Sejumlah dosen Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (21/3), menduga kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) disebabkan adanya tekanan asing pada pemerintahan SBY. Penekanan ini bertujuan agar asing menguasai sektor pertambangan di Indonesia dari hulu hingga hilir.
Para dosen yang tergabung dalam pusat studi energi dan Mubyarto Institue menilai kebijakan pemerintah tidaklah cerdas. Mereka memandang itu hanya akan menyengsarakan rakyat. Seharusnya, menurut mereka, mengatasi krisis energi pemerintah dapat menghemat subsidi dengan mengambil langkah lebih bijak seperti penghematan energi, pemanfaatan energi terbarukan, dan sebagainya.
Dari penelitian yang dilakukan, pihak asing menginginkan harga BBM mencapai tingkat keekonomian agar SPBU-SPBU mereka yang sepi pembeli dapat bersaing dengan SPBU lokal.
Selain itu, para dosen menilai pengguliran bantuan langsung tunai sebesar Rp 150 ribu per bulan, tidaklah sesuai. Seharusnya, menurut mereka, bantuan berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 250 ribu per bulan. Ini mengingat kenaikan harga BBM akan memicu naiknya harga kebutuhan pokok hingga 23.2 persen. Karenanya, bantuan Rp 150 ribu hanya akan mengejar daya beli masyarakat sebesar 12,38 persen, jauh di bawah kenaikan harga kebutuhan.(Novi/Lip)
2 comments:
kalo begitu; ada udang di balik batu atas isu kenaikan BBM
bisa udang, bisa yang lainnya...
Post a Comment