cadangan moneter yang memadai ; sebagian dari cadangan devisa ini mestilah disimpan dalam bentuk emas."

4. Polandia

Bank Sentral Polandia Narodowy Bank Polski memberi jawaban yang sangat detail sbb :
Emas adalah aset  spesifik dan secara tradisional telah menjadi komponen penting dari cadangan devisa bank sentral.
Keunikan utama dari emas adalah independensinya dari kebijakan ekonomi suatu negara, jumlahnya yang terbatas, tahan lama (durable), dan kuat.  
Selama ini  emas juga dipersepsikan sebagai safe haven asset, urgen di masa krisis, ketika harga emas naik, harga aset-aset (sektor finansial)  cenderung turun."

5. Swedia

Bergeser ke Swedia the Swedish Riksbank,  bank sentral tertua di dunia, menjawab bahwa mereka memegang emas dengan alasan likuiditas, sebagai alat intervensi perdagangangan luar negeri, dan diversifikasi :
“Secara ringkas, emas adalah aset finansial yang seperti cadangan devisa lainnya (seperti Dollar AS), berperan untuk memastikan kami dapat menyelesaikan tugas. Emas  dapat berfungsi sebagai aset yang likuid atau sebagai alat intervensi perdagangan internasional. 
Alasan utama mengapa Swedia tetap memegang emas sebagai cadangan devisa karena nilai emas tidak bergerak secara normal mengikuti pola yang sama dengan pergerakan harga Dollar AS sebagai cadangan devisa. Konsekuensinya gabungan nilai emas dan cadangan devisa dalam bentuk mata uang, lebih stabil dari nilai emas dan mata uang secara terpisah.” 

6.Yunani
  
The Bank of Greece atau  bank sentral Yunani, menyatakan bahwa mereka menahan emas karena emas adalah safe haven dan memiliki likuiditas tinggi di masa krisis, apalagi bank sentral Yunani telah dihantam sejumlah krisis hingga hari ini :

“Dua alasan utama bank sentral, termasuk bank sentral Yunani, memilih emas sebagai salah satu cadangan devisa dalam neraca keuangannya adalah 1) emas populer sebagai safe haven selama krisis.2) Kemampuannya yang cepat dalam likuiditas dalam situasi darurat.

7. Inggris

Cadangan emas Inggris disimpan dalam stuktur Departemen Keuangan, tidak atas nama bank sentral sebagaimana negara-negara lain. Jawaban mereka sbb:
“Cadangan devisa resmi pemerintah Inggris terdiri dari emas dan mata uang asing, dan  juga (IMF) Special Drawing Rights (SDRs).
Departemen Keuangan Inggris menunjuk Bank of England sebagi agen yang menangani manajemen harian cadangan emas internasional.
Merujuk pada handbook bank sentral Inggris pada bab yang berjudul “The Role of Gold”  menunjukkan alasan tradisional Inggris terhadap emas :
  • alasan darurat– emas adalah aset terakhir untuk disimpan dalam situasi darurat akibat ketidakstabilan finansial dan ketidakpastian.
  • Sebagai pelindung nilai, hedging inflasi, dan sebagai alat tukar.
  • Emas tidak mempunyai resiko kejatuhan nilai yang tajam .
  • Sejarah peranan emas dalam sistem moneter internasional  sebagai jaminan dari uang kertas.  (bersambung)


Wednesday, April 4, 2018

AS Memperluas Medan Perang Dagang, Cina Siap Membalas

 Pemerintah Trump menaikkan intensitas perang dagang dengan menambah item produk yang dikenai tarif bea masuk baru. Sekitar 1300 produk teknologi industri, transportasi, dan produk medis dikenaikan tarif 25%. Nilainya diperkirakan mencapai USD 50 miliar. Menurut pemerintah AS, langkah yang diumumkan Selasa waktu setempat ini untuk menekan Beijing mengubah praktek penggunaan hak atas kekayaan intelektual. 

Merespon hal itu, Menteri Perdagangan Cina mengatakan, "Akan mengambil tindakan yang intensitas dan skala yang sama terhadap produk-produk Amerika Serikat."
"Kami memiliki kemampuan dan rasa percaya diri untuk merespon semua tindakan proteksionisme yang dilakuan Amerika Serikat," demikian pernyataan kementrian itu kepada kantor berita Xinhua dan dikutip Reuters, Rabu (4/4).

Cina belum merinci tindakan balasan yang akan diterapkan, namun sejumlah pengamat melihat bahwa impor kedelai, pesawat dan mesin-mesin Amerika Serikat akan menjadi target utama pembalasan perang dagang.
Dua raksasa dunia yang saling berhadap-hadapan ini menimbulkan kekhawatiran akan berdampak luas hingga bisa menghancurkan pertumbuhan ekonomi dunia.

sumber : gatra.com

Monday, April 2, 2018

Dilema Defisit Perdagangan dan Reformasi Moneter

Secara formal Dollar AS menjadi mata uang utama dunia pasca Perang Dunia ke 2 pada tahun 1945. Pada awalnya memang dijamin dengan emas pada kurs 1 troy ounce emas setara dengan 35 Dollar AS. Mestinya Amerika Serikat berbahagia dengan status Dollar as World Reserve Currency. Pada saat yang sama status ini tidak disandang sekutu-sekutu mereka seperti Inggris, Uni Sovyet, dan Cina, apalagi Jerman, Italia, dan Jepang yang tergabung dalam blok "musuh" Amerika pada perang dunia kedua. Namun yang terjadi  dalam rentang 5 hingga 15 tahun setelahnya Amerika  menyesal dengan status itu. Mengapa? Pertama, dengan status barunya permintaan dollar dari seluruh dunia meningkat tajam hingga melampaui kemampuan jaminan emas Amerika sendiri. Kedua, sejak tahun 50-an dan 60-an Amerika mengalami defisit perdagangan yang tajam dengan mantan musuhnya Jerman dan Jepang karena keduanya berhasil membangun kembali basis industrinya melampaui Amerika. 

Apabila kondisi ini terus berlanjut perdagangan AS akan semakin terpuruk. Maka pemerintah AS mesti ambil tindakan untuk menyelamatkan ekonominya. Kebijakan itu adalah memutus kaitan antara Dollar dengan emas, atau secara bertahap membuang  status Dollar as World reserve Currency (mata uang utama dunia) dengan harapan nilai Dollar terdepresiasi dan secara bertahap defisit perdagangan Amerika berhasil diatasi.

Yang terjadi justru sebaliknya setelah kaitan antara Dollar dan emas diputus, disiplin fiskalnya hancur, utang pemerintah federal yang terus menerus turun pasca PD II, mulai beranjak naik dengan pasti. Menurut Steve Hanke meningkatnya defisit fiskal sama artinya dengan meningkatnya defisit perdagangan. 

Pada tahun 1973 negara-negara di dunia memegang 500 miliar Dollar  (dalam nilai Dollar tahun 2017) dalam bentuk cadangan devisanya. 72 tahun kemudian di tahun 2017 meningkat 22 kali lipat menjadi 11 triliun Dollar. Sekitar 2/3 cadangan devisa negara-negara dunia dalam bentuk Dollar AS. Ini artinya nilai Dollar AS akan tetap menguat sehingga masalah Donald Trump dengan defisit neraca perdagangan negerinya sulit diatasi karena ekspor AS akan lebih mahal dan impor mereka lebih murah. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan Amerika kesulitan menambah lowongan pekerjaan baru di dalam negeri. Sehingga tingkat pengangguran terus bertambah. Inilah mengapa Trump marah-marah sembari menantang Cina dan negara-negara lain untuk perang dagang. Maka tidak mengherankan industri finansial di Amerika jauh lebih menggiurkan dibanding industri riil, industri finansial telah meningkat tajam dari 2% dari GDP menjadi 9%.

Apa yang mesti dilakukan AS?
Tentu banyak usulan solusi. Yang paling kontroversial tentu AS dan negara-negara maju perlu membentuk sistem moneter dunia yang baru dengan emas sebagai instrumen utama. Pemenang nobel ekonomi Robert Mundell sendiri mengusulkan sistem moneter yang baru ini mestilah 50% dijamin dengan emas dan 50% sisanya dengan 5 mata uang utama lainnya.
Apabila peran Dollar AS sudah mencapai puncaknya dengan keengganannya untuk melayani memberi "makan" dunia dengan Dollarnya, maka peran selanjutnya akan kembali kepada mata uang berbasis emas.