Pasar ternyata mempunyai efek yang sangat luas, tidak hanya dari sisi bisnis, namun juga politik, hukum, peradaban, hingga imperium. Pasar dalam sejarah Islam di Indonesia atau bahkan sejarah Indonesia itu sendiri memiliki faktor pengaruh yang signifikan. Pasar menjadi ajang pertarungan yang luar biasa antara penjajah dan pribumi dalam hal ini Ulama, Santri, dan Wiraniaga Muslim (baik Arab maupun Pribumi). Kenapa?
Ahmad Mansyur Suryanegara dalam bukunya API Sejarah, menggambarkan bahwa upaya Penjajah dalam mempertahankan penjajahannya di Nusantara dengan cara mematahkan potensi pasar yang dikuasai umat Islam. Penjajah berusaha mematikan kesadaran muslim untuk berniaga dengan cara mematahkan kemampuan muslim untuk menguasai pasar baik jalur laut maupun pasar daratan. Sehingga berefek pada hilangya kemauan muslim untuk berdagang berganti hanya menjadi pegawai saja. Penjajah ingin menghilangkan penguasaan pasar oleh kaum muslimin sebab pasar menjadi ajang dakwah yang sangat efektif dalam menyebarkan Islam oleh wirausahawan arab muslim maupun pribumi muslim. Tidak berhenti sampai disitu dari penguasaan pasar merembet ke dalam penguasaan politik Islam. Maka terbentuklah 40 kesultanan Islam di seluruh nusantara yang menjadi batu sandungan amat keras bagi penjajah dalam menaklukan seluruh nusantara.
Maka untuk mematahkan pasar umat Islam, penjajah menggunakan kendaraan organisasi dagang untuk memuluskan hajat mereka yaitu : Verenidge Oost Indische Companie -VOC, dari kerajaan Protestan Belanda, East Indian Company-EIC dari kerajaan Protestan Anglikan Inggris, dan Compagnie des Indes Orierntales - CIO dari Kerajaan Katolik Perancis. Ketiga organisasi ini datang silih berganti menaklukkan nusantara.
Maka selama pasar ini masih dalam genggaman kapitalis maka merekalah yang menyetir peradaban berupa gaya hidup, budaya, busana, makanan yang juga sebagai sarana propaganda barat. Maka bagi muslim penguasaan pasar adalah mutlak sebagai jalan terbentuknya pasar dan ekonomi yang adil baik bagi muslim maupun di luar muslim. Sebab salah satu karakteristik ekonomi Islam adalah al a'adlu atau keadilan
bersambung
Ahmad Mansyur Suryanegara dalam bukunya API Sejarah, menggambarkan bahwa upaya Penjajah dalam mempertahankan penjajahannya di Nusantara dengan cara mematahkan potensi pasar yang dikuasai umat Islam. Penjajah berusaha mematikan kesadaran muslim untuk berniaga dengan cara mematahkan kemampuan muslim untuk menguasai pasar baik jalur laut maupun pasar daratan. Sehingga berefek pada hilangya kemauan muslim untuk berdagang berganti hanya menjadi pegawai saja. Penjajah ingin menghilangkan penguasaan pasar oleh kaum muslimin sebab pasar menjadi ajang dakwah yang sangat efektif dalam menyebarkan Islam oleh wirausahawan arab muslim maupun pribumi muslim. Tidak berhenti sampai disitu dari penguasaan pasar merembet ke dalam penguasaan politik Islam. Maka terbentuklah 40 kesultanan Islam di seluruh nusantara yang menjadi batu sandungan amat keras bagi penjajah dalam menaklukan seluruh nusantara.
Maka untuk mematahkan pasar umat Islam, penjajah menggunakan kendaraan organisasi dagang untuk memuluskan hajat mereka yaitu : Verenidge Oost Indische Companie -VOC, dari kerajaan Protestan Belanda, East Indian Company-EIC dari kerajaan Protestan Anglikan Inggris, dan Compagnie des Indes Orierntales - CIO dari Kerajaan Katolik Perancis. Ketiga organisasi ini datang silih berganti menaklukkan nusantara.
Maka selama pasar ini masih dalam genggaman kapitalis maka merekalah yang menyetir peradaban berupa gaya hidup, budaya, busana, makanan yang juga sebagai sarana propaganda barat. Maka bagi muslim penguasaan pasar adalah mutlak sebagai jalan terbentuknya pasar dan ekonomi yang adil baik bagi muslim maupun di luar muslim. Sebab salah satu karakteristik ekonomi Islam adalah al a'adlu atau keadilan
bersambung
No comments:
Post a Comment