Dinar lebih berbahaya dari senjata nuklir sekalipun. Karena dengan ini, Amerika akan kehabisan daya tekan kepada dunia global.
Masyarakat tidak perlu khawatir bahwa dinar dirham berbau Islamis, Arab atau Timur Tengah. Karena sesungguhnya apa yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia (BI) adalah satu sistem ekonomi yang stabil. Sistem ekonomi yang stabil itu tergantung kepada sistem mata uangnya.
Menurut Pakar Ekonomi Syariah, Dr. Muhammad Syafii Antonio, MEc , salah satu kelemahan sistem mata uang kertas kita sekarang ini, adalah risiko mengalami depresiasi (penurunan nilai) karena inflasi permanen.
"Sekarang yang dibutuhkan bagi kita adalah kita memiliki satu sistem yang kuat. Ada memang kekhawatiran-kekhawatiran dengan dinar, terutama mungkin dari ekonom Barat, dan itu wajar," kata Dr. Muhammad Syafii Antonio, MEc,.
Dijelaskan Antonio, kekhawatiran itu wajar karena pada hakekatnya kita sekarang sedang berkompetisi. Siapa yang memiliki mata uang, dia akan menguasai ekonomi. Siapa yang menguasai ekonomi, dia akan menguasai dunia. Politik itu diatur oleh ekonomi.
Kepentingan politik itu banyak diatur oleh ekonomi, sehingga Amerika tidak akan senang kalau mata uang dolarnya itu menjadi tidak dipakai. Yang akan menjadi berbahaya, kalau seandainya Eropa sudah menyatu dengan mata uang euro. Kemudian China, Taiwan, Hongkong, Shanghai, juga sudah sendiri.
"Dan dunia Islam sendiri juga memakai dinar dirham, maka dolar Amerika tidak akan ada yang memakai, kecuali dipakai Amerika sendiri, dan mungkin dengan Kanada," imbuh Komite Ahli Pengembangan Perbankan Syariah pada Bank Indonesia ini.
Hal ini sesungguhnya, tegas Antonio, lebih berbahaya dibanding senjata nuklir sekalipun. Karena dengan ini, Amerika akan kehabisan daya tekan kepada dunia global. Dia tidak akan bisa menekan lagi secara ekonomi, sebab dolar tidak ada yang memakai lagi.
"Ini yang paling dikhawatirkan oleh Amerika. Makanya, segala upaya yang mengarah kepada adanya blok yang lain, akan dihambat olehnya," ujarnya memungkasi. [ain/www.hidayatullah.com]
Masyarakat tidak perlu khawatir bahwa dinar dirham berbau Islamis, Arab atau Timur Tengah. Karena sesungguhnya apa yang dibutuhkan oleh Bank Indonesia (BI) adalah satu sistem ekonomi yang stabil. Sistem ekonomi yang stabil itu tergantung kepada sistem mata uangnya.
Menurut Pakar Ekonomi Syariah, Dr. Muhammad Syafii Antonio, MEc , salah satu kelemahan sistem mata uang kertas kita sekarang ini, adalah risiko mengalami depresiasi (penurunan nilai) karena inflasi permanen.
"Sekarang yang dibutuhkan bagi kita adalah kita memiliki satu sistem yang kuat. Ada memang kekhawatiran-kekhawatiran dengan dinar, terutama mungkin dari ekonom Barat, dan itu wajar," kata Dr. Muhammad Syafii Antonio, MEc,.
Dijelaskan Antonio, kekhawatiran itu wajar karena pada hakekatnya kita sekarang sedang berkompetisi. Siapa yang memiliki mata uang, dia akan menguasai ekonomi. Siapa yang menguasai ekonomi, dia akan menguasai dunia. Politik itu diatur oleh ekonomi.
Kepentingan politik itu banyak diatur oleh ekonomi, sehingga Amerika tidak akan senang kalau mata uang dolarnya itu menjadi tidak dipakai. Yang akan menjadi berbahaya, kalau seandainya Eropa sudah menyatu dengan mata uang euro. Kemudian China, Taiwan, Hongkong, Shanghai, juga sudah sendiri.
"Dan dunia Islam sendiri juga memakai dinar dirham, maka dolar Amerika tidak akan ada yang memakai, kecuali dipakai Amerika sendiri, dan mungkin dengan Kanada," imbuh Komite Ahli Pengembangan Perbankan Syariah pada Bank Indonesia ini.
Hal ini sesungguhnya, tegas Antonio, lebih berbahaya dibanding senjata nuklir sekalipun. Karena dengan ini, Amerika akan kehabisan daya tekan kepada dunia global. Dia tidak akan bisa menekan lagi secara ekonomi, sebab dolar tidak ada yang memakai lagi.
"Ini yang paling dikhawatirkan oleh Amerika. Makanya, segala upaya yang mengarah kepada adanya blok yang lain, akan dihambat olehnya," ujarnya memungkasi. [ain/www.hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment