Sistem bimetalik adalah nama yang diberikan pada standard emas dimana biasanya emas maupun perak berfungsi sebagai mata uang negara dalam rasio yang ditentukan secara legal. Pembuatan uang koin perak dari berat tertentu akan dinyatakan mempunyai nilai yang sama dengan emas dari berat yang berbeda. Standard tersebut dikatakan beroperasi guna memungkinkan jumlah koin beredar yang memadai dalam bentuk yang sesuai pada keseluruhan perekonomian.
Keputusan penangguhan pembayaran emas atas klaim pada uang kertas pada tahun 1797 yang dijadikan dasar oleh Bank of England untuk tidak lagi wajib membayar setiap klaim atas setiap penerbitan uang kertasnya secara resmi dibatalkan pada tahun 1821. Pemberlakuan konversi uang kertas menjadi emas diberlakukan secara bertahap berdasarkan pada Liverpool Act yang diberlakukan pada tahun 1816, yang mendefinisikan satu sovereign sebagai 113 butir emas halus. Sovereign dikeluarkan mulai tahun 1817 dan secara bertahap mulai beredar. Bank Notes tetap tidak bisa dikonversi sampai dengan April 1817 ketika Bank of England menawarkan untuk menguangkan notes dibawah nilai 5 poundsterling dengan emas, khusus untuk notes yang dikeluarkan sebelum tahun 1816. Karena jumlah notes yang beredar hanya bernilai 1 juta Poundsterling, suatu jumlah permintaan untuk mengkonversi mata uang yang cukup. Pada bulan Oktober 1817, Bank of England menawarkan konversi untuk semua notes yang diterbitkan sebelum tahun 1817 .Pada tahun 1821, semua notes dinyatakan bisa ditukarkan dengan emas dan standard emas penuh menjadi kenyataan. Setelah itu peredaran uang telah mencakup uang kertas yang bisa dikonversi, sovereign emas dan koin perak subsider.
Pendekatan ekonomi Inggris yang memberikan dasar bagi stabilitas ekonomi ini kemudian ditiru oleh berbagai negara, baik di dalam koloni-koloni Inggris maupun pusat-pusat kekuasaan yang bersaing. Portugal mengadopsi standard emas tahun 1854, Kanada pada tahun 1867, Jerman pada tahun 1873, AS pada tahun 1879, Austria-Hongaria pada tahun 1892, dan Rusia serta Jepang pada tahun 1897. Akan tetapi, sebelum sampai kepada penyatuan standard emas yang baru, telah terdapat berbagai standard internasional yang memiliki dasar operasional berbeda. Sebagai contoh misalnya Jerman telah mengoperasikan standard perak, AS standard bimetalik emas dan perak, sedangkan Rusia mengoperasikan sistem mata uang kertas yang tidak bisa dikonversi .
Upaya-upaya untuk menggunakan standard logam berharga sebagai suatu dasar bagi stabilitas moneter seringkali gagal karena kecurangan yang dilakukan oleh negara di dalam menurunkan nilai mata uangnya. Penurunan dalam kandungan logam berharga dari unit mata uang yang ada. Penurunan dalam kandungan logam ini dicapai melalui pembuatan ulang koin tersebut. Di dalam pembuatan ulang tersebut, koin yang ada akan dinyatakan tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah dan ditarik ke percetakan uang untuk dilebur . Jadi bungkah logam yang ditarik itu selanjutnya akan digunakan untuk membuat koin baru, masing-masing koin mempunyai nilai nominal yang sama sebagaimana peredaran sebelumnya tetapi dengan lebih sedikit logam berharga per koin. Jumlah logam berharga yang tersisa dari pekerjaan tersebut akan menjadi milik negara, dan bisa dijadikan koin dan digunakan untuk mendanai pengeluaran baru. Hak tersebut merupakan contoh pertama dimana negara secara efektif menyita kekayaan dari warga negara guna meningkatkan pendapatan. Dalam konteks saat ini, praktek seperti itu merupakan upaya ekspansi dari penerbitan uang kertas negara melalui proses devaluasi uang beredar melalui mekanisme inflasi, namun perbedaannya bahwa upaya ekspansi tidak membutuhkan proses pencetakan uang.
Di awal abad pertengahan, penny perak merupakan satu-satunya nilai koin dalam peredaran uang yang umum dan berlaku di hampir semua wilayah di benua Eropa. Pada tahun 1257, Henry III berupaya memperkenalkan koin emas ke dalam peredaran tetapi gagal karena rasio bimetal dengan perak ditetapkan kira-kira 10, suatu rasio yang terlalu rendah dibandingkan hubungan dengan hubungan pasar bungkah perak yang ada. Pada tahun 1279 diperkenalkan kembali koin Edward I, setelah penny yang bundar dan fourthings (kemudian dikenal sebagai farthings). Nilai mata uang yang kecil ini sebelumnya pernah dibuat dengan memotong penny yang bundar menjadi separuhnya atau seperempatnya.
Sementara itu di Italia, pembuatan koin emas menjadi mode. Genoa mengeluarkan koin emas pada tahun 1252 yang diikuti oleh Florence dan Lucca. Venice mengandalkan pada koin Byzantium untuk beberapa waktu lamanya, namun selanjutnya mengeluarkan ducat emas yang kemudian diterima secara luas di seluruh mediterania timur. Ini merupakan suatu contoh upaya penggabungan mata uang tanpa mewajibkan bersatunya orientasi politik. Kenaikan permintaan terhadap emas akibat meningkatnya penerbitan koin emas selanjutnya meningkatkan harga emas di seluruh Italia. Rasio bimetalik antara emas dan perak di Venice naik dari kira-kira 1 : 10 menjadi di atas 1 : 14 pada akhir abad ke 13, yang mengakibatkan gagalnya upaya penerapan koin emas Henry III di Inggris. Sementara itu, adanya unit moneter yang diakui secara luas dan bisa diandalkan dan adanya akumulasi stok emas, membantu membangun supremasi masyarakat perbankan Italia.
Di Inggris, 'Great Debasement' yang mengakibatkan turunnya bobot penny hampir sampai sepertiga berat pada tahun 1542 sampai 1551 di Inggris. Namun yang lebih penting bahwa kandungan perak dari koin baru yang lebih ringan itu sendiri berkurang. Lebih parahnya lagi, hanya seperempat dari bobot koin baru yang terbuat dari perak, sisa yang tiga perempat terbuat dari tembaga. Mata uang koin pound emas juga mengalami penurunan dalam kandungan emasnya sebesar sepertiga dari berat semula. Akibat penurunan kadar ini (debasement), rasio tukar bimetalik akhirnya berubah dari satu unit emas untuk sekitar sebelas perak sampai menjadi suatu rasio satu koin emas menjadi lima perak. Henry VIII adalah pemimpin yang mewarisi (dari Henry VII) suatu bentuk mata uang yang kuat dan kemudian mewariskan kepada Edward VI suatu mata uang yang sudah berkurang kekuatannya dengan keputusan untuk meningkatkan seinorage (selisih nilai bahan baku dengan nilai nominal uang-melalui kebijakan enam recoinage). Di bawah Protector Somerset, debasement terus berlanjut melalui beberapa kali proses recoinage lagi. Apabila terjadi debasement, Hukum Gresham akan berlaku. 'Bad money would drive out good money'. koin-koin yang belum mengalami debasement akan hilang dari peredaran.
bersambung
Keputusan penangguhan pembayaran emas atas klaim pada uang kertas pada tahun 1797 yang dijadikan dasar oleh Bank of England untuk tidak lagi wajib membayar setiap klaim atas setiap penerbitan uang kertasnya secara resmi dibatalkan pada tahun 1821. Pemberlakuan konversi uang kertas menjadi emas diberlakukan secara bertahap berdasarkan pada Liverpool Act yang diberlakukan pada tahun 1816, yang mendefinisikan satu sovereign sebagai 113 butir emas halus. Sovereign dikeluarkan mulai tahun 1817 dan secara bertahap mulai beredar. Bank Notes tetap tidak bisa dikonversi sampai dengan April 1817 ketika Bank of England menawarkan untuk menguangkan notes dibawah nilai 5 poundsterling dengan emas, khusus untuk notes yang dikeluarkan sebelum tahun 1816. Karena jumlah notes yang beredar hanya bernilai 1 juta Poundsterling, suatu jumlah permintaan untuk mengkonversi mata uang yang cukup. Pada bulan Oktober 1817, Bank of England menawarkan konversi untuk semua notes yang diterbitkan sebelum tahun 1817 .Pada tahun 1821, semua notes dinyatakan bisa ditukarkan dengan emas dan standard emas penuh menjadi kenyataan. Setelah itu peredaran uang telah mencakup uang kertas yang bisa dikonversi, sovereign emas dan koin perak subsider.
Pendekatan ekonomi Inggris yang memberikan dasar bagi stabilitas ekonomi ini kemudian ditiru oleh berbagai negara, baik di dalam koloni-koloni Inggris maupun pusat-pusat kekuasaan yang bersaing. Portugal mengadopsi standard emas tahun 1854, Kanada pada tahun 1867, Jerman pada tahun 1873, AS pada tahun 1879, Austria-Hongaria pada tahun 1892, dan Rusia serta Jepang pada tahun 1897. Akan tetapi, sebelum sampai kepada penyatuan standard emas yang baru, telah terdapat berbagai standard internasional yang memiliki dasar operasional berbeda. Sebagai contoh misalnya Jerman telah mengoperasikan standard perak, AS standard bimetalik emas dan perak, sedangkan Rusia mengoperasikan sistem mata uang kertas yang tidak bisa dikonversi .
Upaya-upaya untuk menggunakan standard logam berharga sebagai suatu dasar bagi stabilitas moneter seringkali gagal karena kecurangan yang dilakukan oleh negara di dalam menurunkan nilai mata uangnya. Penurunan dalam kandungan logam berharga dari unit mata uang yang ada. Penurunan dalam kandungan logam ini dicapai melalui pembuatan ulang koin tersebut. Di dalam pembuatan ulang tersebut, koin yang ada akan dinyatakan tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah dan ditarik ke percetakan uang untuk dilebur . Jadi bungkah logam yang ditarik itu selanjutnya akan digunakan untuk membuat koin baru, masing-masing koin mempunyai nilai nominal yang sama sebagaimana peredaran sebelumnya tetapi dengan lebih sedikit logam berharga per koin. Jumlah logam berharga yang tersisa dari pekerjaan tersebut akan menjadi milik negara, dan bisa dijadikan koin dan digunakan untuk mendanai pengeluaran baru. Hak tersebut merupakan contoh pertama dimana negara secara efektif menyita kekayaan dari warga negara guna meningkatkan pendapatan. Dalam konteks saat ini, praktek seperti itu merupakan upaya ekspansi dari penerbitan uang kertas negara melalui proses devaluasi uang beredar melalui mekanisme inflasi, namun perbedaannya bahwa upaya ekspansi tidak membutuhkan proses pencetakan uang.
Di awal abad pertengahan, penny perak merupakan satu-satunya nilai koin dalam peredaran uang yang umum dan berlaku di hampir semua wilayah di benua Eropa. Pada tahun 1257, Henry III berupaya memperkenalkan koin emas ke dalam peredaran tetapi gagal karena rasio bimetal dengan perak ditetapkan kira-kira 10, suatu rasio yang terlalu rendah dibandingkan hubungan dengan hubungan pasar bungkah perak yang ada. Pada tahun 1279 diperkenalkan kembali koin Edward I, setelah penny yang bundar dan fourthings (kemudian dikenal sebagai farthings). Nilai mata uang yang kecil ini sebelumnya pernah dibuat dengan memotong penny yang bundar menjadi separuhnya atau seperempatnya.
Sementara itu di Italia, pembuatan koin emas menjadi mode. Genoa mengeluarkan koin emas pada tahun 1252 yang diikuti oleh Florence dan Lucca. Venice mengandalkan pada koin Byzantium untuk beberapa waktu lamanya, namun selanjutnya mengeluarkan ducat emas yang kemudian diterima secara luas di seluruh mediterania timur. Ini merupakan suatu contoh upaya penggabungan mata uang tanpa mewajibkan bersatunya orientasi politik. Kenaikan permintaan terhadap emas akibat meningkatnya penerbitan koin emas selanjutnya meningkatkan harga emas di seluruh Italia. Rasio bimetalik antara emas dan perak di Venice naik dari kira-kira 1 : 10 menjadi di atas 1 : 14 pada akhir abad ke 13, yang mengakibatkan gagalnya upaya penerapan koin emas Henry III di Inggris. Sementara itu, adanya unit moneter yang diakui secara luas dan bisa diandalkan dan adanya akumulasi stok emas, membantu membangun supremasi masyarakat perbankan Italia.
Di Inggris, 'Great Debasement' yang mengakibatkan turunnya bobot penny hampir sampai sepertiga berat pada tahun 1542 sampai 1551 di Inggris. Namun yang lebih penting bahwa kandungan perak dari koin baru yang lebih ringan itu sendiri berkurang. Lebih parahnya lagi, hanya seperempat dari bobot koin baru yang terbuat dari perak, sisa yang tiga perempat terbuat dari tembaga. Mata uang koin pound emas juga mengalami penurunan dalam kandungan emasnya sebesar sepertiga dari berat semula. Akibat penurunan kadar ini (debasement), rasio tukar bimetalik akhirnya berubah dari satu unit emas untuk sekitar sebelas perak sampai menjadi suatu rasio satu koin emas menjadi lima perak. Henry VIII adalah pemimpin yang mewarisi (dari Henry VII) suatu bentuk mata uang yang kuat dan kemudian mewariskan kepada Edward VI suatu mata uang yang sudah berkurang kekuatannya dengan keputusan untuk meningkatkan seinorage (selisih nilai bahan baku dengan nilai nominal uang-melalui kebijakan enam recoinage). Di bawah Protector Somerset, debasement terus berlanjut melalui beberapa kali proses recoinage lagi. Apabila terjadi debasement, Hukum Gresham akan berlaku. 'Bad money would drive out good money'. koin-koin yang belum mengalami debasement akan hilang dari peredaran.
bersambung
No comments:
Post a Comment