Berdasarkan sifatnya sendiri, debasement mengingkari konsep standard logam berharga yang ada sebelumnya dengan mendukung standard baru dengan kandungan yang lebih rendah . Para pengkritik mungkin menggunakan sejarah debasement dalam upaya untuk mengusulkan bahwa standard emas tidak dapat melindungi kepentingan pemegang uang dari kepentingan-kepentingan sesaat negara. Argumen tersebut tidak dapat dipertahankan apabila dilakukan analisis yang lebih dalam. Meskipun debasement dilakukan, dalam suatu negara modern yang mempunyai mata uang beredar yang hanya terdiri dari emas, orang bisa melebur koin lama mereka menjadi bungkah emas secara pribadi. Penjualan bungkah ini di pasar bebas secara otomatis akan mencapai nilai wajar dilihat dari segi koin baru, bagaimanapun koin tersebut sudah mengalami debasement. Bungkah emas itu sendiri akan menjadi jaminan akhir nilai tersebut bagi pemegangnya terhadap setiap upaya debasement.
Jika standard emas ingin diterapkan dengan tanpa mengedarkan mata uang yang secara eksklusif terbuat dari emas, adalah penting bahwa jumlah uang kertas yang masuk dalam peredaran harus sepenuhnya didukung oleh stok emas. Akan tetapi, jika penerbitan uang negara yang berlebihan dilarang oleh hukum standard emas, tampaknya hal yang sama harus pula berlaku bagi bank-bank komersial dalam hal kegiatan penciptaan uang. Untuk memberlakukan standard emas tanpa melarang fractional reserve banking (cadangan minimum 5% dari simpanan bank) adalah tidak ada gunanya, tetapi begitulah sejarah sebenarnya yang digambarkan oleh Chown dalam tulisannya :
' Penerbitan bank notes wilayah naik dari rata-rata 4 juta poundsterling pada tahun 1821-1823 menjadi 6 juta poundsterling pada tahun 1824 dan 8 juta poundsterling pada tahun 1825; suatu faktor pendorong penting yang berperan untuk meningkatkan periode boom ini. Peredaran uang yang meningkat ini pada dasarnya bisa dilakukan dalam bentuk emas........publik telah terbiasa menerima notes Bank of England dalam penukaran notes bank wilayah ....Bank-bank wilayah secara aktif membujuk agar tidak melakukan penukaran notes mereka dengan emas tetapi melalui petisi yang berhasil diusulkan kepada bank Bristol pada bulan Juni 1852 telah mengembalikan hak publik untuk menuntut penggantian dalam emas.'
Pemberlakuan Bank Charter Act pada tahun 1844 telah memulai proses membatalkan hak perusahaan-perusahaan swasta untuk mengeluarkan uang kertas yang diciptakan oleh mereka sendiri. Pemberlakuan Peel's Act ditujukan untuk memulihkan kegiatan dari para pemberi pinjaman uang yang diciptakan oleh mereka sendiri yang juga mendapatkan kritik dari Jefferson. Akan tetapi kita juga telah melihat bagaimana masyarakat perbankan telah memanfaatkan kelemahan yang ada pada Peel's Act setelah tahun 1844, yaitu kemungkinan untuk menggunakan sistem rekening dan cek sebagai ganti sistem emas dan tanda terima yang sebelumnya telah mendominasi. Chown merangkumkan bagaimana mekanisme fractional reserve banking dulu mengkompromikan tujuan standard emas,
'Standard emas Inggris tidak menjamin stabilitas jangka pendek dan juga tidak mencegah siklus perdagangan dan krisis keuangan. Semua ini berasal dari fluktuasi pada superstruktur kredit yang dibangun di atas dasar emas....'
Sisi lemah dari standard emas Inggris pertama kali terungkap pada kasus pembiayaan perang pada periode 1914-1918. Nilai tukar antara Dollar terhadap Sterling sebesar 4,86 (4,86 Dollar untuk satu Pound Sterling sebelum perang). Karena satu Pound didefinisikan sebagai 113 butir emas halus dan satu Dollar sebagai 23.22 butir, maka satu pound harus bisa ditukarkan menjadi 4.86 Dollar. Adanya perbedaan rasio penukaran di tempat yang lain akan memungkinkan terjadinya arbitrase.
Selama beberapa dekade sebelum perang, pengeluaran pemerintah di Inggris telah berfluktuasi di antara 10% dan 20% dari GDP. Tekanan untuk membiayai pengeluaran ini melalui ekspasni utang pemerintah dan uang negara terbukti tidak dapat dihindarkan oleh pihak otoritas moneter. Sehingga meskipun hanya terdapat 34 juta poundsterling uang kertas pada tahun 1914, menjelang tahun 1918 uang kertas beredar mencapai total 299 juta pound.Pada saat yang sama, sovereign emas menghilang dengan cepat dari peredaran selama periode 1914-1918. Sovereign emas dalam peredaran berjumlah 166 juta pound ketika pecah perang, tetapi menjelang akhir perang jumlah tersebut berkurang sampai hanya sekitar 84 juta pound.
bersambung
Jika standard emas ingin diterapkan dengan tanpa mengedarkan mata uang yang secara eksklusif terbuat dari emas, adalah penting bahwa jumlah uang kertas yang masuk dalam peredaran harus sepenuhnya didukung oleh stok emas. Akan tetapi, jika penerbitan uang negara yang berlebihan dilarang oleh hukum standard emas, tampaknya hal yang sama harus pula berlaku bagi bank-bank komersial dalam hal kegiatan penciptaan uang. Untuk memberlakukan standard emas tanpa melarang fractional reserve banking (cadangan minimum 5% dari simpanan bank) adalah tidak ada gunanya, tetapi begitulah sejarah sebenarnya yang digambarkan oleh Chown dalam tulisannya :
' Penerbitan bank notes wilayah naik dari rata-rata 4 juta poundsterling pada tahun 1821-1823 menjadi 6 juta poundsterling pada tahun 1824 dan 8 juta poundsterling pada tahun 1825; suatu faktor pendorong penting yang berperan untuk meningkatkan periode boom ini. Peredaran uang yang meningkat ini pada dasarnya bisa dilakukan dalam bentuk emas........publik telah terbiasa menerima notes Bank of England dalam penukaran notes bank wilayah ....Bank-bank wilayah secara aktif membujuk agar tidak melakukan penukaran notes mereka dengan emas tetapi melalui petisi yang berhasil diusulkan kepada bank Bristol pada bulan Juni 1852 telah mengembalikan hak publik untuk menuntut penggantian dalam emas.'
Pemberlakuan Bank Charter Act pada tahun 1844 telah memulai proses membatalkan hak perusahaan-perusahaan swasta untuk mengeluarkan uang kertas yang diciptakan oleh mereka sendiri. Pemberlakuan Peel's Act ditujukan untuk memulihkan kegiatan dari para pemberi pinjaman uang yang diciptakan oleh mereka sendiri yang juga mendapatkan kritik dari Jefferson. Akan tetapi kita juga telah melihat bagaimana masyarakat perbankan telah memanfaatkan kelemahan yang ada pada Peel's Act setelah tahun 1844, yaitu kemungkinan untuk menggunakan sistem rekening dan cek sebagai ganti sistem emas dan tanda terima yang sebelumnya telah mendominasi. Chown merangkumkan bagaimana mekanisme fractional reserve banking dulu mengkompromikan tujuan standard emas,
'Standard emas Inggris tidak menjamin stabilitas jangka pendek dan juga tidak mencegah siklus perdagangan dan krisis keuangan. Semua ini berasal dari fluktuasi pada superstruktur kredit yang dibangun di atas dasar emas....'
Sisi lemah dari standard emas Inggris pertama kali terungkap pada kasus pembiayaan perang pada periode 1914-1918. Nilai tukar antara Dollar terhadap Sterling sebesar 4,86 (4,86 Dollar untuk satu Pound Sterling sebelum perang). Karena satu Pound didefinisikan sebagai 113 butir emas halus dan satu Dollar sebagai 23.22 butir, maka satu pound harus bisa ditukarkan menjadi 4.86 Dollar. Adanya perbedaan rasio penukaran di tempat yang lain akan memungkinkan terjadinya arbitrase.
Selama beberapa dekade sebelum perang, pengeluaran pemerintah di Inggris telah berfluktuasi di antara 10% dan 20% dari GDP. Tekanan untuk membiayai pengeluaran ini melalui ekspasni utang pemerintah dan uang negara terbukti tidak dapat dihindarkan oleh pihak otoritas moneter. Sehingga meskipun hanya terdapat 34 juta poundsterling uang kertas pada tahun 1914, menjelang tahun 1918 uang kertas beredar mencapai total 299 juta pound.Pada saat yang sama, sovereign emas menghilang dengan cepat dari peredaran selama periode 1914-1918. Sovereign emas dalam peredaran berjumlah 166 juta pound ketika pecah perang, tetapi menjelang akhir perang jumlah tersebut berkurang sampai hanya sekitar 84 juta pound.
bersambung
1 comment:
Dinar tidak saja sebagai alat tukar yang sangat stabil tetapi bisa jadi alat bisnis yang handal jika dipadukan dengan sistem ijaroh dari Bank Syari'ah, caranya bisa dilihat di:
http://www.kebunemas.com/?id=virginnatural
Post a Comment