Dalam sejarah Islam terkenal
sebuah nama Khalid bin Walid. Sebelum Islam dia adalah panglima perang kafir
Quraisy Mekkah yang cerdik dan kuat. Dialah panglima perang yang membalik
keadaan pada perang Uhud sehingga dapat memporakporandakan barisan pasukan
Islam, hingga Nabi Muhammad saw nyaris terbunuh.
Namun setelah melakukan dialog
dengan dirinya dan perenungan mendalam, dia memutuskan untuk berangkat ke Madinah menyatakan syahadat
Islam dan baiat kepada Rasulullah SAW.
Setelah masuk Islam Khalid bin
Walid terlibat dalam berbagai pertempuran melawan berbagai golongan yang
menentang Islam seperti kaum murtad yang dipimpin Musailamah al Kadzab. Dan
akhirnya khalifah Abu Bakar menjatuhkan pilihannya kepada Khalid sebagai
panglima untuk menaklukkan Irak yang dikenal dengan imperium Persia dan terus
berlanjut pada penaklukan Romawi.
Pada perang Yarmuk dekat sebelum
pertempuran berlangsung, panglima Romawi meminta Khalid untuk tampil ke depan,
karena ia ingin berbicara dengannya. Muncullah Khalid hingga kedua mereka
berhadap-hadapan di atas punggung kuda masing-masing, yakni pada lapangan
kosong di antara kedua pasukan besar.
Panglima pasukan Romawi yang
bernama Mahan berkata :
“Kami mengetahui, bahwa yang mendorong kalian ke luar dari negeri kalian
tak lain hanyalah kelaparan dan kesulitan....Jika kalian setuju, saya beri
masing-masing kalian 10 Dinar lengkap dengan pakaian dan makanan, asalkan
kalian pulang kembali ke negeri kalian. Di tahun yang akan datang saya kirimkan
sebanyak itu pula...!
Mendengar itu bukan main marahnya
Khalid, tapi ditahannya, sambil mengertakkan gigi; ia menganggap suatu
kekurangajaran dalam kata-kata panglima Romawi itu.....,lalu diputuskannya akan
menjawabnya dengan kata-kata yang sesuai, maka berucaplah ia :
“Bahwa yang mendorong kami keluar dari negeri kami, bukan karena lapar
seperti yang Anda sebutkan tadi, tetapi kami adalah satu bangsa yang biasa
minum darah. Dan kami tahu benar, bahwa tak ada darah yang lebih manis dan
lebih baik dari darah orang-orang Romawi, karena itulah kami datang!”
Siapa yang tidak bergidik mendengar jawaban panglima Khalid,
tentu ini sebentuk psy war yang
dilontarkan oleh seorang panglima Khalid. Terlebih lagi Khalid bin Walid adalah
seorang anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan perang, demikian pula
kehidupannya.
Dalam perang itu pasukan Islam
dapat mengalahkan Romawi walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit, seperti
dalam satu babak, Khalid mengerahkan 100 orang pasukannya menembus sayap kiri
pasukan Romawi yang berjumlah 40 ribu orang dan berhasil menang. Tentu tidak
masuk akal, namun apabila melihat profil mereka dan para pemimpinnya hal ini
tidaklah mustahil.
Perang dalam Islam bukanlah untuk
membalas dendam atau melakukan kezaliman, tetapi untuk menegakkan keadilan dan
membebaskan manusia dari perbudakan dan penganiayaan.
Rakyat di Persia dan Romawi mengalami derita karena mengalami perbudakan
dan penyiksaan dari raja Persia dan Romawi. Bandingkan dengan peringatan keras
dari Khalid kepada seluruh anggota pasukannya setiap kali akan berangkat :
“Janganlah kalian sakiti para
petani, biarkanlah mereka bekerja dengan aman, kecuali bila ada yang hendak
menyerang kalian. Perangilah orang yang memerangi kalian.”
Islam juga melarang membunuh wanita, orang tua dan anak-anak dalam perang. Nabi saw telah
memerintahkan untuk menghindari membunuh orang tua, seperi diriwayatkan oleh
Burdah bahwa Rasulullah saw memerintahkan seorang memimpin bala tentara atau
batalyon. Beliau memberikan wasiat khusus supaya bertakwa kepada Allah juga
kaum muslimin dengan kebaikan.” Abu Dawud meriwayatkan Rasulullah saw bersabda,”Jangan
membunuh orang yang tua renta, begitu pula dengan bayi, anak kecil, tidak pula
para wanita...”
sumber :
1.Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah , Khalid Muhammad Khalid (CV Diponegoro, 1999)
2.Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia , Raghib As-Sirjani (Pustaka Al Kautsar, 2011)
sumber :
1.Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah , Khalid Muhammad Khalid (CV Diponegoro, 1999)
2.Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia , Raghib As-Sirjani (Pustaka Al Kautsar, 2011)
No comments:
Post a Comment