www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, March 17, 2022

The Law of Unintended Consequences

Lebih dari 65% proses neon gas yang digunakan untuk tenaga laser dalam pembuatan semi konduktor berasal dari Ukraina. Dan antara 35% hingga 50% produksi metal strategis seperti titanium dan alumunium yang digunakan perusahaan penerbangan seperti Boeing dan Airbus berasal dari Rusia. Sebagian besar gandum yang dikonsumsi Timur Tengah dan Afrika berasal dari Ukraina dan Rusia.

Rusia juga eksportir logam yang digunakan dalam produksi baterai dalam mobil listrik seperti Lithium, Cobalt, dan Nikel. Rusia juga eksportir utama minyak, gas alam, dan batu bara, dan pemasok utama gas ke Eropa.

Pada tahun 2009 Pentagon (Departemen Pertahanan AS) menggelar Financial War Game di Warfare Analysis Laboratory of The United States. Salah satu skenarionya adalah Rusia dan Cina mengakumulasi sejumlah besar cadangan emasnya, dan mengumpulkannya di satu tempat. Kemudian mereka mendeklarasikan mata uang digital baru dengan jaminan emas menggantikan Dollar AS.

Selanjutnya Rusia dan Cina memaksa pembelian produk andalan mereka energi  dan barang-barang manufaktur menggunakan mata uang digital tsb dalam rangka keluar dari hegemoni Dollar dan sanksi ekonomi berbasis mata uang Dollar. 

Inilah yang sedang dimainkan Rusia (bekerjasama dengan Cina) untuk melawan sanksi AS dan sekutu-sekutunya.

Dollar membutuhkan waktu 30 tahun (1914-1944) untuk mencapai status sebagai mata uang utama dunia. Dollar kehilangan koneksinya dengan emas tahun 1971, namun tidak kehilangan statusnya berkat kesepakatan Petrodollar yang mewajibkan transaksi minyak dunia dengan mata uang Dollar sebagai buah kerja Nixon dan Kissinger tahun 1974.

Dunia pun dibanjiri oleh Dollar melalui kombinasi antara pencetakan Dollar oleh The Fed dan defisit perdagangan AS.


Masalah mulai muncul dekade 1990-an dan awal tahun 2000-an ketika AS memberi sanksi finansial kepada musuh-musuhnya seperti Iran, Korea Utara, Venezuela dan dalam lingkup terbatas pada Rusia. AS terus memperbaharui sanksi terhadap mereka.

Dalam ekonomi global pemberian sanksi ekonomi terhadap suatu negara tidak hanya berefek terhadap negara tsb tapi juga kepada negara-negara lain bahkan dunia. Maka akan ada pelemahan ekonomi global yang ujung-ujungnya adalah pelemahan mata uang Dollar itu sendiri. Tentu saja tidak terjadi dalam semalam tapi berproses. Dan itulah yang sedang terjadi saat ini. 

Sumeber : Jim Richards (dailyreckoning.com)

Arab Saudi berencana Menjual Minyak ke Cina dalam mata uang Yuan

Aran Saudi sedang melakukan pembicaraan intensif dengan Cina untuk menerima pembayaran mata uang Yuan dalam sebagian penjualan minyaknya ke negara tsb. Transaksi minyak internasional selama ini dilakukan dalam bentuk Dollar AS. Langkah Saudi ini berpotensi menggeser dominasi Dollar dalam pasar minyak global.

Kebijakan ini sempat timbul tenggelam selama 6 tahun terakhir, namun mencapai akselerasi maksimum akhir-akhir ini. Pemicunya adalah kekecewaan Arab Saudi terhadap AS dalam menjaga keamanan potensial  kerajaan tsb. Saudi menilai AS  tidak cukup mendukung dalam melakukan intervensi dalam perang sipil di Yaman, yang berbatasan langsung dengan Saudi. Begitu pula dalam kepemimpinan Biden, negosiasi nuklir dengan Iran, tidak berjalan optimal. Terakhir Saudi kecewa Amerika menarik pasukannya dari Afghanistan.

Cina mengambil porsi 25% dari total ekspor minyak Arab Saudi. Apabila pembayaran penjulan minyak dalam Yuan terjadi, maka akan menaikkan status Yuan dalam peta moneter internasional dan menggeser dominasi Dollar.

Sumber : www.wsj.com

Tuesday, March 15, 2022

AS Umumkan Inflasi tertinggi dalam 40 tahun terakhir

Departemen tenaga kerja  AS mengumumkan tingkat inflasi bulan Februari lalu sebesar 7,9% tertinggi sejak 1982. Angka ini 4 kali lipat dari target inflasi bank sentral AS sebesar 2%. Popularitas Joe Biden terus menurun karena tidak mampu mengendalikan inflasi. Perang Ukraina menambah tekanan inflasi terhadap harga minyak dan gas, karena jauh sebelum invasi Rusia 24 Februari lalu, inflasi sudah mulai merambat naik.




Menilik Jalinan Kerja Sama Rusia dan Zionis Israel

Serangan Rusia terhadap Ukraina sejak 24 Februari lalu terus menyita perhatian publik. Banyak orang kemudian terjebak dalam salah satu dukungan terhadap kedua pihak. Salah satu pihak mendukung Ukraina dan NATO. Pihak lainnya mendukung Rusia. Salah satu alasan yang diberikan untuk mendukung Putin beralasan Rusia adalah sebuah kekuatan entitas yang melawan dominasi barat dan zionis Israel saat ini. Pertanyaannya adalah: betulkah?

Hubungan Sejarah Uni Soviet dan Israel

Jika kita mempelajari hubungan internasional, maka kita perlu memahami legasi sejarah dan interaksi geopolitik antara Uni Soviet, yang kemudian menjadi Rusia, dengan Israel.

Hubungan Uni Soviet dan zionis Israel telah berlangsung sangat lama. Megan Bailey dalam A Strategic Alliance: An Exploration of Israeli-Russian Relations (2014) menyebut legasi relasi resmi Soviet dengan Israel terjadi saat Soviet menerima rencana PBB untuk membagi Mandat Inggris atas Palestina menjadi dua negara yakni Yahudi dan Muslim pada 1947.

Saat itu, Uni Soviet menjadi menjadi salah satu negara pertama yang mengakui penjajah Israel usai membentuk negara palsu di atas penjajahan terhadap bangsa Palestina pada Mei 1948. 

Tiga hari setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaan palsunya atau 17 Mei 1948, Soviet secara resmi mengakui Israel.

Selanjutnya, politisi Zionis Golda Meir, yang kelak menjadi perdana menteri pada 1969-1974, diangkat sebagai duta besar Israel untuk Uni Soviet, dengan masa jabatan dimulai pada 2 September 1948.

Meir menghadiri kebaktian Rosh Hashanah dan Yom Kippur di Sinagog Paduan Suara Moskow dikelilingi oleh 50.000 orang Yahudi.

Namun tidak selamanya hubungan Soviet dan Israel tanpa dinamika. Hubungan kedua entitas itu kompleks dan beragam, termasuk dukungan diplomatik, militer, kerja sama teknologi, dan energi. Selain itu, Israel menjadi destinasi nomor satu bagi orang Yahudi pasca-Uni Soviet untuk migrasi, sehingga diaspora Rusia-Yahudi yang besar ada di Israel. 

Larissa Remennick dalam Transnational community in the making: Russian Jewish immigrants of the 1990s in Israel (2002) menyampaikan Israel menyerap lebih satu juta orang Yahudi Rusia, yang meningkatkan populasi Israel sekitar delapan belas persen. Komunitas diaspora telah mempertahankan jaringannya di Rusia, sehingga meningkatkan hubungan antara kedua negara.

Meski demikian, hubungan kedua negara juga sempat beku pada Juni 1967. Hal ini lantaran Uni Soviet mendukung negara-negara Arab dalam Perang Enam Hari melawan Israel di mana mana Israel merebut wilayah dari Yordania dan sekutu Soviet Mesir dan Suriah. Saat itu, Moskow melanjutkan untuk mempersenjatai dan mendanai negara-negara Arab selama beberapa dekade.

Ketegangan Rusia dan Israel akhirnya secara bertahap mulai pulih. Pemulihan hubungan antara Soviet dan Israel terjadi pada Agustus 1986. Kontak resmi pertama terjadi di Helsinki antara delegasi konsuler Israel dan Soviet. Pada Oktober 1991, Mikhail Gorbachev membangun kembali hubungan diplomatik dengan Israel, tepat dua bulan sebelum runtuhnya Uni Soviet.

Gorbachev saat itu mengizinkan orang Yahudi untuk beremigrasi dengan bebas dan lebih dari satu dekade lebih dari satu juta dari mereka pindah ke Israel.

Setelah itu, hubungan kedua pihak terus berkembang dari waktu ke waktu. Pada April 1994, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin melakukan kunjungan resmi ke Moskow. Kunjungan ini adalah yang pertama dilakukan perdana menteri Israel sekaligus mengabadikan normalisasi penuh hubungan bilateral kedua pihak.

Pada Juni 1967, Uni Soviet memutuskan hubungan dengan Israel setelah Perang Enam Hari 1967, di mana Israel merebut wilayah dari Yordania dan sekutu Soviet Mesir dan Suriah.

Moskow melanjutkan untuk mempersenjatai dan mendanai negara-negara Arab selama beberapa dekade.

Selanjutnya pada September 2001, perdana menteri Israel saat itu Ariel Sharon dan Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu di Moskow. Keduanya  bersama-sama mengutuk terorisme di mana Putin dan Sharon sama-sama mengatakan mereka adalah korban.

Posisi Kremlin dan Israel semakin dekat sejak serangan Rusia di republik Chechnya, di mana Moskow mengklaim sedang memerangi terorisme. Dan Israel mengkalim mendapatkan serangan dari pejuang Palestina. Meski pada kenyataannya, apa yang dilakukan faksi perlawanan Palestina hanyalah respons atas penjajahan, kekerasan, pembunuhan, penggusuran yang dilakukan negara Zionis itu terhadap bangsa Palestina.

Kerja Sama Pertahanan Rusia-Israel

Salah satu sektor terbesar kerja sama antara Rusia dan Israel adalah pada bidang pertahanan. Keduanya selama ini telah terlibat upaya untuk meningkatkan kapasitas militernya masing-masing.
Pada 2010, Rusia dan Israel resmi menandatangani perjanjian kerja sama militer. Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Serdyukov mengatakan Moskow mempelajari dengan serius praktik militer Israel saat memodernisasi tentaranya.

Sementara itu, Menhan Israel Ehud Barak mengatakan Israel siap pengalaman dengan militer Rusia dalam memerangi “terorisme” dan memastikan keamanan, termasuk dengan menggunakan pesawat tak berawak. (Al-Arabiya, Associated Press, 2010)

Saat itu, Putin mengatakan telah membeli beberapa kendaraan udara tak berawak di Israel. Rusia juga telah meluncurkan beberapa satelit untuk kepentingan Israel. “Kami sedang memeriksa kemungkinan untuk melengkapi pesawat Israel dengan instrumen dan peralatan laser kami," ucap Putin.

Rusia telah berusaha untuk membangun armada pesawat mata-mata buatan Israel sejak Georgia menggunakan pesawat Israel semacam itu untuk melawan Rusia dalam perang tahun 2008.

Saat itu, pejabat Rusia mengatakan Israel telah menjual 12 pesawat tanpa pilot ke Moskow dan akan memasok 36 lagi, senilai sekitar USD100 juta.

Pada April 2014, Israel mengambil sikap netral terhadap aneksasi illegal Rusia atas Krimea, yang merupakan rumah bagi 12 persen etnis Muslim Tatar, di PBB. Kondisi ini membuat marah pejabat Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih [Hareetz, 2014].

Sebaliknya, selama Operasi Protective Edge pada tahun 2014 untuk menghentikan perlawanan Hamas. Dalam perang Gaza itu, total 1.880 orang tewas, termasuk 1.500 warga sipil berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza. Dan Putin menyatakan bahwa "Saya mendukung pertempuran Israel yang dimaksudkan untuk melindungi warganya". [Federation of the Jewish Communities of The CIS, 2014].

Joshua Krasna dalam Moscow on The Mediteranian: Russia and Israel’s Relationship (2018) mencatat hubungan Israel dan Moskow meningkat tiga kali lipat sejak Putin naik ke kekuasaan pada 2000. 

“Kemajuan stabil yang telah dibuat sejak pemulihan hubungan diplomatik pada tahun 1991—dan khususnya sejak Vladimir Putin menjabat pada tahun 2000—mewakili peningkatan yang signifikan dalam keamanan nasional Israel dan dan keuntungan penting bagi kebijakan global dan regional Rusia. Hubungan bilateral terbaik yang mereka miliki sejak 1991,” tulis Krasna.

Krasna mengatakan untuk memahami kepentingan Rusia terhadap Israel, pertama-tama kita harus memahami Moskow secara lebih luas dalam hal tujuan kebijakan, baik regional maupun global. Menurut pakar Rusia Dmitri Trenin, tujuan utama kebijakan luar negeri Moskow dalam beberapa tahun terakhir adalah mengembalikan Rusia ke “tingkat teratas politik global.”

Kontak Putin dan Bennett

Kini rezim zionis Israel telah berganti. Naftali Bennett naik ke puncak kekuasaan Israel sebagai perdana menteri Israel pada 2021 menggantikan Benyamin Netanyahu. Meski wajah penguasa Israel berganti, hubungan Rusia dan Israel tidak lantas berubah.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah melakukan kontak untuk mendukung negaranya masing-masing. Kedekatan keduanya mendorong Putin meminta Bennett agar melobi AS meringankan beberapa sanksinya terhadap rezim Bashar al-Assad. 

Lobi ini dilakukan Moskow kepada Tel Aviv agar perusahaan-perusahaan Rusia dapat mengambil bagian dalam rekonstruksi di Suriah.

Moskow ingin mendapatkan sebagian besar proyek rekonstruksi skala besar di Suriah dalam upaya meningkatkan pendapatan sambil meningkatkan pengaruhnya terhadap ekonomi Suriah.

Menurut Rusia, sanksi AS membuka jalan bagi perusahaan Iran untuk mendapatkan proyek-proyek rekonstruksi besar demi meningkatkan pengaruh Iran di Suriah.

Saat perang Rusia-Ukraina meletus, Bennett muncul sebagai pemimpin Israel yang berusaha menengahi konflik. Batu Coskun (2022), pakar kajian Israel dan Teluk, mengatakan motif ini dilakukan karena Bennett haus akan pengakuan publik internasional setelah Netanyahu lengser. 

Nama Bennett masih asing dalam pergaulan internasiona. Kesepakatan Abraham, keputusan Washington untuk memindahkan kedutaan Amerika ke Yerusalem dan keputusan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran adalah kemenangan bagi Netanyahu yang pada gilirannya ditransformasikan menjadi propaganda elektoral. Bennett tidak menikmati prestise internasional yang sama seperti Netanyahu. Dia masih belum dikenal oleh sebagian besar pemimpin global dan memiliki sedikit pengalaman di forum multilateral.

Selain itu, kata Coskun, adalah faktor keamanan kawasan. Israel dapat beroperasi di Suriah lewat restu Rusia, yang menjalankan kontrol hampir total atas wilayah udara rezim Assad. Dengan demikian, Israel memandang insentif yang besar dalam mempertahankan hubungannya dengan Moskow. 

Bennett akhirnya bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin selama tiga jam di Kremlin pada 5 Maret lalu. Bennett juga telah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky beberapa kali melalui telepon dalam beberapa hari terakhir dan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Foreign Policy (2022) mencatat diplomasi yang dilakukan Bennett juga dimaksudkan untuk melestarikan kepentingan strategis Israel di Timur Tengah ketika konflik Ukraina meningkat serta memastikan keamanan komunitas besar Yahudi di Ukraina. 

Seorang pejabat di kantor Bennett mengatakan pembicaraan itu dilakukan "dalam koordinasi dan dengan restu" Washington dan dapat berfungsi sebagai saluran utama bagi Barat dalam meredakan konflik dan solusi tetap bisa dilakukan di atas meja.

Israel memilih bersama Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya di Majelis Umum PBB mengutuk invasi Rusia. Tetapi juga menolak permintaan Ukraina untuk mengirim perlengkapan militer, termasuk perlengkapan pertahanan.

Keengganan Israel untuk masuk melawan Rusia berasal dari serangkaian perhitungan yang dianggap penting oleh Israel dalam melestarikan arsitektur keamanan zionis di Timur Tengah, khususnya Baitul Maqdis. 

Sumber : Pizaro Gozali (Peneliti Center for Islam and Global Studies)


Sumber:  https://www.hidayatullah.com/spesial/analisis/read/2022/03/14/226601/menilik-jalinan-kerja-sama-rusia-dan-zionis-israel.html#google_vignette


Referensi:

Joshua Krasna (2018), Moscow on The Mediteranian: Russia and Israel’s Relationship, Foreign Policy Research Institute

Megan Bailey (2014), A Strategic Alliance: An Exploration of Israeli-Russian Relations, Independent Study Project Collection.

Larissa Remennick (2002), Transnational community in the making: Russian Jewish immigrants of the 1990s in Israel,” Journal of Ethnic and Migration Studies.

Al-Arabiya (2010), Russia boosts military cooperation with Israel. https://english.alarabiya.net/articles/2010%2F09%2F06%2F118675

Neri Zilber (2022), Why Naftali Bennett Went to Moscow, Foreign Policy. https://foreignpolicy.com/2022/03/07/israel-ukraine-mediation-russia-bennett-putin/

Hareetz (2014), "U.S. Officials Angry: Israel Doesn't Back Stance on Russia". https://www.haaretz.com/.premium-u-s-angry-at-israel-for-silence-on-ukraine-1.5244919

Batu Coskun (2022), ANALYSIS - Israeli balancing act between Russia and Ukraine, Anadolu Agency. https://www.aa.com.tr/en/analysis/analysis-israeli-balancing-act-between-russia-and-ukraine/2528584

Federation of the Jewish Communities of The CIS (2014), President Putin: I Support Israel, https://fjc-fsu.org/president-putin-support-israel/

Flash Back : Cadangan Emas Ukraina Terbang ke Amerika sejak 2014

Sebuah situs berita Rusia Iskra yang berbasis di kota Zaparozhye timur Ukraina melaporkan bahwa tanggal 7 Maret 2014 cadangan emas Ukraina telah diangkut ke Amerika Serikat melalui bandara Borispol sebelah timur Kyiv.

Menurut situs berita Iskra :
Pukul 2 dinihari (07 Maret) sebuah pesawat yang tak dikenal berada di landasan bandara Borispol. Menurut staf bandara, sebelum pesawat  tiba, rombongan kendaraan yang terdiri dari 4 truk dan 2 minibus VW telah bersiap di landasan. Seluruh plat nomor truk tsb tak terpasang.

Sejumlah 15 orang dengan seragam dan topeng hitam keluar dari kendaraan. Seluruhnya menyandang senjata, dan sebagiannya dengan senjata mesin. Dengan sigap mengeluarkan lebih 40 peti logam.

Kemudian seseorang datang dan menaiki pesawat. Dan seluruh peti tsb dimuat ke badan pesawat dengan terburu-buru.

Selanjutnya pesawat menuju landasan darurat dan lepas landa. 

Seseorang saksi yang melihat pemandangan tsb, segera melapor otoritas bandara, dan mendapat jawaban " jangan ikut campur urusan orang lain".

Selanjutnya ada konfirmasi dari mantan pejabat senior departemen keuangan Ukraina,  bahwa "malam itu atas perintah salah satu pemimpin baru Ukraina, Amerika Serikat mengambil alih pemeliharaan seluruh cadangan emas Ukraina."???

Sumber :  commoditytrademantra.com






Apa saja sanksi Eropa dan Amerika terhadap Rusia

AS, Inggris, dan Uni Eropa sepakat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Efeknya amat siginifikan bagi perekenomian Rusia sehingga menyebabkan puluhan ribu rakyat Rusia memprotes invasi tsb, bahkan sebagian mereka ikut mengungsi dari negaranya karena khawatir dampak sanksi terhadap Rusia.

Menteri Keuangan AS sendiri mengumumkan 15 sanksi terhadap Rusia. Salah satunya adalah membekukan aset Bank Sentral Rusia. Ini adalah kali pertama sebuah Bank Sentral dunia mengalami pembekuan aset sejak perang dingin

Sejumlah perusahaan swasta seperti  Microsoft, Exxon Mobil, Shell dan beberapa perusahaan penerbangan besar menghentikan kegiatan bisnismya di Rusia.Visa dan Mastercard tidak lagi menerima charges kartu kredit dari Rusia. Google dan Apple juga mematikan aplikasi pembayaran mobile di handphone warga Rusia. Raksasa pelayaran Maersk pun menghentikan layanan bongkar muat kapal di pelabuhan Rusia. 

Apabila sanksi terus berlanjut, ekonomi Rusia akan jatuh 20% bahkan lebih di pertengahan 2022, atau mirip dengan kwartal ke 2  pada fase lockdown pertama pandemi 2020 lalu.

Namun Rusia juga melakukan pembalasan dengan capital control yaitu melarang perusahaan Rusia membayar kreditur atau investor Eropa dan AS dengan menggunakan mata uang Dollar atau Euro. Akibatnya investor perusahaan Rusia asal Eropa dan AS tidak bisa menjual sahamnya atau menerima pembayaran piutang dari perusahaan Rusia.

Walaupun Rusia mengalami blokir dalam sistem pembayaran internasional via Bank Sentral, namun Rusia bisa menerima pembayaran minyak dan gasnya dalam bentuk Dollar melalui saluran pembayaran lain dan masuk ke cadangan devisa mereka. Rusia juga masih bisa melakukan transaksi di luar sistem SWIFT dengan teknologi yang lebih lama spt teleks dan saluran internet di luar koridor SWIFT. Begitu pula warga Rusia bisa melakukan pembayaran internasional melalui bank Cina dan bank-bank yang tidak bergabung dengan sanksi. SWIFT atau Society for Worldwide Interbank  Financial Telecommunications atau jaringan perbankan dan institusi keuangan yang melayani pengiriman informasi (termasuk uang atau instruksi transfer) secara cepat, akurat, dan ke seluruh dunia.

Bersambung....


Kenaikan Permintaan Emas akibat Perang Ukraina

Perang Ukraina menyebabkan permintaan emas naik di seluruh dunia mulai dari Vienna dan Singapura hingga New York. Selama perang harga emas naik hingga $2.070,44 per oz, mendekati harga tertinggi saat pandemi.

Invasi Rusia terhadap Ukraina memicu kenaikan harga komoditas mulai dari minyak, gas, dan emas.

Kenaikan harga emas hingga 10% sejak awal tahun ini, menyebabkan kenaikan permintaan, seperti yang dialami oleh Rudolf Brenner, pemilik Philoro Edelmetalle, toko emas di Jerman yang mengalami antrian panjang pekan-pekan terakhir ini. "When the crisis in Ukraine started, we saw massive orders,” kata Brenner yang mengalami kenaikan penjualan 3 kali lipat dari biasa.

Gregor Gregensen pendiri Silver Bullion Singapura mengatakan selama pekan pertama Invasi, mengalami kenaikan permintaan emas 235%.

Kenaikan permintaan emas ini terjadi setelah kenaikan permintaan emas selama 2021.  Menurut World Gold Council sepanjang 2021 penjualan emas mencatat nilai 1.124 ton baik dalam bentuk emas batangan maupun koin.

Sumber : Irishexaminer.com



Monday, March 14, 2022

Rusia minta Cina membantu Ekonomi pasca Sanksi

Rusia mulai merapat ke Cina untuk meminta bantuan akibat sanksi AS, Eropa dan sekutu-sekutunya terhadap perekonomian mereka. Demikian dalam sebuah pernyataan menlu Rusia Ahad (13 Maret) kemarin. Namun AS buru-buru meniup peluit peringatan agar Cina urung memberi bantuan.

Menteri Luar Negeri Rusia Anton Siluanov menyatakan bahwa sanksi ekonomi telah menutup akses finansial mereka sebesar $300 miliar hingga $640 miliar dalam bentuk emas dan cadangan devisa luar negeri.

Negara-negara barat mengenakan sanksi ekonomi terhadap perusahaan-perusahaan dan sistem finansial Rusia setelah invasi terhadap Ukraina tanggal 24 Februari lalu dengan nama operasi militer khusus.

Cina adalah negara tujuan ekspor utama bagi Rusia,  nomor 2 setelah Uni Eropa.
Nilai ekspor Rusia ke Cina adalah $ 79,3 miliar tahun 2021 dengan kenaikan 56% pada minyak dan gas.

Rusia dan Cina sebelumnya memang telah menjalin hubungan erat karena keduanya sama-sama mengalami tekanan ekonomi dan politik dari AS. Putin dan Xi Jinping bertemu tanggal 4 Februari lalu dalam sebuah kerjasama strategis dalam rangka mengurangi tekanan AS.

Beijing tidak mengutuk serangan Rusia dI Ukraina, dan juga tidak menyebut itu sebagai Invasi. Beijing hanya menekankan agar segera dilakukan solusi negosiasi .

Sumber : reuters.com


Tuesday, March 1, 2022

Ukraina : Pertaruhan Terakhir Hegemoni AS di Eropa?

Invasi Rusia terhadap Ukraina  menyisakan pertanyaan bagi perkembangan perang Ukraina - Rusia . Ketika negara-negara sekutu AS dan Uni Eropa sibuk berdiplomasi mengutuk dan memberi sanksi kepada Rusia, secepat itu pula tentara Rusia merangsek ke kota-kota Ukraina. Tidak ada pergerakan militer NATO dan AS untuk menahan laju miiter Rusia. Tentu saja karena Ukraina belum resmi masuk NATO. Namun secara moral NATO ikut betanggung jawab karena menjadi sebab utama invasi Rusia. Demikian pula Amerika, kita tidak melihat pergerakan militer atau kapal indul AS di laut hitam. Ukraina dibiarkan gemetar berhadapan dengan raksasa militer no 2 dunia.

Kegamangan AS dan Eropa membantu Ukraina secara militer, tidak lepas dari kondisi internal negara-negara tsb. AS tidak segarang dahulu pasca kalah perang 10 tahun di Afghanistan. Secara ekonomi saat ini AS menghadapi menghadapi krisis ekonomi pasca pandemi demikian pula Eropa. 

Mengapa AS tidak mengirim pasukan ke Ukraina :

1. Ukraina bukan national interest AS.
Ukraina tidak terletak di perbatasan AS. Negara itu juga tidak menjadi tuan rumah pangkalan militer AS. 
Selain itu, Ukraina, tidak memiliki cadangan minyak strategis dan bukan mitra dagang utama.

2. Biden tidak mempunyai niat melakukan intervensi. 
Kebijakan LN Biden cenderung menghindari perang. Menarik pasukan dari Afghan. Fokus menangani pandemi dan perubahan iklim, serta bersaing dengan China di Indo-pasifik.

3. Warga AS menolak perang
Sebuah jajak pendapat AP-NORC baru-baru ini menunjukkan 72% warga AS mengatakan negaranya harus memainkan peran kecil dalam konflik Rusia- Ukraina, atau tidak sama sekali.

4. Fokus menghadapi Inflasi
Amerika Serikat menutup 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7 persen, tertinggi sejak 1982. Masih  berlanjutnya disrupsi pada rantai pasok dan gelombang omicron membuat prediksi harga konsumen pada tahun ini masih akan panas

5. Biden tidak ingin memicu perang dunia.
AS tidak ingin mempertaruhkan bentrokan
langsung antara pasukan Amerika dan Rusia di  Ukraina." Ini tidak seperti kita berurusan dengan organisasi teroris," kata presiden kepada NBC awal bulan ini. "Kita sedang berhadapan dengan salah satu tentara terbesar di dunia.  Ini adalah situasi yang sangat sulit, dan segalanya bisa menjadi gila dengan cepat."

Dua Skenario Putin Hadapi Sanksi

• Skenario pertama, sanksi Eropa mungkin akan merugikan Moskow sekitar lebih USD20 juta per hari. Tapi Rusia adalah negara yang  mempunyai cadangan keuangan mencapai USD630 miliar. Ini setara Rp 9 kuadriliun. Dari jumlah itu, hanya 16% dalam bentuk dollar.
• Skenario kedua, China masuk menjadi alternatif keuangan bagi Rusia. 
Sudah sejak lama Rusia tidak bergantung kepada dollar, transaksi memakai Yuan, dan China menjadi grand design di baliknya. Ini sudah dilakukan aliansi Moskow-Beijing sejak barat menjatuhkan sanksi Rusia paska aneksasi illegal Krimea pada 2014.

Masalah pasokan gas Eropa dari Rusia.

• Potensi menjadi bumerang bagi Eropa
Ketergantungan Eropa akan pasokan gas dari Rusia menimbulkan kegamangan dalam menerapkan sanksi terhadap Rusia. Terlebih Jerman dan Rusia terlibat dalam pembanguanan pipa gas bawah laut.

• Butuh biaya besar mencari pengganti
pasokan dari Rusia.

• Distribusi terminal LNG tidak merata di 
Eropa.

• Qatar maupun negara lain tidak memiliki
kapasitas mengganti pasokan gas Rusia ke Eropa.
Sumber : Gold Money dan Pizaro Gozali wartawan (Anadolu Agency)