www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Sunday, December 22, 2019

Mahathir kembali Serukan Penggunaan Dinar sebagai Mata uang

Dalam KL Summit 2019 yang berlangsung tanggal 18-21 Desember kemarin Mahathir kembali menyerukan agar negara-negara muslim melakukan perdagangan dengan menggunakan mata uang Dinar.

Konferensi ini dihadiri pemimpin-pemimpin negara muslim seperti Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan,  Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hammad al Thani,  Presiden Iran Hassan Rouhani, PM Malaysia Mahathir Muhammad sebagai tuan Rumah , dan sejumlah perwakilan  dari 46 negara Islam.  Indonesia sendiri hanya mengutus seorang pejabat mentri dalam even ini. Sejumlah tokoh juga hadir dalam konferensi ini seperti mantan kepala biro politik Hamas Khalid Misyaal, dai internasional Zakir Naik, pendiri pesantren Gontor KH Sahal dan tokoh-tokoh lainnya.

Dalam pidatonya Mahathir menyatakan simpatinya kepada Qatar dan Iran atas embargo yang masih mereka alami hingga hari ini.  Qatar mengalami embargo secara politik dan ekonomi dari negara-negara tetangganya yaitu Arab Saudi,  Uni Emirat Arab, Bahrain,  dan Mesir. Sedangkan Iran mendapat perpanjangan embargo ekonomi dari Amerika  Serikat sebagai sanksi tuduhan
pengembangan teknologi nuklir. Dan beliau mengingatkan bahwa hal yang sama bisa terjadi pada Malaysia dan negara-negara muslim lainnya.

Mahathir menekankan kerjasama perdagangan menggunakan mata uang emas Dinar sebagai mata uang utama negara-negara muslim,  dan dia sedang mempelajari mekanisme yang tepat agar kebijakan ini dapat berjalan.  Proposal ini juga pernah dia serukan tahun 2001 silam.

Selain pentingnya kerjasama ekonomi sesama negara muslim, Mahathir juga mengkritik ketergantungan teknologi terhadap barat.  Selama negara-negara muslim masih tergantung kepada teknologi barat,  maka kita tidak akan berkembang dan selalu didikte oleh barat.
Maka negara muslim mesti membangun teknologi sendiri agar terlepas dari cengkraman dominasi barat.

Dalam pidato penutupannya Mahathir mengulangi keseriusannya menggunakan Dinar sebagai mata uang Islam sebagai alat tukar perdagangan.

Sunday, August 18, 2019

Berdiam Diri tidak Menyelesaikan Masalah

Walau hanya tokoh fiksi, Sherlock Holmes adalah seorang detektif yang masyhur. Figur rekaan Sir Arthur Conan Doyle ini mampu memecahkan banyak misteri yang rumit dan pelik,  yang bahkan polisi pun tidak sanggup menguaknya.

Dalam berbagai kasus,  Sherlock Holmes mampu menanganinya dengan baik melalui segudang keahliannya seperti penalaran logis,  penyamaran,  pengamatan, hingga ahli forensik.

Tentu saja banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari profesinya sebagai detektif. Dalam kisah Empat Pemburu Harta,  Sherlock Holmes bercerita sbb "Otakku tidak puas dengan berdiam diri.Beri aku masalah, beri aku pekerjaan, beri aku sandi yang paling rumit, atau analisis yang paling berbelit-belit, dan aku akan menjadi diriku yang semula. Aku membenci rutinitas yang membosankan.Aku sangat menginginkan pengerahan mental. Itu sebabnya aku memilih profesiku ini, atau lebih tepatnya menciptakannya, karena aku satu-satunya di dunia. "

Banyak di antara kita yang tatkala terkena masalah, malah memilih merenung, berdiam diri,  pasrah,  dan tidak melakukan apa-apa. Apakah masalah itu bisa selesai begitu saja tanpa melakukan sesuatu? Apakah pekerjaan akan datang tanpa dicari?  Apakah kita akan menerima keadaan yang terbelit kemiskinan dengan alasan beginilah nasib kita?

Dalam kisah Empat Pemburu Harta, Sherlock dengan jelas mengatakan kalau ia menciptakan pekerjaannya. Dalam hal ini ia menciptakan profesi yang paling diinginkankannya. Intinya ia menjadi ahli di bidang yang dikuasainya.

Dalam kisah Lilitan Bintik-Bintik, Sherlock Holmes dihadapkan pada kasus aneh.  Seorang perempuan bernama Helen Stoner datang meminta bantuannya untuk menyelidiki kematian saudara kembarnya. Dari cerita Helen, sebelum saudara kembarnya meninggal, saudaranya sempat  mendengar suara  siulan di malam hari. Setelah itu,  Helen menemukan saudaranya telah meninggal.

Satu malam sebelum Helen mendatangi Sherlock, ia juga mendengar suara siulan aneh itu. Helen jadi ketakutan.  Ia tidak mau meninggal sama seperti saudara kembarnya. Ia akan  menikah dua minggu lagi.  Itu sebabnya ia mendatangi Sherlock dan meminta bantuan agar Sherlock memecahkan misteri kematian saudaranya, sekaligus menghindarkannya dari bahaya yang bisa jadi datang, sama seperti yang dialami saudaranya.

Bagi Sherlock ini adalah tantangan. Berdiam diri tidak akan menyelesaikan masalah. Ia harus bergerak. Mencari tahu. Mencari lebih banyak data. Dan tentu saja melakukan penyelidikan seteliti dan sedetail mungkin. Dari penyelidikan yang dilakukannya, Sherlock Holmes berhasil memecahkan misteri lilitan bintik-bintik dan penyebab kematian saudara kembar Helen.

Kita juga bisa seperti Sherlock.  Di saat orang-orang di sekitar kita berebut lahan pekerjaan- meski itu bukan bidang keahlian mereka- kita tidak perlu ikut berebut atau hanya menunggu panggilan kerja. Kita bisa menciptakan profesi yang paling kita inginkan. Kita bisa menjadi diri kita yang sebenarnya dan bergerak dalam bidang tersebut. Kita bisa menjadi "Pencipta" bidang itu.

Sumber : Monica Anggen, 99 cara berpikir ala Sherlock Holmes.

Saturday, August 17, 2019

Corralito : Sisi Gelap Krisis Mata Uang di negeri Maradona

Istilah Corralito kembali mengemuka akhir-akhir ini di Argentina seiring dengan krisis mata uang yang melanda negara  Amerika Selatan itu.

Corralito adalah nama yang diberikan terhadap kondisi ekonomi di Argentina pada akhir 2001 silam. Ini dipicu oleh kebijakan mentri Ekonomi Argentina kala itu Domingo Cavallo, untuk menghentikan operasi bank-bank di negeri itu selama setahun penuh guna mencegah penarikan Dollar secara masif yang berujung pada kejatuhan Peso. Corralito membekukan hampir seluruh rekening bank nasabah negara asal Maradona itu. Dan juga melarang penarikan dana nasabah dalam Dollar dari rekening (dengan denominasi dollar).

Pada tahun 2001 Argentina berada pada pertengahan krisis. Mempunyai utang yang sangat besar dengan kondisi ekonomi stagnasi (hampir 3 tahun penuh mengalami resesi). Dan menganut nilai tukar tetap terhadap Dollar,  yaitu 1 peso sama dengan 1 Dollar. Dengan kondisi ini bisa ditebak produk ekspor Argentina sulit bersaing di pasar internasional.

Situasi ini menyebabkan banyak orang Argentina terutama perusahaan memprediksi terjadinya krisis ekonomi yang parah yang mengarah pada devaluasi (penyesuaian kembali nilai mata uang). Ini menyebabkan mereka ramai-ramai menukarkan peso (mata uang Argentina) ke dalam Dollar, kemudian menariknya dan mentransfernya ke rekening bank luar negeri (capital flight).

Pada 1 Desember 2001, pemerintah dalam rangka menghentikan aliran Dollar ke luar negeri (yang dapat memicu kehancuran sistem perbankan) membekukan seluruh rekening nasabah bank-bank umum selama 90 hari. Dan hanya sejumlah kecil uang tunai saja (awalnya 250 peso,  kemudian 300 peso)  yang boleh ditarik dalam satu minggu. Dan terbatas hanya pada rekening dengan denominasi Peso. Sedangkan rekening dengan denominasi Dollar tidak boleh ditarik kecuali pemiliknya setuju untuk menukarnya dengan Peso.

Kondisi ini kembali berulang minggu-minggu ini. Warga Argentina ramai-ramai menarik Dollar dari rekening mereka dan menyimpannya di rumah setelah Presiden incumbent Mauricio Macri tumbang dalam pemilihan, ini memicu kejatuhan nilai Peso.

Nasabah menarik Dollar lebih dari $700 juta hanya pada Senin (12/8) dan Selasa (13/8) saja, mengacu pada data pemerintah baru-baru ini. Jumlah tersebut setara dengan 2,3% dari total deposit Dollar dalam sistem keuangan Argentina. Angka ini adalah penarikan akumulasi 2 hari yang terbesar secara persentase dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun. Trauma Corralito menjadi salah satu penyebab aksi penarikan Dollar secara masif ini.

Cadangan devisa negara itu juga susut secara drastis untuk mempertahankan nilai Peso yang semakin melemah. Pekan ini saja bank sentral  Argentina telah menjual $503 juta ke pasar valuta asing sebagai intervensi mempertahankan nilai mata uangnya. Belum lagi Jumat (16/8) kemarin bank sentral juga menguras cadangan devisa Dollarnya untuk membayar obligasi pemerintah (populer dengan nama Letes) yang jatuh tempo senilai $500 juta.

Kejatuhan nilai Peso tak pelak lagi membuka jalan bagi warga Argentina untuk segera memproteksi uangnya dalam bentuk emas atau dinar agar store of value dari uangnya tetap terjaga.

Thursday, August 15, 2019

Dollar AS tembus Rp14.300, Rupiah terlemah di Asia

 Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lagi-lagi melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Bahkan dolar AS sudah menembus kisaran Rp 14.300. 

Pada Selasa (13/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.315 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,49% dan menyentuh titik terlemah sejak 18 Juni. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah tetapi hanya 0,07%. Selepas itu, depresiasi rupiah semakin dalam dolar AS berhasil menembus level Rp 14.300. 

Rupiah tidak pernah merasakan penguatan, selalu melemah sejak pasar dibuka. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

Sebenarnya tidak hanya rupiah, berbagai mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Cuma yen Jepang, rupee India, dan baht Thailand yang masih mampu menguat. 

Meski banyak 'kawan' di zona merah, tetapi rupiah tetap yang paling menderita. Depresiasi 0,49% menjadikan rupiah mata uang terlemah di Asia, penghuni dasar klasemen. 

Banjir sentimen negatif masih melanda pasar keuangan Asia. Perang dagang AS-China yang bertransformasi menjadi perang mata uang belum juga reda. 

Hari ini, Bank Sentral China (PBoC) menetapkan nilai tengah yuan di CNY 7,0326/US$. Ini adalah posisi terlemah sejak Maret 2008 atau lebih dari 11 tahun lalu. 

Posisi PBoC menyiratkan bahwa mereka 'merelakan' yuan melemah. Oleh karena itu, wajar jika AS meradang karena China dituding menggunakan mata uang sebagai 'senjata' dalam perang dagang. 

Ketika yuan melemah, maka produk made in China menjadi lebih murah di pasar ekspor. Ini membuat produk China tetap bisa leluasa berpenetrasi di berbagai negara

Isu ini hanya bisa diredakan jika sudah ada kabar delegasi AS dan China akan bertemu di Washington awal September, seperti yang sudah dijadwalkan. Jika pertemuan ini sampai batal dan AS-China semakin panas, maka sentimen perang dagang dan perang mata uang akan terus menjadi momok di pasar keuangan global. 

Bahkan kini pelaku pasar mulai bicara soal risiko resesi akibat perang dagang AS-China. Goldman Sach dalam risetnya menyebut AS-China sepertinya akan sulit mencapai kesepakatan dagang sebelum Pemilu AS 2020. Perang dagang kemungkinan masih akan berkecamuk sampai tahun depan, yang bisa berujung kepada resesi. 

Belum lagi ada kabar buruk dari Amerika Latin. Bagai deja vu tepat setahun lalu, mata uang peso Argentina melemah parah. Pada perdagangan kemarin, peso melemah 15,26% terhadap dolar AS dan menyentuh posisi terlemah sepanjang sejarah.  

Kejatuhan peso disebabkan oleh kekalahan calon petahana (incumbent) Pemilu 2019, Presiden Mauricio Macri. Dalam perhitungan suara awal, Macri hanya memperoleh sekitar 32%. Jauh di belakang kandidat oposisi Alberto Fernandez yang meraih 47%. 

Macri adalah pemimpin yang pro pasar. Di bawah kepemimpinannya, Argentina dibawa keluar dari krisis pada tahun lalu meski dibayar dengan harga yang lumayan mahal.  Macri meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). 

Selain utangan, IMF juga menyarankan Macri untuk melakukan pengetatan anggaran. Pos-pos seperti subsidi dipangkas agar fiskal lebih sehat. 

Namun dengan kemungkinan Macri tidak terpilih lagi, Argentina bisa kembali ke rezim populis yang mengabaikan reformasi fiskal.

Ya, kira-kira setahun lalu (Agustus 2018) Argentina membuat geger dunia. Mata uang peso melemah begitu dalam, yang kemudian menjadi sentimen negatif bagi mata uang negara berkembang lain, termasuk rupiah. 

Apalagi fundamental rupiah bisa dibilang kurang oke. Akhir pekan lalu Bank Indonesia (BI) melaporkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2019 yang membukukan defisit US$ 1,98 miliar. Padahal pada kuartal sebelumnya terjadi surplus US$ 2,42 miliar. 

Sementara di pos yang menjadi sorotan utama, yaitu transaksi berjalan (current account), terjadi defisit US$ 8,44 miliar atau 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 6,97 miliar (2,6% PDB). 

Defisit NPI menandakan arus devisa di perekonomian nasional seret, lebih banyak yang keluar ketimbang yang masuk. Apalagi kemudian devisa jangka panjang dari ekspor barang dan jasa, yang dicerminkan dari transaksi berjalan, mengalami defisit yang lebih parah. 

Oleh karena itu, pasar semakin menemukan alasan untuk 'menghukum' rupiah. Selama transaksi berjalan masih defisit, rupiah memang rentan  ketika ada sentimen negatif dari luar seperti hari ini.

Sumber : CNBC Indonesia, Hidayat Setiaji

Sunday, August 11, 2019

Jawaban Ulama Syria atas Pertanyaan Ulama dari Nusantara

Pada awal abad 20 seorang ulama dari Kalimantan bernama syaikh Basuni Imran bertanya kepada syaikh Syakib Arsalan seorang ulama Syiria melalui surat.  Pertanyaannya adalah "Limadza ta'akhara  muslimun wa limadza taqaddama ghairuhu". (Mengapa kaum muslimin tertinggal sedangkan kaum yang lain maju). Syaikh Syakib Arsalan pun membalasnya untuk menjawab pertanyaan tersebut.  Di kemudian hari jawaban beliau dibukukan dan diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia.

Jawaban dari pertanyaan " mengapa kaum muslimin tertinggal sedangkan kaum yang lain maju"? adalah karena kaum atau bangsa lain itu banyak berkorban untuk meraih kejayaannya.  Para pemuda Italia di masa itu (awal abad 20) ketika menginjak usia 20 akan sangat malu bila masih berada di rumah. Mereka mesti mendaftarkan dirinya mengikuti wajib militer  sehingga dapat pergi ke medan perang. Begitu pula bangsa Inggris, mereka telah mengorbankan apa saja yang mereka punya sehingga pada awal abad 20 mencatatkan dirinya sebagai kerajaan dengan armada laut terbesar untuk memulai penjajahan terhadap negara-negara Asia dan Afrika.

Dalam Islam Nabi yang begitu populer karena pengorbanannya, sehingga namanya disandingkan dengan Nabi Muhammad SAW dalam setiap shalawat adalah Nabi Ibrahim as. Mimpi beliau untuk menyembelih anaknya adalah ujian ketaatan yang amat berat. Mimpi bagi seorang Nabi adalah wahyu, dan wahyu adalah perintah. Anak yang dalam kurun waktu yang amat panjang tidak bersua,  ketika tiba saatnya berjumpa,  alih-alih melepas rindu malah mesti disembelih. Namun karena perintah,  hanya ada satu jawaban yaitu melaksanakan sebelum akhirnya Allah ganti dengan domba yang besar.

Maka umat Islam sebagai umat akhir zaman,  adalah lebih utama menjadi penghulu kaum yang gemar berkurban guna tegaknya dienullah ini.

(Disadur dari khurbah Idul Adha Dr. Adian Husaini di Masjid Al Huda komp. Timah Kelala dua)

Thursday, August 8, 2019

Ketahanan Rupiah dan Kenaikan Emas

Akibat krisis moneter tahun 1998 silam adalah nilai tukar Rupiah yang tergerus nilainya terhadap Dollar AS. Dari kurs Rp2.000-2.500 pada 1997, mencapai puncaknya Rp16.650 pada Juni 1998. Setelah berusaha keras menjaga kurs di angka Rp2.000, cadangan devisapun tergerus dan akhirnya BI membiarkan nilai tukar Rupiah mengembang terhadap Dollar sehingga terus merosot nilainya.  Rupiah tidak berdaya melawan Dollar.

Saat ini situasinya berbeda. Nilai Dollar sendiri yang tergerus nilainya. Apa pembandingnya?  Tentu saja bukan Euro,  Yen,  Poundsterling apalagi Rupiah. Karena bagi mata uang tersebut Dollar adalah timbangannya.  Sebagai world reserve currency (mata uang utama dunia) Dollar memiliki privilege sebagai poros mata uang internasional. Nah apa pembanding Dollar sendiri?  Tentulah emas. Sebagai cermin atau timbangan seluruh barang dan jasa, emas dalam sejarah peradaban manusia memainkan peran penting sebagai alat ukur nilai barang dan jasa. Begitu juga bagi Dollar,  emaslah pembanding bagi nilai riil mata uang yang bernama Dollar. Sejak 1945 nilai Dollar terhadap emas nilainya tergerus hingga tinggal 2,3% (dengan harga emas saat ini $1.500/oz)

Saat ini nilai Emas dalam Dollar mengalami kenaikan tajam akibat perang mata uang yang dipicu oleh negara pencetak mata uang itu sendiri,  yaitu Amerika. Karena hubungan antara Emas dan Dollar adalah terbalik, maka kenaikan yang satu akan menyebabkan penurunan yang lain,  begitu sebaliknya. Mirip dengan permainan anak-anak jungkat jungkit. Saat ini harga emas naik tajam,  maka nilai Dollar dalam emas tentu turun.

Ketika harga emas dalam Dollar naik,  maka dalam mata uang lain yang nilainya lebih rendah dari Dollar tentu juga mengalami kenaikan.  Sebagai contoh harga Dinar dalam Rupiah mengalami kenaikan 9,14% dalam satu bulan terakhir, sedang setahun terakhir naik 21,63%, dan dalam 10 tahun mengalami kenaikan 130,06%. 

Ketika harga dinar atau emas naik nilainya dalam Rupiah maka daya beli Rp terhadap barang dan jasa juga mengalami penurunan. Yang nyata kita alami adalah sembako. Nilai Rupiah untuk mendapatkannya semakin hari semakin rendah.

Maka tantangan yang dihadapi Rupiah saat ini sebenarnya lebih berat dibanding krismon 1998. Pemerintah perlu menjaga ketahanannya agar daya belinya tidak terus tergerus. Salah satu caranya dengan menambah porsi cadangan devisa dalam bentuk emas, seraya mengurangi cadangan devisa Dollar. Sehingga nilai Rupiah memiliki jaminan yang lebih riil nilainya.

Tuesday, August 6, 2019

Gold and Currency War : All Time High

Pasar  emas mengalami kenaikan masif Senin (5/8) kemarin, menembus rekor tertinggi dalam sejumlah mata uang dunia termasuk Poundsterling Inggris, Yen Jepang, Dollar Australia, dan Dollar Kanada. Dalam Dollar sendiri menembus angka $1.460 per troy ounce.

Faktor utama dari kenaikan harga emas kemarin adalah ekskalasi ketegangan perdagangan internasional antara AS dan Cina.  Donald Trump presiden Amerika memberlakukan tarif 10% atas produk impor dari Cina senilai $300 miliar.  Kebijakan ini memicu aksi balasan dari Cina dengan melemahkan mata uangnya sendiri Yuan hingga melebihi level 7 per Dollar AS (saat ini di angka 7,0256 per Dollar)  terendah sejak 2008. Hal ini tentu saja agar produk Cina yang sudah low price makin kompetitif di mata konsumen AS. Aksi ini memicu perang mata uang (currency war) antara AS dan Cina dan menjadi faktor utama dari kenaikan harga emas tertinggi sepanjang sejarah dalam sejumlah mata uang asing (termasuk Rupiah).

Potensi kenaikan harga emas ini masih akan terjadi dalam hitungan minggu atau bulan ke depannya selama perang mata uang ini berlangsung. Sejumlah investor valuta asing sedang bersiap memindahkan asetnya dalam bentuk emas di tengah kondisi ini,  kata sejumlah analis.

Harga emas naik 2,04% dalam sehari pada mata uang poundsterling Inggris menembus rekor tertinggi  £1.208, sedangkan di Jepang emas mencapai rekor tertinggi di angka ¥155.550, begitu juga Kanada emas mencapai $1.938, Australia harga emas naik 2,4% dalam sehari mencapai rekor $2.172. Begitu pula emas dalam mata uang lain seperti Rupee India,  Rand Afrika Selatan,  Euro,  Yuan Cina bahkan franc Swiss yang terkenal dengan nilainya yg dianggap setara dengan emas, juga mengalami kenaikan.

Rezim mata uang kertas kembali mengalami ujian akibat perang mata uang dua raksasa ekonomi dunia ini. Investor yang tidak ingin terjebak dalam perang titans ini,  memilih mengalihkan asetnya ke aset yg lebih aman seperti emas, koin emas dan berbagai aset riil lainnya.

Wednesday, July 3, 2019

Proposal Mahathir : Mata Uang Berbasis Emas untuk Kawasan Asia

Berbicara di depan Konferensi Internasional di Tokyo Jepang,  Mahathir Mohammad mengkritik Dollar habis-habisan karena dominasinya terhadap mata uang dunia dan nilainya yang rentan dan tidak stabil.

Konferensi itu sendiri bertajuk "Seeking a new Global Order-Overcoming the Chaos" yang di hadiri para pemimpin negara dan media Asia 30 Mei 2019 lalu.

Dalam konferensi itu Mahathir mengajukan proposal Gold-based Currency atau mata uang berbasis emas yang berlaku di kawasan Asia yang berperan dalam perdagangan internasional dan investasi antara negara2 Asia seraya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap Dollar. Ide ini tentu bukan hal baru, mengingat Mahathir pernah mengajukan penggunaan mata uang Islam Dinar bagi negara2 kawasan awal tahun 2000-an silam. Sebagai tindak lanjutnya beliau menggelar konferensi dengan tema "The Gold Dinar in Multilateral Trade" pada Oktober 2002. Intisari dari konferensi tsb adalah :

“Dinar emas dapat berperan sebagai mata uang dalam perdagangan antar negara. Apabila kita menilai seluruh barang dan jasa dalam emas maka tidak perlu lagi kurs antar mata uang. Karena emas menjadi cermin seluruh produk.

“Melalui penyesuaian pembayaran perdagangan antar dua negara, aktivitas import seimbang dengan aktivitas ekspor dan selisih antar keduanya dapat diselesaikan dengan Dinar. "

Kemudian pada tahun 2003 selangkah lebih maju Mahathir mendiskusikan penggunaan dinar dengan negara2 konferensi Islam atau OKI dalam "2003 Islamic Summit Conference" di Putrajaya Malaysia.

Kesimpulannya mata uang berbasis emas jauh lebih stabil sebagai lindung nilai dan proteksi dari Inflasi. Bahkan Presiden AS saat ini Donald Trump pernah mengatakan era gold standard pasca perang dunia II dimana AS dan sekutu2nya pernah menerapkan mata uang berbasis emas sebagai era terbaik. Dia menyatakan ini terakhir tahun 2015 sbb "
In some ways, I like the gold standard and there is something very nice about it … We used to have a very solid country because it was based on a gold standard for it. We do not have that anymore. There is something very nice about the concept of that. It would be very hard to do at this point and one of the problems is we do not have the gold. Other places have the gold.” (Dalam beberapa hal saya suka dengan Gold Standar, dan ada sesuatu yang sangat bagus di sana,...kita pernah menjadi negara yg amat solid karena menerapkan gold standard. Namun kini kita tidak punya konsep serupa,  padahal itu baik. Sangat sulit untuk menerapkannya kembali,  salah satu alasannya, karena tidak punya emas, sebagaimana negara lain memilikinya).

Bagaimanapun proposal terakhir Mahathir di Tokyo itu mesti dilihat pula dalam konteks politik karena 2 hari sebelum proposal Mahathir dalam konferensi tsb atau tanggal 28 Mei 2019 Dept. Keuangan AS memasukkan Malaysia dalam daftar Manipulator Currency bersama Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Vietnam.

Untuk menyegarkan ingatan kita, Mahathir yang kini berusia 93 tahun adalah mantan PM Malaysia selama 22 tahun antara 1981 dan 2003, dan kembali menjadi PM malaysia pada Mei 2018. Mahathir juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Malaysia tahun 1998 – 1999 dan juga antara 2001 – 2003.

Sumber : www.bullionstar. com

Thursday, May 9, 2019

Sekilas pasar Emas di Jerman

India dan Cina selama ini dikenal sebagai populasi konsumen emas terbesar di dunia. Namun ada satu pasar negara Eropa yang mempunyai kecenderungan  yang sama walau dengan karakter berbeda yaitu Jerman.

Sebuah survey dari Reisebank di Jerman baru-baru ini menjelaskan prilaku konsumen Jerman dalam investasi emas. CFIN atau Research Center for Financial Services menggelar survey ini atas nama Reisebank. Hasilnya cukup mengejutkan, warga Jerman memiliki simpanan emas sejumlah 8.918 ton atau senilai 330 milyar Euro, tidak termasuk cadangan emas  bank sentral Jerman sejumlah 3.370 ton.

Dari total 8.918 ton tersebut, survey CFIN menjelaskan 4.925 ton (atau 55% dari total) adalah dalam bentuk emas batangan dan koin emas, sedangkan 3.993 ton dalam bentuk emas perhiasan.
Dengan populasi sekitar 82 juta penduduk, dimana  69 juta  berumur di atas 18 tahun , survey mengatakan bahwa  38% orang atau 26 juta  orang Jerman dewasa memiliki  emas dalam bentuk batangan dan koin , 61,5% atau 45 juta  orang Jerman dewasa memiliki emas perhiasan, sementara 14,5% atau 10 juta orang memiliki  gold ETF (semacam surat berharga yang dijamin dengan emas) atau produk sejenis seperti Xetra gold  dan Euwax gold.

CFIN research centre bekerja sama dengan  Steinbeis University di kota Berlin, telah melakukan survey  untuk meneliti pola investasi emas orang Jerman dalam 10 tahun terakhir.

Laporan CFIN tahun 2019 ini berjudul as “Gold Investments 2019: Indicators, Motives and Attitudes of Individuals“, bertujuan untuk “ mencatat dan menganalisa peningkatan kepemilikan emas sebagai alat investasi, dan motif serta perilaku berkaitan dengan emas dalam masyarakat Jerman"

Apabila total 8.918 ton emas yang dimiliki orang Jerman itu dibagi ke seluruh populasi Jerman di atas 18 tahun, maka setiap orang memiliki  71 gram emas dalam bentuk emas batangan dan koin dan 58 gram dalam bentuk emas perhiasan.

Menurut survey pula,  91% responden senang dengan pilihan emas sebagai investasi dan  83% menjawab mereka akan tetap menyimpan emasnya dan lebih dari 78% yang baru saja membelinya, ingin menambahnya di kemudian hari.




Warga Jerman menyimpan emas 2,6 kali lebih banyak dibanding emas yang ada di  bank sentral Jerman (Bundesbank) sumber gambar: ReiseBank AG
Kemudian 1/4 orang Jerman membeli emas via transaksi online,  62% memilih berjalan ke toko emas atau bank (yang khusus menjual emas selain jasa perbankan lainnya) untuk transaksi.


Warga Jerman memiliki emas 2,64 kali lebih banyak dibanding emas yang disimpan oleh bank Sentralnya. Namun simpanan bank sentral tersebut lebih banyak menyita perhatian, karena ukurannya yang besar dan usaha penarikan kembali emas yang disimpan di luar negeri baru-baru

Mayoritas orang Jerman tidak menyimpan emas di rumah.

Survey ini juga menanyakan kepada responden dimana mereka  menyimpan emasnya.Hasilnya  38,3% responden menyimpan emasnya di rumah, 39% menyimpannya di safe-deposit box di bank, 5% menggunakan layanan simpanan emas dan brankas dari pihak ke 3, sementara 17,7% menyimpan emasnya di tempat lain. Tempat lain ini tidak dijelaskan.
Persentase terbesar warga Jerman menyimpan emasnya di safe-deposit box bank, dapat dijelaskan karena di Jerman banyak bank yang menjual emas batangan dan koin emas langsung kepada nasabah. Sehingga bank yang menjual logam mulia dan koin emas tentu  juga menawarkan penyimpanan di safe deposit box, di bank yang sama.


Antara survey terakhir pada 2016 hingga saat ini, warga Jerman  telah membeli tambahan emas senilai 220 ton. Dalam survey 2 tahun terakhir saja  25% responden telah membeli emas sebagai investasi dengan rata-rata senilai  4.730 Euro. Lebih 50% dari mereka yang membeli emas sebagai investasi membeli emas batangan, sementara 1/3 dari mereka membeli dalam bentuk koin emas. Hanya 11% responden yang menyatakan bahwa mereka menjual emas dalam periode yang sama (jangka pendek).

Motivasi kepemilikan Emas

Lebih dari 26 juta orang dewasa di Jerman membeli emas dalam bentuk batangan dan koin. Ini adalah jumlah yang luar biasa. Namun mengapa emas begitu populer di antara warga Jerman? Memori mengenai hiperinflasi pada 1920-an dan bagaimana nilai uang kertas hancur sedemikian rupa dapat menjadi salah satu alasan. Ada begitu banyak memori dalam perang dan pergolakan, pemisahan 2 Jerman (barat dan timur), dan urgensi emas dalam masa krisis. Sehingga logis emas menjadi pilihan dalam pengamanan risiko inflasi, proteksi nilai, dan aset save haven.

Survey CFIN terakhir juga menarik menunjukkan bahwa sejauh ini lebih banyak orang Jerman dewasa berinvestasi dan menyimpan emas fisik dibanding berinvestasi di bursa saham. Hal ini diperkuat dengan data dari  Deutsche Aktieninstitut (DAI), asosiasi industri pasar modal Jerman, yang menemukan bahwa hanya 10,3 juta orang Jerman yang memiliki investasi dalam bentuk saham dan surat berharga, yang tentu jauh lebih kecil dibanding 26 juta warga Jerrman yang berinvestasi emas batangan dan koin emas.


Bagi yang tidak familiar dengan pasar emas di Jerman, perdagangan emas di sana tidak seperti umumnya di negara-negara lain.Pasarnya terdesentralisasi, melibatkan sejumlah bank, pemurnian emas, grosir emas nasional   (seperti Ziemann Valor) dan  myriad precious metals retail, semuanya menjual produk emas fisik ke publik.  Termasuk di dalamnya Commerzbank, the Landesbanks (bank daerah) seperti Bayern LB, LBBW, dan Helaba, the Volsbanken (bank rakyat) dan  Raiffeisenbanken (bank koperasi), the Sparkassen (bank tabungan), dan yang sudah disebut di muka, Reisebank.


Sebagai pasar emas yang menarik, umumnya orang Jerman dapat dengan mudah membeli emas batangan dan koin emas dari sejumlah besar outlet dengan banyak pilihan. Rantai distribusi seperti ini di seluruh Jerman menjadi salah satu faktor mengapa begitu banyak orang Jerman memegang emas dalam bentuk batangan dan koin . 

Dengan jumlah 8.918 ton emas yang dimiliki warganya dan  3.370 ton yang disimpan bank sentral, maka secara keseluruhan total ada 12.228 ton. Ini setara hampir  7% dari seluruh cadangan emas dunia yang ada.


Monday, April 15, 2019

Ketidakstabilan Dollar terhadap Komoditas

Harga komoditas seperti minyak, emas, perak, dan tembaga umumnya mengalami kenaikan dalam jangka panjang seiring dengan jatuhnya mata uang kertas (dalam hal ini Dollar sebagai mata uang utama dunia) 

Sebagai contoh harga minyak. Minyak mengalami kenaikan yang amat signifikan dalam 60 tahun terakhir. Pada tahun 1960-an harga minyak/barel hanyalah beberapa dollar saja, namun kini di atas $60. Dalam dekade terakhir, harga minyak yang mengacu pada West Texas Intermediary oil (WTI) harga tertingginya adalah $140 dan terendahnya $27. Pada saat yang sama fluktuasi demand-nya cukup rendah. Dalam sejarah rekor harga tertingginya adalah tahun 2008 dan harga terendahnya tahun 2016. Dan dalam periode tersebut (2008-2016) demand globalnya meningkat secara konsisten dari 85,8 juta barel/hari hingga  96,2 juta barel, namun   harga minyak justru jatuh secara drastis. Ini berarti volatilitas harga (dinamika kenaikan dan penurunan harag) mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar dibanding karakteristik supplay dan demand. Dengan kata lain pengaruh fluktuasi dollar mempunyai korelasi signifikan dengan ketidakstabilan harga minyak, bukan pada sisi demand dan supplaynya.

Pada Juni 2008 harga minyak mencapai rekor tertinggi seiring krisis finansial AS yang dipicu oleh kejatuhan Lehman, pada saat yang sama indeks perdagangan tertimbang (Trade Weighted Index atau TWI) dalam Dollar jatuh pada titik terendah. Setahun kemudian pada 2009 harga minyak jatuh 70% sementara TWI dalam Dollar naik 17%. Dan setelah TWI dalam dollar turun secara bertahap, maka harga minyak naik signifikan dari $42 hingga $114/barel antara Januari 2009 dan April 2011.Kemudian antara Juni 2014 hingga Februari 2016 harga minyak jatuh dari $105 menjadi $27/barel, sementara pada saat yang sama indeks TWI dalam Dollar naik dari 80 menjadi 99. Sehingga jelas korelasi  antara harga minyak dan dollar adalah negatif (hubungan terbalik). Maka  dapat diambil simpulan bahwa harga minyak lebih dipengaruhi dari fluktuasi nilai dollar dibanding sisi supplay dan demand dari minyak itu sendiri.


Pola yang sama juga terlihat pada komoditas penting lainnya seperti tembaga. Ketika harga minyak naik drastis tahun 2008,  harga tembagapun ikut naik. Ketika harga minyak mencapai titik terendah bulan Januari, demikian pula tembaga. Ketika tembaga mencapai harga tertinggi sepanjang sejarah, harga minyak mengikutinya beberapa bulan kemudian.

Publik umumnya menilai kenaikan harga komoditas dari sisi suplay dan demand saja. Namun grafik supplay dan demand dari minyak dan fluktuasi dollar mencerminkan ketidakstabilan lebih kepada sisi transaksi Dollar itu sendiri. Oleh karenanya apabila Dollar sebagai acuan utama harga internasional tidak lagi digunakan maka volatility harga komoditas akan hilang. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apabila emas  mengantikan posisi Dollar sebagai mata uang utama, apakah fluktuasi harga tetap terjadi?

Pricing commodities in gold

Ketika emas berfungsi sebagai uang, peran kredit bank (berbasis riba) akan jauh berkurang. Artinya transaksi barang dan jasa antar negara tidak dapat dibiayai dengan kredit tanpa jaminan emas yang setara. Kegiatan impor komoditas seperti minyak dan lain-lain mesti dibayar dengan komoditas riil ekspor. Ini adalah alasan mengapa ketidakseimbangan neraca perdagangan antar negara yang menggunakan mata uang emas tidak terjadi.
Implikasinya adalah sebagian besar spekulasi dari komoditas dalam ekonomi berbasis uang kertas akan ditekan dengan peran mata uang emas, karena spekulasi berbasis kredit atau utang baik jangka pendek atau jangka panjang akan terbatas ruang geraknya. Tentu saja spekulasi tidak bisa hilang sepenuhnya, karena tidak ada yang dapat menghalangi dua pihak untuk  berjudi tanpa ada mediator seperti bankir yang menawar kan kredit.

Maka kebutuhan akan manajemen resiko melalui produk derivatif (surat berharga atau produk finansial beserta turunannya) akan berkurang dengan sendirinya, sebagai akibat dari ketiadaan volatilitas dari sisi nilai mata uang. Proteksi dari fluktuasi harga komoditas pada dasarnya berperan sebagai penjamin.

Karenanya harga komoditas dalam emas akan jauh lebih stabil. Kecendrungan akan ketidakstabilan yang timbul akibat aliran kredit perlahan menghilang.

Terkahir, hilangnya peran intervensi bank, akibat penggunaan mata uang emas, memutus ketidakstabilan siklus kredit dibawah sistem fractional reserve banking. Sebab hal inilah yang memunculkan fluktuasi dari daya beli mata uang (kertas) baik melalui menambah jumlah uang beredar dan kredit dan juga ketidakstabilan preferensi atau (kebijakan) moneter yang semuanya berbasis kredit (berbunga). Volatilitas harga yang kita alami saat ini hampir 100% terjadi karena berlebihnya jumlah uang yang beredar yang membelit sistem ekonomi kita. Mengurangi faktor ini berarti mengurangi faktor utama volatilitas harga.
 sumber : GoldMoney.com/Prices When Gold is Money, Alasdair McLeod

Saturday, April 6, 2019

Bank Sentral Gagal Menjaga Nilai Mata Uang

Bank sentral tertua di dunia ternyata bukan bank sentral Inggris atau Amerika,  dia adalah Rijsbank,  bank sentral Swedia. Berdiri 351 tahun yang lalu pada tahun 1668. Sebagaimana bank sentral lainnya di dunia, salah satu fungsinya adalah menjaga agar nilai mata uangnya stabil dan terjaga,  demikian pula Rijsbank yg dalam websitenya mempunyai moto " We ensure that money retain it's value... " ("kami memastikan nilai mata uang tetap terjaga"). Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih stabil, mata uang Krone Swedia tergerus nilainya dari waktu ke waktu.  Selama abad 21 ini saja Krone Swedia turun nilainya hingga 80%, bahkan sejak 1971 nilainya tergerus hingga 99%. Tentu saja apabila patokan nilainya disandingkan dengan emas sebagai acuan nilai yg adil sepanjang sejarah.

Pada tahun 1600-an Swedia sudah menggunakan mata uang emas dan perak sebagai alat transaksi, namun karena mesti mengongkosi perang yg berkepanjangan, emas dan perak inipun hilang dari peredaran.  Sebagai gantinya Swedia memperkenalkan mata uang tembaga. Kebijakan ini bertujuan ganda,  selain sebagai mata uang juga untuk mempertahankan nilai tembaga di pasar Eropa. Karena Swedia adalah eksportir tembaga terbesar di dunia.

Falun mine adalah perusahaan tambang yg ditunjuk untuk mencetak koin tembaga ini. Tambang ini berdiri tahun 1288, sebelum akhirnya berubah nama menjadi Stora Kopparberg Mining tahun 1347. Stora memenuhi kebutuhan 2/3 konsumsi tembaga di Eropa dan tentu saja membiayai perang Swedia.

Tahun 1644 Stora mulai memproduksi koin tembaga ukuran besar untuk menjaga agar nilai pasar tembaga tetap tinggi. Pecahan koin terbesarnya adalah sepanjang 62cm dengan berat 20kg. Tentu bukan ukuran yang praktis untuk dibawa dalam kantong.

Bank pertama di Swedia,  Stockholm Banco berdiri tahun 1656. Bank ini memperkenalkan bank notes (secarik kertas sebagai bukti kepemlikan emas atau perak yg disimpan di bank-dalam kasus ini adalah tembaga) untuk menggantikan sejumlah koin tembaga yang disimpan bank.  Oleh karenanya Swedia adalah negara pertama di Eropa yang menerbitkan bank notes. Yang terjadi kemudian persis sama dengan eksperimen yang dilakukan John Law di Perancis awal tahun 1700-an dan kolapsnya Mississippi Company di AS yang terjadi akibat penerbitan bank notes yang jauh melampaui aset yang dijaminkan di bank.

Ditengah kekacauan inilah Bank sentral Swedia berdiri tahun 1668 sebagai  ganti dari Stockholm Banco. Sejak awal berdiri undang-undang Swedia menegaskan tujuan berdirinya adalah "maintain the domestic coinage at it's right and fair value" (menjaga mata uang domestik dengan nilai yg stabil dan adil). Namun setelah 331 tahun kemudian, nilai krone Swedia tergerus hingga 99%, dengan kata lain tujuan berdirinya bank sentral di atas sudah tidak lagi relevan.

Norges Bank

Bergeser ke Norwegia, Bank sentral mereka Norges Bank juga mempunyai tujuan yang tidak berbeda dengan Swedia "Price stability by means of monetary policy" dan "to keep inflation low and stable" . Namun faktanya Norwegia adalah negara dengan biaya hidup yang sangat tinggi. Cadangan devisa emas mereka juga nyaris tak ada-karena hanya tersisa 7 batang emas,  setelah mereka menjual cadangan emas mereka sejumlah 37 ton tahun 2004. Sehingga harga emas dalam mata uang mereka Norwegia Krone saat ini mencapai rekor tertinggi.

sumber : Egon von Greyerz,  kingworldnews. com

Monday, March 18, 2019

Invasi AS di Venezuela : Dollar ambil alih Mata Uang

Invasi suatu negara terhadap negara lain (biasanya yang kuat terhadap yg lemah) tidak selalu dalam bentuk invasi militer, seperti yang biasa dipamerkan Amerika Serikat. Namun dapat pula dalam bentuk ekonomi, lebih khusus lagi moneter atau mata uang.

Inilah yang terjadi pada Venezuela akhir-akhir ini.  Alih alih presiden Nicolas Maduro yg biasa mengambil sikap oposan terhadap paman Sam, justru negrinya saat ini yg mengalami invasi mata uang Amerika Dollar!

Dollar menjadi dominan, walau mata uang resmi Venezuela Bolivares yg nilainya sudah jauh tergerus masih berlaku.

Proses adopsi mata uang Dollar telah berlangsung dalam hitungan bulan, seiring Hyperinflasi yg dialami Venezuela-menurut IMF  telah menyentuh angka fantastis 10 juta persen-yang menyebabkan nilai Bolivares secara massif tidak dapat digunakan untuk transaksi via kartu debit dan transfer bank shg pilihan yg tersisa adalah Dollar.

Cash is King

Di sebuah pasar di distrik bagian timur Altamira, antrian memanjang di depan toko grosir kecil yg dijaga petugas keamanan. "Saudara-saudara kami hanya menerima Dollar atau Bolivares"! teriak manajer toko.

Seorang nenek mulai menangis "Tidak ada orang mengirimkan saya Dollar. Apa yg bisa saya lakukan,  seraya berkata bahwa dia ingin membeli susu untuk cucunya,  sedangkan Bolivaresnya tidak cukup.

Pada Rabu kemarin $1 setara dengan 3.000 bolivares (mata uang Venezuela), dimana denominasi terbesar adalah 500-bolivar  yg setara dengan 17 US$ sen.

Rata-rata gaji penduduk Venezuela telah jatuh hingga US$ 6 per bulan. Namun sebagian besar makanan dan bahan pokok diperoleh melalui impor, dimana harga ayam seharga $3 atau $4 di supermarket.

Masalah utama warga Venezuela adalah tidak mempunyai akses terhadap dollar,  yang akhirnya menciptakan "extreme inequality" kata Asdrubal Oliveros, kepala analis ekonomi Econanalitica.

Henke Garcia kepala analis Econometrica mengatakan "Dollarisasi berkaitan erat dengan inflasi, ini sebab fundamental...."

"Semuanya dijual dengan Dollar : keju,  pisang,  roti,  charge handphone, es", kata Roxana Pena 26 tahun,  penduduk kota sebelah barat yg kaya minyak Maracaibo.

"Banyak orang yang tidak mampu membeli apapun", kata penduduk lokal Margara Bermudez.

PBB mengestimasi sekitar 3,4 juta warga Venezuela beremigrasi ke luar negeri sejak krisis mulai melanda negri.

"Presiden Maduro tidak mampu menjamin ketersediaan air,  energi,  dan obat-obatan" ,seru Juan Guaido oposan Maduro yg telah memproklamirkan dirinya sendiri sbg Presiden di hadapan pendukungnya Selasa lalu.

Krisis ini awalnya dipicu oleh krisis energi yg menurut pengamat akibat mismanagement,  korupsi, dan minimnya investasi di bawah pemerintahan Maduro

sumber : www.france24.com