www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, March 26, 2021

The Power of Habbit (2)

Ketika An Evolutionary Theory of Economic Change diterbitkan pertama kali pada 1982, sangat sedikit orang di luar kalangan akademis yang memperhatikannya.Sampul halaman buku itu, juga kalimat pertamanya yang bombastis-"Dalam buku ini kami mengembangkan suatu teori evolusi mengenai kemampuan dan prilaku firma bisnis yang bekerja dalam lingkungan pasar, dan mengkonstruksi serta menganalisis sejumlah model yang sesuai dengan teori itu"-seolah - seolah dirancang untuk mengusir pembaca. Para pengarang buku itu dua orang profesor dari Yale University Richard Nelson dan Sidney Winter, paling terkenal karena serangkaian makalah analisis mendalam terhadap teori Schumpeter yang tidak bisa dipahami sebagian besar kandidat Ph.D.

Tapi di dunia strategi bisnis dan teori organisasional, buku itu sungguh membuat gempar. Para profesor ekonomi mulai membicarakan tentang buku itu dengan kolega-kolega mereka di sekolah bisnis, yang mulai membicarakannya dengan para CEO di berbagai konferensi, dan dengan segera eksekutif-eksekutif mengutip Nelson dan Winter di berbagai perusahaan , mulai dari General Electric, Pfizer, sampai Starwood Hotels.

Nelson dan Winter telah menghabiskan satu dasawarsa lebih mengkaji bagaimana perusahaan-perusahaan bekerja, perlahan menelusuri lautan data sebelum tiba pada kesimpulan inti mereka : "Banyak perilaku perusahaan, paling baik dipahami sebagai cerminan kebiasaan-kebiasaan umum dan orientasi-orientasi strategis yang berasal dari masa lalu perusahaan, bukan hasil survei terpencil di pohon keputusan."

Kebiasaan-kebiasaan organisasional atau rutinitas seperti sebutan Nelson dan Winter-sangatlah penting, sebab tanpa kebiasaan, sebagian besar perusahaan tak akan bisa menyelesaikan apa-apa . Rutinitas menyediakan ratusan aturan tak tertulis yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi. Rutinitas memberikan semacan "ingatan organisasional", sehingga para manajer tidak harus memperbaharui proses penjualan setiap enam bulan atau panik setiap kali ada wakil presiden yang berhenti. Rutinitas mengurangi ketidakpastian-satu penelitian mengenai upaya pemulihan setelah gempa bumi di Meksiko dan Los Angeles, misalnya, mendapati bahwa kebiasaan para pekerja penanganan bencana mutkak penting, " karena tanpa mereka, perumusan dan penerapan kebijakan akan tersesat dalam rimba raya."

Namun salah satu manfaat rutinitas adalah bahwa rutinitas menciptakan "gencatan senjata" antara kelompok-kelompok atau individu-individu  yang berpotensi berperang dalam satu organisasi.

Kebanyakan ahli ekonomi terbiasa memperlakukan perusahaan sebagai tempat yang damai dimana setiap orang berkhidmat untuk tujuan bersama : mendapat uang dari perusahaan. Nelson dan Winter menyatakan bukan itu yang terjadi dalam dunia nyata. Perusahaan bukanlah keluarga besar yang bahagia dimana setiap orang bercengkrama dengan ramah. Sebagian besar tempat kerja justru terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil dimana para eksekutif bersaing demi kekuasaan dan pengakuan, seringkali dalam perselisihan-perselisihan terselubung yang menjadikan kinerja mereka sendiri tampak unggul, sementara para pesaing mereka tampak lebih buruk. Divisi-divisi bersaing demi sumber daya dan saling sabotase demi mencuri kejayaan. Para bos mengadu-domba para bawahan agar tidak ada yang merebut kekuasaan.

Perusahaan bukan keluarga. Perusahaan adalah medan pertempuran dalam perang saudara.

Terlepas dari kapasitas perang internal itu, sebagian besar perusahaan berjalan secara relatif damai, tahun demi tahun, karena memiliki rutinitas-kebiasaan-yang menghasilkan gencatan senjata yang memungkinkan setiap orang menyisihkan persaingan mereka  untuk waktu cukup lama agar pekerjaan bisa selesai.

Rutinitas dan gencatan senjata menawarkan sejenis keadilan organisasional kasar, sehingga konflik di dalam perusahaan "mengikuti jalur yang sebagian besar tetap berada dalan batas-batas yang konsisten dengan rutinitas yang sedang berlangsung. Nyaris sepanjang waktu, rutinitas dan gencatan senjata bekerja secara sempurna. Tentu saja ada persaingan, namun berkat kebiasaan-kebiasaan institusional, persaingan dijaga agar tak melebihi batas dan bisnis pun berkembang.

Sumber : The Power of Habbit, Charles Duhigg

No comments: