www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, October 10, 2025

Rekor harga Emas tembus US$ 4.000: Harga Emas Diramal Makin Liar, Apakah akan mencapai US$5.000?

 Tak ada hentinya, harga emas terus menyentuh level-level baru dengan puncak tertinggi sepanjang masa. Harga emas berhasil menembus level di atas US$4.000 per troy ons, didorong oleh investor yang terus mencari aset yang aman seperti emas.
Pada perdagangan Rabu (8/10/2025), harga emas dunia naik 1,36% di level US$4.037,9 per troy ons. Posisi ini menjadi tertinggi sepanjang masa dan berhasil membuat emas mencapai level psikologis baru.
Harga emas menyentuh level psikologis baru di US$ 4.000 pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Harga emas pun makin tidak terbendung.

Harga emas sudah mencetak rekor selama empat hari beruntun dan menguat 4,7% pada periode tersebut.

Pada perdagangan hari ini Kamis (9/10/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,57% di posisi US$4.014,99 per troy ons.

Harga emas melonjak melewati level US$4.000 per troy ons untuk pertama kalinya pada perdagangan Rabu seiring ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang meluas, serta ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mendorong investor beralih ke aset safe haven.

Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai penyimpan nilai di masa ketidakstabilan, telah naik 54% sepanjang tahun ini, setelah naik 27% pada tahun 2024. Emas merupakan salah satu aset dengan kinerja terbaik di tahun 2025, melampaui kenaikan di pasar ekuitas global dan bitcoin serta kerugian dolar AS dan minyak mentah.

Tak ada hentinya, harga emas terus menyentuh level-level baru dengan puncak tertinggi sepanjang masa. Harga emas berhasil menembus level di atas US$4.000 per troy ons, didorong oleh investor yang terus mencari aset yang aman seperti emas.
Pada perdagangan Rabu (8/10/2025), harga emas dunia naik 1,36% di level US$4.037,9 per troy ons. Posisi ini menjadi tertinggi sepanjang masa dan berhasil membuat emas mencapai level psikologis baru.
Harga emas menyentuh level psikologis baru di US$ 4.000 pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Harga emas pun makin tidak terbendung.

Harga emas sudah mencetak rekor selama empat hari beruntun dan menguat 4,7% pada periode tersebut.

Pada perdagangan hari ini Kamis (9/10/2025) hingga pukul 06.28 WIB, harga emas dunia di pasar spot melemah 0,57% di posisi US$4.014,99 per troy ons.

Harga emas melonjak melewati level US$4.000 per troy ons untuk pertama kalinya pada perdagangan Rabu seiring ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang meluas, serta ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang mendorong investor beralih ke aset safe haven.

Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai penyimpan nilai di masa ketidakstabilan, telah naik 54% sepanjang tahun ini, setelah naik 27% pada tahun 2024. Emas merupakan salah satu aset dengan kinerja terbaik di tahun 2025, melampaui kenaikan di pasar ekuitas global dan bitcoin serta kerugian dolar AS dan minyak mentah.

Reli emas didorong oleh berbagai faktor, termasuk ekspektasi penurunan suku bunga AS, meningkatnya ketidakpastian politik dan ekonomi, pembelian yang kuat oleh bank sentral, arus masuk yang besar ke ETF yang didukung emas, dan melemahnya dolar. 

Matthew Piggott, direktur emas dan perak di Metals Focus, menjelaskan harga emas memang sangat diuntungkan oleh banyak faktor.

"Kekuatan emas mencerminkan latar belakang makroekonomi dan geopolitik yang sangat positif bagi aset-aset safe haven, ditambah kekhawatiran terhadap aset-aset safe haven tradisional lainnya," ujar  Piggott, direktur emas dan perak di Metals Focus, kepada Reuters.

"Dengan faktor-faktor ini yang berlanjut hingga 026, kami gagal melihat katalis apa pun bagi emas untuk kembali menguat secara signifikan saat ini. Namun, kami memperkirakan emas akan terus menguat sepanjang tahun dan mencoba menantang level US$5.000 per troy ons." imbuhnya.

Penutupan pemerintah AS memasuki hari kedelapan pada hari Rabu, menunda rilis data ekonomi utama dan memaksa investor untuk mengandalkan sumber non-pemerintah untuk menilai waktu dan ruang lingkup pemotongan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed mendatang, dengan penurunan serupa diperkirakan terjadi pada bulan Desember.

Krisis global, seperti konflik Timur Tengah dan perang di Ukraina, telah memicu permintaan emas batangan, sementara gejolak politik di Prancis dan Jepang mendorong pelarian ke emas.

Secara global, arus masuk ke ETF emas mencapai US$64 miliar tahun ini, menurut data dari World Gold Council, dengan rekor US$17,3 miliar pada bulan September saja.

Secara teknis, Relative Strength Index (RSI) emas berada di angka 88, menunjukkan logam tersebut sedang jenuh beli.

"Saya memperkirakan harga emas akan mencapai US$4.300 per ons dalam enam bulan ke depan, seiring dengan pelemahan dolar AS yang diperkirakan berlanjut. Secara keseluruhan, kondisi makroekonomi dan geopolitik saat ini mendukung kenaikan harga emas."," ujar Michael Langford, Chief Investment Officer Scorpion Minerals. 

Dari sisi lain, harga perak (XAG) di pasar spot pada penutupan perdagangan Rabu (8/10/2025), melesat 2,22% ke posisi US$ 48,88 per troy ons. Posisi penutupan ini adalah yang tetringgi sepanjang masa.
Pda perdagangan hari ini Kamis (9/10/2025) hingga pukul 06.36WIB, harga perak di pasar spot melemah 0,51% ke US$ 48,63 per troy ons.

Perak naik lebih dari 70% sepanjang tahun ini, diuntungkan oleh faktor-faktor yang sama yang mendorong reli emas serta ketatnya pasar spot.

"Pasar perak terus menguat, dengan kenaikan suku bunga sewa, seiring saham Comex mencapai rekor tertinggi dan di tengah menguatnya permintaan musiman di India. Reli baru-baru ini didukung oleh arus masuk ETP yang besar," ujar Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global di Standard Chartered Bank.

HSBC pada hari Rabu menaikkan proyeksi harga perak rata-rata untuk 2025 menjadi US$38,56 per troy ons dan untuk 2026 menjadi US$44,50 per troy ons, dengan alasan ekspektasi harga emas yang tinggi, permintaan investor yang kembali meningkat, dan antisipasi volatilitas perdagangan.

Sumber: CNBC.com







Fenomena 30 Tahun: Cadangan Emas Global Lampaui Surat Utang AS

Bank-bank sentral dunia kini lebih memilih untuk menumpuk emas dan meninggalkan surat utang Amerika Serikat (AS), instrument yang dulu dianggap "sakti".
Untuk pertama kalinya sejak 1996 atau 30 tahun, cadangan emas bank sentral asing melampaui kepemilikan mereka atas surat utang pemerintah AS (U.S. Treasury).
Pembelian emas yang terus berlanjut dan meningkatnya risiko utang AS mendorong perubahan komposisi cadangan devisa ke arah aset-aset keras (hard assets).

Runtuhnya sistem Bretton Woods pada dekade 1970-an tidak serta merta menjatuhkan posisi dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang dominan di dunia.

Lonjakan suku bunga dan kebangkitan petrodolar setelah peristiwa tersebut, mendorong para pengelola cadangan devisa untuk mengalihkan investasi mereka ke obligasi AS. Selain itu, kedalaman pasar dan likuiditas dolar AS semakin memperkuat posisi surat utang AS sebagai aset pilihan pada periode 2000-an.


Baca:
Rekor Bersejarah! Harga Emas Antam Logam Mulia Resmi Tembus Rp2,3 Juta
Namun, kondisi ini mulai goyah di tahun 2022, dimana bank-bank sentral di penjuru dunia mulai meningkatkan pembelian emas mereka. Pada saat itu, pembelian emas bahkan mencetak rekor tertinggi di angka 1.136 ton, dan terus menunjukkan tren positif di tahun-tahun berikutnya.

Eskalasi ketegangan geopolitik dan ketidakpastian turut mendorong permintaan terhadap aset safe haven, khususnya emas.

Untuk pertama kalinya dalam tiga dekade terakhir, cadangan emas bank-bank sentral dunia kini telah melampaui kepemilikan mereka atas obligasi Amerika Serikat.

Hampir seperlima dari seluruh emas dunia saat ini dipegang oleh bank sentral. Fenomena ini menunjukkan transformasi dari ketergantungan pada aset berdenominasi dolar AS menuju kepemilikan aset riil seperti emas.

Rentetan peristiwa ini yang kemudian berkontribusi atas melonjaknya harga emas dunia, yang sudah menyentuh US$4.000 per troy ons pada Rabu kemarin (8/10/2025).

Dominasi emas terhadap obligasi AS menandakan bahwa pengelola cadangan devisa saat ini lebih memprioritaskan daya tahan dan netralitas dibandingkan imbal hasil.

Selain itu, peningkatan porsi emas dalam cadangan devisa paling mencolok terjadi di negara-negara emerging market. Hal ini terjadi karena logam mulia tersebut dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan mata uang yang memiliki beban utang tinggi seperti dolar AS.

Sumber: CNBC.com




Warren Buffett Ubah Haluan ke Emas, Robert Kiyosaki Ingatkan Krisis Pasar

Pengamat keuangan Robert Kiyosaki mengungkapkan kekhawatiran atas perubahan sikap Warren Buffett yang kini mendukung investasi pada emas dan perak. Ia menilai langkah tersebut bisa menjadi pertanda akan terjadinya crash di pasar keuangan. Melalui unggahan di media sosial X, Rabu (1/10/2025).

Kiyosaki mengaku terkejut dengan minat baru Warren Buffett terhadap logam mulia.
CEO Berkshire Hathaway yang akan segera pensiun itu dikenal lama sebagai kritikus investasi emas dan perak sejak memimpin perusahaan pada 1970. Kiyosaki menafsirkan dukungan Buffett terhadap emas dan perak di tengah kenaikan harga dan meningkatnya risiko geopolitik sebagai tanda akan terjadinya gejolak besar di pasar saham dan obligasi.
Ekonom UI Ungkap Dampak Purbaya Pangkas Transfer ke Daerah Ketika ”September” Belum Tentu Ceria Artikel Kompas.id Baca juga: Robert Kiyosaki Sebut Kebijakan Trump Bikin Emas, Perak, dan Bitcoin Makin Berharga "SAYA INGIN MUNTAH: merasa mual mendengar Buffett memuji keutamaan emas dan perak... setelah ia selama bertahun-tahun meremehkan emas dan perak. Itu artinya pasar saham dan obligasi akan segera ambruk. Depresi ekonomi di depan mata?," tulis Robert Kiyosaki di media sosial X.  Dalam wawancara dengan CNBC pada 2011, Buffett pernah menyebut emas sebagai aset yang tumbuh karena kekhawatiran pasar, bukan karena fundamental.

Ia menjelaskan bahwa nilai emas cenderung dipengaruhi sentimen, dengan permintaan dan harga melonjak saat ketidakpastian meningkat, lalu kembali turun setelah kepercayaan investor pulih. Meski skeptis terhadap logam mulia, Berkshire Hathaway sempat masuk ke sektor emas saat pandemi 2020. Namun, hampir seluruh kepemilikan tersebut dijual kembali di akhir tahun yang sama.


Perubahan ini, ditambah kondisi ekonomi yang tidak stabil, membuat sejumlah pihak waspada terhadap potensi guncangan di pasar saham dan obligasi. Pandangan Kiyosaki sejalan dengan kekhawatiran tersebut. Ia menilai investor perlu bersiap menghadapi kemungkinan turbulensi pasar. Kenaikan harga emas yang didorong berbagai faktor itu juga memperlihatkan pentingnya bagi investor untuk tetap waspada dan melakukan diversifikasi portofolio demi mengurangi risiko.

Sumber: kompas.com

Ray Dalio Sebut Emas Lebih Aman daripada Dolar AS

Miliarder Ray Dalio menilai emas "tentu saja" lebih aman sebagai aset safe haven daripada dolar AS. Menurutnya, reli logam mulia yang memecahkan rekor saat ini mirip dengan periode 1970-an, saat harga emas melonjak di tengah inflasi tinggi dan ketidakstabilan ekonomi.

Pernyataan Dalio—pendiri perusahaan hedge fund Bridgewater Associates—disampaikan dalam konferensi pada Selasa (7/20/2025), saat ia ditanya apakah ia setuju dengan pandangan Ken Griffin dari Citadel bahwa kenaikan harga emas mencerminkan kekhawatiran terhadap mata uang AS.

"Emas adalah diversifikasi portofolio yang sangat baik," kata Dalio dalam diskusi panel dengan Lisa Abramowicz dari Bloomberg dalam Greenwich Economic Forum di Connecticut. "Jadi, jika Anda hanya melihat dari perspektif alokasi aset strategis, Anda mungkin memiliki campuran optimal sekitar 15% dari portofolio Anda dalam bentuk emas."

Penutupan (shutdown) pemerintah federal dan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan terus menurunkan suku bunga meski inflasi masih tinggi telah mendongkrak harga emas lebih dari 20% sejak akhir Juli menjadi sekitar US$4.000 per troy ons.

Sumber : Bloombergtecnoz.com