www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, April 2, 2018

Dilema Defisit Perdagangan dan Reformasi Moneter

Secara formal Dollar AS menjadi mata uang utama dunia pasca Perang Dunia ke 2 pada tahun 1945. Pada awalnya memang dijamin dengan emas pada kurs 1 troy ounce emas setara dengan 35 Dollar AS. Mestinya Amerika Serikat berbahagia dengan status Dollar as World Reserve Currency. Pada saat yang sama status ini tidak disandang sekutu-sekutu mereka seperti Inggris, Uni Sovyet, dan Cina, apalagi Jerman, Italia, dan Jepang yang tergabung dalam blok "musuh" Amerika pada perang dunia kedua. Namun yang terjadi  dalam rentang 5 hingga 15 tahun setelahnya Amerika  menyesal dengan status itu. Mengapa? Pertama, dengan status barunya permintaan dollar dari seluruh dunia meningkat tajam hingga melampaui kemampuan jaminan emas Amerika sendiri. Kedua, sejak tahun 50-an dan 60-an Amerika mengalami defisit perdagangan yang tajam dengan mantan musuhnya Jerman dan Jepang karena keduanya berhasil membangun kembali basis industrinya melampaui Amerika. 

Apabila kondisi ini terus berlanjut perdagangan AS akan semakin terpuruk. Maka pemerintah AS mesti ambil tindakan untuk menyelamatkan ekonominya. Kebijakan itu adalah memutus kaitan antara Dollar dengan emas, atau secara bertahap membuang  status Dollar as World reserve Currency (mata uang utama dunia) dengan harapan nilai Dollar terdepresiasi dan secara bertahap defisit perdagangan Amerika berhasil diatasi.

Yang terjadi justru sebaliknya setelah kaitan antara Dollar dan emas diputus, disiplin fiskalnya hancur, utang pemerintah federal yang terus menerus turun pasca PD II, mulai beranjak naik dengan pasti. Menurut Steve Hanke meningkatnya defisit fiskal sama artinya dengan meningkatnya defisit perdagangan. 

Pada tahun 1973 negara-negara di dunia memegang 500 miliar Dollar  (dalam nilai Dollar tahun 2017) dalam bentuk cadangan devisanya. 72 tahun kemudian di tahun 2017 meningkat 22 kali lipat menjadi 11 triliun Dollar. Sekitar 2/3 cadangan devisa negara-negara dunia dalam bentuk Dollar AS. Ini artinya nilai Dollar AS akan tetap menguat sehingga masalah Donald Trump dengan defisit neraca perdagangan negerinya sulit diatasi karena ekspor AS akan lebih mahal dan impor mereka lebih murah. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan Amerika kesulitan menambah lowongan pekerjaan baru di dalam negeri. Sehingga tingkat pengangguran terus bertambah. Inilah mengapa Trump marah-marah sembari menantang Cina dan negara-negara lain untuk perang dagang. Maka tidak mengherankan industri finansial di Amerika jauh lebih menggiurkan dibanding industri riil, industri finansial telah meningkat tajam dari 2% dari GDP menjadi 9%.

Apa yang mesti dilakukan AS?
Tentu banyak usulan solusi. Yang paling kontroversial tentu AS dan negara-negara maju perlu membentuk sistem moneter dunia yang baru dengan emas sebagai instrumen utama. Pemenang nobel ekonomi Robert Mundell sendiri mengusulkan sistem moneter yang baru ini mestilah 50% dijamin dengan emas dan 50% sisanya dengan 5 mata uang utama lainnya.
Apabila peran Dollar AS sudah mencapai puncaknya dengan keengganannya untuk melayani memberi "makan" dunia dengan Dollarnya, maka peran selanjutnya akan kembali kepada mata uang berbasis emas.



No comments: