Freeport adalah sebuah ironi. Perusahaan yang telah mengeksporasi dua tambang Eastberg dan Grasberg. Dengan kandungan mineral terbesar di dunia, terdiri dari Tembaga, Emas, dan Perak. Perusahaan tambang besar di tengah penduduk yang miskin. Mining Internasional, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia. Namun tidak sebanding dengan sumbangannya terhadap negeri ini.
Dari gambar di samping adalah data cadangan mineral baik yang terbukti maupun yang masih terindikasi yang dimiliki freeport per 31 Desember 2005.
Total cadangan Tembaga 56,6 miliar pon,
Emas 58 juta ons, dan Perak 180,8 juta ons. Dari jumlah sebesar itu pemerintah Indonesia hanya mendapat Tembaga 16,3 miliar pon, Emas 14, 1 juta ons, Perak 53,8 juta ons.
Lebih menyedihkan lagi adalah proporsi penghasilan yang diterima negeri ini dari Pajak dan Royalti. Total pajak yang diterima pemerintah RI sejak periode 2004-2008 adalah hanya US$3.935,4 dan Royalti pada periode yang sama lagi-lagi hanya US$ 475,7. Sedangkan pendapatan Freeport pada kurun waktu yang sama sebesar US$17.893 juta atau US$17,893 miliar. Fantastis bukan???. Tetapi jangan heran. Kita memang sedang berada di DUnia FANtasi (DUFAN) bernama Indonesia, negeri gemah ripah loh jinawi ini.
Ketidak adilan ini kian lengkap kalau kita lihat Kontrak Karya I (1967-1997) dan Kontak Karya II (1991-2021 diperpanjang hingga 2041) yang masih sangat timpang proporsi RI dalam kepemilikannya. Eksplorasi yang sudah berjalan 43 tahun, apakah negeri ini masih belum bisa untuk menanganinya sendiri. Atau memang sengaja kita masuk dalam pembagian kue yang tidak adil seperti ini. Wallahu 'alam. Di tengah menyusutnya cadangan emas kita, semestinya tambang Freeport ini menjadi salah satu tambang yang berkontribusi dalam membangun ketahanan ekonomi negeri ini.
Lebih menyedihkan lagi adalah proporsi penghasilan yang diterima negeri ini dari Pajak dan Royalti. Total pajak yang diterima pemerintah RI sejak periode 2004-2008 adalah hanya US$3.935,4 dan Royalti pada periode yang sama lagi-lagi hanya US$ 475,7. Sedangkan pendapatan Freeport pada kurun waktu yang sama sebesar US$17.893 juta atau US$17,893 miliar. Fantastis bukan???. Tetapi jangan heran. Kita memang sedang berada di DUnia FANtasi (DUFAN) bernama Indonesia, negeri gemah ripah loh jinawi ini.
Ketidak adilan ini kian lengkap kalau kita lihat Kontrak Karya I (1967-1997) dan Kontak Karya II (1991-2021 diperpanjang hingga 2041) yang masih sangat timpang proporsi RI dalam kepemilikannya. Eksplorasi yang sudah berjalan 43 tahun, apakah negeri ini masih belum bisa untuk menanganinya sendiri. Atau memang sengaja kita masuk dalam pembagian kue yang tidak adil seperti ini. Wallahu 'alam. Di tengah menyusutnya cadangan emas kita, semestinya tambang Freeport ini menjadi salah satu tambang yang berkontribusi dalam membangun ketahanan ekonomi negeri ini.
No comments:
Post a Comment