www.gata.com
Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS
 
Monday, October 20, 2025
New Gold Rush di Ghana
Friday, October 10, 2025
Rekor harga Emas tembus US$ 4.000: Harga Emas Diramal Makin Liar, Apakah akan mencapai US$5.000?
Harga emas menyentuh level psikologis baru di US$ 4.000 pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Harga emas pun makin tidak terbendung.
Harga emas sudah mencetak rekor selama empat hari beruntun dan menguat 4,7% pada periode tersebut.
Pada perdagangan hari ini Kamis (9/10/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,57% di posisi US$4.014,99 per troy ons.
Harga emas melonjak melewati level US$4.000 per troy ons untuk pertama kalinya pada perdagangan Rabu seiring ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang meluas, serta ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mendorong investor beralih ke aset safe haven.
Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai penyimpan nilai di masa ketidakstabilan, telah naik 54% sepanjang tahun ini, setelah naik 27% pada tahun 2024. Emas merupakan salah satu aset dengan kinerja terbaik di tahun 2025, melampaui kenaikan di pasar ekuitas global dan bitcoin serta kerugian dolar AS dan minyak mentah.
Harga emas menyentuh level psikologis baru di US$ 4.000 pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Harga emas pun makin tidak terbendung.
Harga emas sudah mencetak rekor selama empat hari beruntun dan menguat 4,7% pada periode tersebut.
Pada perdagangan hari ini Kamis (9/10/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,57% di posisi US$4.014,99 per troy ons.
Harga emas melonjak melewati level US$4.000 per troy ons untuk pertama kalinya pada perdagangan Rabu seiring ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang meluas, serta ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mendorong investor beralih ke aset safe haven.
Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai penyimpan nilai di masa ketidakstabilan, telah naik 54% sepanjang tahun ini, setelah naik 27% pada tahun 2024. Emas merupakan salah satu aset dengan kinerja terbaik di tahun 2025, melampaui kenaikan di pasar ekuitas global dan bitcoin serta kerugian dolar AS dan minyak mentah.
Matthew Piggott, direktur emas dan perak di Metals Focus, menjelaskan harga emas memang sangat diuntungkan oleh banyak faktor.
"Kekuatan emas mencerminkan latar belakang makroekonomi dan geopolitik yang sangat positif bagi aset-aset safe haven, ditambah kekhawatiran terhadap aset-aset safe haven tradisional lainnya," ujar Piggott, direktur emas dan perak di Metals Focus, kepada Reuters.
"Dengan faktor-faktor ini yang berlanjut hingga 026, kami gagal melihat katalis apa pun bagi emas untuk kembali menguat secara signifikan saat ini. Namun, kami memperkirakan emas akan terus menguat sepanjang tahun dan mencoba menantang level US$5.000 per troy ons." imbuhnya.
Penutupan pemerintah AS memasuki hari kedelapan pada hari Rabu, menunda rilis data ekonomi utama dan memaksa investor untuk mengandalkan sumber non-pemerintah untuk menilai waktu dan ruang lingkup pemotongan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed mendatang, dengan penurunan serupa diperkirakan terjadi pada bulan Desember.
Krisis global, seperti konflik Timur Tengah dan perang di Ukraina, telah memicu permintaan emas batangan, sementara gejolak politik di Prancis dan Jepang mendorong pelarian ke emas.
Secara global, arus masuk ke ETF emas mencapai US$64 miliar tahun ini, menurut data dari World Gold Council, dengan rekor US$17,3 miliar pada bulan September saja.
Secara teknis, Relative Strength Index (RSI) emas berada di angka 88, menunjukkan logam tersebut sedang jenuh beli.
"Saya memperkirakan harga emas akan mencapai US$4.300 per ons dalam enam bulan ke depan, seiring dengan pelemahan dolar AS yang diperkirakan berlanjut. Secara keseluruhan, kondisi makroekonomi dan geopolitik saat ini mendukung kenaikan harga emas."," ujar Michael Langford, Chief Investment Officer Scorpion Minerals.
Pda perdagangan hari ini Kamis (9/10/2025) hingga pukul 06.36WIB, harga perak di pasar spot melemah 0,51% ke US$ 48,63 per troy ons.
Perak naik lebih dari 70% sepanjang tahun ini, diuntungkan oleh faktor-faktor yang sama yang mendorong reli emas serta ketatnya pasar spot.
"Pasar perak terus menguat, dengan kenaikan suku bunga sewa, seiring saham Comex mencapai rekor tertinggi dan di tengah menguatnya permintaan musiman di India. Reli baru-baru ini didukung oleh arus masuk ETP yang besar," ujar Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global di Standard Chartered Bank.
HSBC pada hari Rabu menaikkan proyeksi harga perak rata-rata untuk 2025 menjadi US$38,56 per troy ons dan untuk 2026 menjadi US$44,50 per troy ons, dengan alasan ekspektasi harga emas yang tinggi, permintaan investor yang kembali meningkat, dan antisipasi volatilitas perdagangan.
Fenomena 30 Tahun: Cadangan Emas Global Lampaui Surat Utang AS
Pembelian emas yang terus berlanjut dan meningkatnya risiko utang AS mendorong perubahan komposisi cadangan devisa ke arah aset-aset keras (hard assets).
Runtuhnya sistem Bretton Woods pada dekade 1970-an tidak serta merta menjatuhkan posisi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang dominan di dunia.
Lonjakan suku bunga dan kebangkitan petrodolar setelah peristiwa tersebut, mendorong para pengelola cadangan devisa untuk mengalihkan investasi mereka ke obligasi AS. Selain itu, kedalaman pasar dan likuiditas dolar AS semakin memperkuat posisi surat utang AS sebagai aset pilihan pada periode 2000-an.
Baca:
Rekor Bersejarah! Harga Emas Antam Logam Mulia Resmi Tembus Rp2,3 Juta
Namun, kondisi ini mulai goyah di tahun 2022, dimana bank-bank sentral di penjuru dunia mulai meningkatkan pembelian emas mereka. Pada saat itu, pembelian emas bahkan mencetak rekor tertinggi di angka 1.136 ton, dan terus menunjukkan tren positif di tahun-tahun berikutnya.
Eskalasi ketegangan geopolitik dan ketidakpastian turut mendorong permintaan terhadap aset safe haven, khususnya emas.
Untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir, cadangan emas bank-bank sentral dunia kini telah melampaui kepemilikan mereka atas obligasi Amerika Serikat.
Hampir seperlima dari seluruh emas dunia saat ini dipegang oleh bank sentral. Fenomena ini menunjukkan transformasi dari ketergantungan pada aset berdenominasi dolar AS menuju kepemilikan aset riil seperti emas.
Dominasi emas terhadap obligasi AS menandakan bahwa pengelola cadangan devisa saat ini lebih memprioritaskan daya tahan dan netralitas dibandingkan imbal hasil.
Selain itu, peningkatan porsi emas dalam cadangan devisa paling mencolok terjadi di negara-negara emerging market. Hal ini terjadi karena logam mulia tersebut dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan mata uang yang memiliki beban utang tinggi seperti dolar AS.
Sumber: CNBC.com
Warren Buffett Ubah Haluan ke Emas, Robert Kiyosaki Ingatkan Krisis Pasar
Ia menjelaskan bahwa nilai emas cenderung dipengaruhi sentimen, dengan permintaan dan harga melonjak saat ketidakpastian meningkat, lalu kembali turun setelah kepercayaan investor pulih. Meski skeptis terhadap logam mulia, Berkshire Hathaway sempat masuk ke sektor emas saat pandemi 2020. Namun, hampir seluruh kepemilikan tersebut dijual kembali di akhir tahun yang sama.
Ray Dalio Sebut Emas Lebih Aman daripada Dolar AS
Miliarder Ray Dalio menilai emas "tentu saja" lebih aman sebagai aset safe haven daripada dolar AS. Menurutnya, reli logam mulia yang memecahkan rekor saat ini mirip dengan periode 1970-an, saat harga emas melonjak di tengah inflasi tinggi dan ketidakstabilan ekonomi.
Pernyataan Dalio—pendiri perusahaan hedge fund Bridgewater Associates—disampaikan dalam konferensi pada Selasa (7/20/2025), saat ia ditanya apakah ia setuju dengan pandangan Ken Griffin dari Citadel bahwa kenaikan harga emas mencerminkan kekhawatiran terhadap mata uang AS.
"Emas adalah diversifikasi portofolio yang sangat baik," kata Dalio dalam diskusi panel dengan Lisa Abramowicz dari Bloomberg dalam Greenwich Economic Forum di Connecticut. "Jadi, jika Anda hanya melihat dari perspektif alokasi aset strategis, Anda mungkin memiliki campuran optimal sekitar 15% dari portofolio Anda dalam bentuk emas."
Penutupan (shutdown) pemerintah federal dan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan terus menurunkan suku bunga meski inflasi masih tinggi telah mendongkrak harga emas lebih dari 20% sejak akhir Juli menjadi sekitar US$4.000 per troy ons.
Sumber : Bloombergtecnoz.com
Thursday, July 10, 2025
Ghana Meluncurkan Gugus Tugas Anti Penyelundupan Emas
Tuesday, July 1, 2025
Harga Emas Dunia Naik menyusul Pelemahan Dollar
Harga emas dunia bangkit pada Senin (30/6/2025). Kenaikan itu didukung pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Sementara investor menanti rilis data tenaga kerja AS yang bisa memberi petunjuk arah kebijakan suku bunga The Fed.
Harga emas spot naik 0,8% ke level US$ 3.302 per troy ons, setelah sempat menyentuh level terendah sejak 29 Mei. Sedangkan kontrak berjangka emas AS juga ditutup naik 0,6% di level US$ 3.307,7.
Analis Zaner Metals Peter Grant menyebut, pelemahan dolar menjadi penopang utama harga emas. “Tapi secara teknikal, harga emas masih bergerak dalam kisaran yang terbentuk sejak pertengahan Mei,” katanya dikutip dari CNBC internasional.
Dolar AS melemah terhadap euro dan franc Swiss akibat kekhawatiran pasar atas membengkaknya defisit anggaran AS dan perkembangan negosiasi dagang dengan mitra utama. Pekan lalu, AS dan Cina menyelesaikan sengketa terkait ekspor mineral , membuka peluang perundingan lanjutan.
Sementara itu, Kanada membatalkan pajak layanan digital terhadap perusahaan teknologi AS guna memulihkan hubungan dagang.
Emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian dan lingkungan suku bunga rendah, tetap menjadi favorit investor.
Pasar kini menunggu data ketenagakerjaan ADP yang akan dirilis Rabu, serta klaim tunjangan pengangguran awal pada Kamis sebagai petunjuk potensi arah kebijakan The Fed.
Dalam risetnya, analis Citi memprediksi harga emas akan bergerak di kisaran US$ 3.100–3.500 pada kuartal III 2025. Mereka juga menilai bahwa level tertinggi emas pada akhir April lalu di US$ 3.500 kemungkinan menjadi puncaknya, seiring defisit pasar emas yang mulai memuncak.
Sementara itu, harga perak turun tipis 0,1% menjadi US$ 35,93 per ons troi. Platinum turun 0,3% ke US$ 1.334,70 dan palladium merosot 3,2% menjadi US$ 1.097,24. Namun, ketiga logam mulia ini masih membukukan kenaikan sepanjang kuartal ini.
Sumber : investor.id
Friday, June 27, 2025
Survey : Bank Sentral Ingin Mengurangi Cadangan Devisa dalam Dollar
Sunday, April 13, 2025
Jerman Tarik Emas Besar-Besaran 1.200 Ton dari New York, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman kemungkinan akan memulangkan sejumlah besar emas yang saat ini disimpannya di New York. Rencana ini mencuat di tengah kekhawatiran atas kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Isu ini dilaporkan oleh Telegraph pada Jumat (11/4/2025). Surat kabar yang berbasis di Inggris tersebut, mengutip laporan surat kabar Jerman Bild, mengatakan bahwa sejumlah tokoh senior dalam partai Persatuan Demokratik Kristen (CDU) telah membahas kemungkinan untuk menarik cadangan emasnya dari AS.
CDU sendiri dijadwalkan untuk memimpin pemerintahan Jerman berikutnya. Ini setelah kemenangannya dalam pemilihan umum pada Februari lalu.
"Tentu saja, pertanyaan itu muncul lagi," kata mantan menteri CDU Marco Wanderwitz kepada Bild.
Wanderwitz sebelumnya melobi untuk memeriksa sendiri cadangan emas New York pada tahun 2012, tetapi permintaannya ditolak. Ia telah menyerukan kebijakan yang akan memungkinkan pejabat Jerman untuk memeriksa emas secara berkala, atau mengembalikannya ke Jerman.
Markus Ferber, anggota Parlemen Eropa untuk CDU, mengatakan kepada Bild bahwa ia juga bersikeras agar pejabat Jerman diizinkan untuk memeriksa sendiri emas batangan negara itu yang berbasis di AS.
"Saya menuntut pemeriksaan rutin terhadap cadangan emas Jerman," katanya.
"Perwakilan resmi Bundesbank harus menghitung sendiri emas batangan dan mendokumentasikan hasilnya," ujarnya lagi.
Saat ini, Jerman masih memiliki sekitar 1.200 ton, atau sekitar sepertiga dari emasnya, yang disimpan di brankas Federal Reserve New York di Manhattan, ditambah 430 ton lainnya di Bank of England. Pada harga saat ini, emas yang dimiliki AS akan bernilai lebih dari 100 miliar euro.
Selain itu, Jerman juga memiliki cadangan emas terbesar kedua di dunia sekitar 3.350 ton. Ini hanya di belakang AS yang memiliki 8.100 ton.
Keinginan Jerman untuk mendapatkan emas telah terdokumentasi dengan baik karena sejarahnya yang bergejolak. Setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, brankas emas batangan negara itu pada dasarnya dikosongkan.
Namun, ledakan ekonomi pascaperang memberinya sarana keuangan untuk mulai menimbun logam kuning, yang dipermudah oleh sistem Bretton Woods. Pada tahun 1960-an, Jerman telah menjadi salah satu pemegang emas terbesar di dunia, dengan sebagian besar cadangannya disimpan di luar negeri- di New York, London, dan Paris- untuk memastikan aksesibilitas jika terjadi konflik.
Di balik keputusan untuk menyimpan emas itu di luar negeri adalah besarnya kepercayaan yang telah dibangunnya dengan sekutu-sekutu Baratnya, khususnya AS. Namun, di bawah iklim geopolitik saat ini, kepercayaan itu mungkin telah memudar di antara anggota partai penguasa Jerman berikutnya.
The New York Fed, sebagai kustodian emas terbesar di dunia, menyimpan sekitar 6.300 ton emas atas nama lebih dari 30 bank sentral asing. Selain Jerman, negara-negara Eropa terkemuka lainnya yang menyimpan emas mereka di New York Fed termasuk Italia dan Swiss.