www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, August 3, 2021

Perang Dagang antara Kapitalis Barat dan Timur

Ada pergeseran signifikan dalam bulan-bulan terakhir dalam geopolitik global, terutama bagi AS hal ini bisa dilihat dari penarikan tentara di Afghanistan, begitu pula perang diplomasi AS terhadap Iran yang terus menurun, demikian pula susutnya kehadiran tentara AS di Irak 

AS saat ini melihat bandul keuntungan kerjasama strategis beralih ke Cina-Rusia, sehingga berusaha melonggarkan dukungannya terhadap kawasan Asia. Di kala produksi berbasis ekonomi meningkat di Cina, ekonomi AS tetap melemah di tengah tingginya angka inflasi.

Perang Dagang Jilid 2

Perang dagang terus berlanjut antara AS dan Cina. Selama pandemi kenaikan total  tabungan penduduk tidak terjadi di Amerika, yang terjadi adalah naiknya defisit anggaran pemerintah , yang tercermin dalam kenaikan defisit neraca perdagangan (total impor lebih besar dari ekspor). Persentase terbesar tentu dengan Cina.

Sebaliknya ekspor netto Cina meningkat, yang  pada tahun 2020 berkontribusi 28% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita (GDP) Cina, merupakan yang tertinggi sejak tahun 2000. Hal ini terjadi pada paruh kedua tahun 2000 dan berlanjut hingga tahun ini. Ini terjadi ketika Amerika dan negara-negara lain melonggarkan pembatasan covid 19, sehingga menaikkan konsumsi. Artinya kenaikan konsumsi ini mendongkrak impor negara-negara tsb dari Cina. Ditambah lagi dengan nilai Dollar yang tinggi saat ini menambah keuntungan ekspor Cina ke Amerika. Oleh karenanya pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk menurunkan nilai Dollar, agar mengurangi keuntungan Cina dalam surplus neraca perdagangannya dengan AS. Namun hal ini tentu tidak populer bagi investor global karena total US$ 31 triliun yang diinvestasikan dalam bentuk aset finansial dan Dollar yang dipegang tunai.

Saat ini Cina sedang mengurangi ketergantungan  ekonomi dari AS dan sekutu-sekutunya.

Pada tahun 2015 Qiao Liang seorang Mayor Jendral di Angkatan Bersenjata Cina (PLA) dan analis geopolitik, memberi pidato di komite sentral Partai Komunis Cina (CCP).Dalam pidatonya Qiao menjelaskan bahwa ia telah mempelajari teori keuangan dan menemukan bahwa AS menjadikan Dollar sebagai mata uang global dalam rangka memelihara hegemoni mereka di dunia. Dia memberi kesimpulan bahwa AS akan melakukan apa saja termasuk perang untuk menjaga dominasi Dollar dalam perdagangan dunia.

Qiao memberi gambaran bagaimana Amerika Serikat memompa mata uang 
Amerika Latin, sebelum kemudian menjatuhkannya pada tahun 1970-an. Trik yang sama juga diterapkan di Asia Tenggara pada tahun 1990-an , tujuannya untuk menghancurkan mata uang negara menjadi amat murah terhadap Dollar, kemudian perusahaan-perusahaan Amerika akan memborong set-aset nasional negara tsb.

Kesimpulan dari perang dagang antara AS dan Cina adalah Amerika tidak mampu lagi untuk mempetahankan hegemoni Dollar sebagai mata uang utama dunia terhadap Cina. Tidak hanya kerena Cina dapat meredam strategi Amerika, namum karena ketidakstabilan ekonomi Amerika. Ekonomi AS saat in berada dalam kondisi bubble atau gelembung yang dapat pecah sewaktu-waktu.

Jatuhnya nilai aset finansial akan menghancurkan ekonomi Amerika. Satu-satunya senjata AS untuk mengatasinya adalah dengan ekspansi moneter, yaitu dengan membeli aset-aset tsb, yang ujung-ujungnya adalah kejatuhan nilai Dollar itu sendiri.

Strategi Masa Depan Cina

Salah satu implementasi dari strategi Cina adalah mengurangi ketidakseimbangan neraca perdagangan dengan  negara-negara non-asia dengan cara mendorong ekspansi kelas menengah mereka. 

Cina melihat masa depan mereka ada pada hubungan dagang dengan negara-negara Asia dimana pengaruh Amerika terhadap negara-negara tsb mulai berkurang. Hubungan Cina dengan negara-negara Eropa dan Amerika hanya sekadar mengamankan suplay komoditas dam bahan baku semata. Saat ini Inggris telah keluar dari Uni Eropa, dan pengaruh AS terhadap benua tsb pun telah memudar. Pada dekade mendatang perdagangan antara Uni Eropa dan Rusia akan semakin meningkat, dengan Jerman sebagai negara produktif Eropa yang sebagai penggerak utama bersama negara-negara Eropa lainnya.

Minat Amerika Serikat terhadap Ukraina dan kawasan Timur Tengah pun mulai menurun, karena AS telah berhitung bahwa dukungan Eropa terhadapnya di masa depan akan berakhir. Lebih jauh kebijakan sosial-demokrat negara-negara barat tidak lagi tertarik kepada negara-negara Asia, termasuk Cina.
 
Amerika juga memberi sinyal bahwa mereka mengalami kekalahan dalam  perang finansial melawan Cina. Buktinya adalah penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan menurunnya ancaman terhadap Iran, serta lampu hijau dari AS terhadap Cina untuk rekonstruksi di Suriah dan Lebanon, begitu pula di Irak.


Peran Emas bagi Cina dalam Geostrategi

Antara tahun 1983 hingga 2002 sebelum rakyat Cina diizinkan untuk memiliki emas dan sebelum Bursa Emas Shanghai dibuka, estimasi cadangan emas Cina sekitar 20.000 ton (namun tidak diumumkan secara resmi). Sejak itu Cina aktif berinvestasi di perusahaan produksi tambang dan sempat menjadi negara produsen emas terbesar di dunia.

Keinginan besar Cina untuk menjual cadangan Dollarnya dengan emas adalah sinyal lunturnya kepercayaan mereka terhadap Dollar. 

Mesti diingat bahwa pada era 1980-an negara-negara eksportir melakukan diversifikasi penghasilan dari perdagangan luar negerinya sejumlah 10-15% dalam bentuk emas. Jerman melakukan hal serupa bertahun-tahun setelah perang dunia, demikian pula sebagian negara-negara Arab dengan penghasilan minyaknya.

Cadangan emas Cina juga merupakan strategi rahasia mereka. Apabila perang dagang antara AS-Cina meningkat menjadi perang militer, maka deklarasi Cina mengenai jumlah cadangan emas mereka yang sesugguhnya akan menjadi torpedo bagi Dollar yang membuat AS kesulitan membiayai perang. Rakyat Cina sendiri diperkirakan mempunyai total simpanan emas sebesar 17.000 ton.

Apabila Dollar AS mengalami krisis yang parah, sebagai mata uang utama  dunia, maka hal ini akan menjadi masalah rumit bagi seluruh mata uang dunia, termasuk mata uang Cina Yuan, nilai emas akan melonjak signifikan dan Cina akan mendapat keuntungan dengan cadangan emasnya.

Sumber :.goldmoney.com Alasdair Mcleod



No comments: