www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Tuesday, August 17, 2010

Mundell 1997 : Could Gold Make a Comeback? part 5


Tinjauan Historis

Kini mari kita ambil pandangan yang lebih jauh dari sistem moneter internasional, membaginya dalam masing-masing fase. Periode 1815 hingga 1873 adalah periode bimetalism, dimana emas dan perak adalah basis dari aset devisa termasuk negara utama saat itu Perancis dan AS. Selama Perang Sipil, AS menunda convertibility, meninggalkan Perancis seorang diri dia ntara kekuatan utama dunia dalam bimetallism .Ingat bahwa dalam ekonomi dunia, selama sebuah negara mematok harga barang dan jasanya dengan perak dan emas, maka akan mematok harga relatif barang dan jasanya terhadapa emas dan perak di seluruh dunia. Mulai 1815 hingga 1873, rasio harga relatif emas dan perak bervariasi antara 15:1 dan 16:1. Sistem bimetalic ini menimbulkan kesatuan sistem moneter dunia, menimbulkan kepastian nilai tukar antara negara yang menggunakan standar perak dengan negara yang menggunakan standar emas ini. Dukungan sistem moneter emas dan perak mengalami sedikit penurunan ketika AS menurunkan standar komoditasnya dan terjebak dalam inflasi mulai 1862 hingga 1879. Tetapi apa yang terjadi pada tahun 1870-an? Perancis terlibat perang dengan Jerman dan harus menghentikan converbility. Maka tidak ada satupun negara yang mengaitkan mata uangnya dengan emas dan perak kecuali beberapa negara seperti Belgia dan Swiss yang tergabung dalam Latin Monetary Union, tetapi negara-negara ini terlalu kecil untuk mengatur sistem tersebut dan oleh karenanya mengikuti Perancis dan memutuskan convertibility (kemampuan menukar mata uangnya dengan timbangan emas dan perak).P erancis melontarkan ide untuk kembali ke sistem standar moneter emas dan perak, tetapi dengan produksi perak AS yang meningkat dan Jerman melakukan dumping perak ketika pemerintahan Jerman yang baru beralih kepada emas, Perancis menyadari bahwa ide tersebut berarti mereka harus membeli kelebihan seluruh produksi perak di dunia menjadi asetnya. Perak akan menggantikan seluruh mata uang berbasis emas. Jadi Perancis tidak jadi kembali ke sistem bimetallism dan pada akhirnya sistem tersebut mati.

Ekonomi dunia saat itu menjadi terbagi ke dalam standar emas internasional di satu sisi dan standar perak internasional di sisi lain. Peran moneter perak telah berkurang dan emas mulai memotong arus utama ekonomi dunia kala itu. Selama tahun 1873 hingga 1896, tingkat harga barang dan jasa jatuh. Pada periode ini rakyat melakukan pemberontakan di Midwest (suatu daerah di AS yang kaya dengan pertanian). Rakyat membenci kenyataan bahwa para petani harus membayar utang dengan nilai mata uang yang telah mengalami kenaikan nilai (apresiasi). Pada tahun 1896, William Jennings Bryan's (Politisi AS kala itu) menggugah para audiens dengan pidatonya (di Drexel Avenuue Chicago) dimana dia menggambarkan bahwa para petani Amerika sedang " disalib" melalui penggunan sistem moneter berbasis emas. Ada deflasi di negara-negara berbasis emas pada periode ini karena ketika negara-negara tersebut beralih dari bimetallism ke standar emas, gerakan tersebut menyebabkan kelebihan permintaan terhadap emas--kebijakan uang ketat-- dan hasilnya, deflasi (penurunan harga secara umum). Juga di tahun 1873, Prussia dan negara-negara Skandinavia melepaskan standar perak, menekan perak dan menimbulkan inflasi di negara-negara yang loyal dengan perak. Jadi ada dua kubu selama periode tersebut : negara-negara standar perak yang terkena inflasi dan negara-negara standar emas yang terkena deflasi hingga tahun 1896, ketika, akhirnya peningkatan suplay emas dari Afrika Selatan, ketika emas ditemukan di Witswatersrand pada tahun 1886, dan pengaruh ini ditambah dengan pengenalan proses Cyanide untuk membawa sejumlah besar emas masuk ke dalam sistem pengolahan kimawi.

Pada tahun 1914, negara-negara Eropa memutuskan kaitan emas dalam sistem moneternya, untuk membiayai defisit belanja negaranya. Hal ini menyebabkan emas lari ke AS untuk membiayai persenjataan perang dan berbagai peralatan perang lainnya. Emas membanjiri AS dan tidak lama kemudian The Federal Reserved menjadikannya alat tukar yang sah (legal tender), menyebabkan harga emas naik dua kali lipat. Sebagaimana yang selalu terjadi ketika suatu negara masuk atau keluar dari standar emas, emas menJadi tidak stabil pada tahun 1914. Mulai 1914 hingga 1924, kita memilki patokan standar dollar karena AS adalah satu-satunya negara (yang memiliki mata uang utama dunia) yang mengaitkan mata uangnya dengan emas dan negara-negara lain mulai mengaitkan mata uang nya lebih kepada dollar dibanding terhadap emas. Kemudian pada tahun 1924 Jerman kembali menggunakan standar emas dalam rencana stabilisasi moneternya untuk menghentikan Hyperinflasinya. Pada tahun 1925 Inggris tidak mau ketinggalan dari Jerman, kembali menggunakan standar emas. Pada 1926 Perancis juga berbalik menggunakan standar emas kurang lebih karena Inggris dan Jerman telah kembali menggunakan emas ; dan Perancis kembali pada tingkat mata uangnya yang undervalued (dibawah nilai yang sebenarnya terhadap emas).

Jadi seluruh dunia kembali menggunakan standar emas, dan apa yang Anda pikir akan terjadi? Baru saja tahun 1914, ketika negara-negara melepaskan standar emas, menimbulkan inflasi, dan ketika kembali ke standar emas, hal ini menyebabkan kenaikan permintaan emas dan menyebabkan deflasi. Deflasi tahun 1930an yang merupakan faktor utama terjadinya depresi, adalah konsekuensi langsung dari gerakan kembali ke emas pada tingkat harga di tahun 1920an yang berada di atas tingkat harga equilibrium (titik keseimbangan harga) untuk titik keseimbangan harga dibawah standar emas. Tentu saja faktor lain terlibat dalam depresi (1930-an di AS), termasuk di dalamnya dampak langsung dari tarif Smoot-Hawley, tetapi faktor utama adalah mulainya deflasi dipicu oleh perbaikan standar emas internal yang undervalued . Inggris melepaskan standar emas tahun 1931, dan AS tahun 1933.A S kemudian kembali ke standar emas setelah mendevaluasi dollarnya tahuj 1934. Perancis tetap dengan standar emas, tetapi pada tahun 1936, Perancis harus mendevaluasi mata uangnya dan merupakan negara terakhir yang meninggalakan Reformed Gold Standard pada periode pasca perang. Tahun 1936 juga merupakan tahun perjanjian moneter tripartit yang menjalankan sistem moneter internasional yang baru, standar dollar dimana dollar adalah satu-satunya mata uang yang yang dikaitkan dengan emas.

Seluruh negara lain dalam sistem itu tetap menjaga sistem yang mengaitkan mata uangnya dengan dollar. Sistem tersebut berjalan antara tahun 1936 hingga 1971. Setelah Presiden Nixon memutuskan kaitan dollar dengan emas pada agustus 1971, terjadi nilai tukar mengambang selama beberapa bulan. Kemudian negara-negara kembali mengaitkan mata uangnya dengan dollar tidak dengan emas, pada Desember 1971. Kini sistem tersebut murni menjadi standar dollar yang hanya berjalan apabila cadangan devisa suatu negara dapat menjaga disiplin moneternya. Sebelumnya, sejak tahun 1945, dollar hanya dijamin dengan 25% cadangan emasnya saja dan pada tahun 1960 sama sekali tidak dijamin dengan cadangan emas. Convertibility pada akhirnya hanya tinggal janji, dan hal itu selalu menjadi cover inflasi. Tetapi pada periode ini AS mengikuti kebijakan moneter yang terlalu memicu inflasi bagi negara-negara lain. Pada Februari 1973, AS lagi-lagi mendevaluasi (pemotongan atau pengurangan nilai) dollar , satu hal yang amat tidak bisa diterima yang makin memicu ulah spekulan. Dollar tetap mengalir ke luar negeri dan pasar Eurodollar guncang. Eropa mencoba menggabungkan mata uangnya yang mengambang melawan dollar. Tetapi orang-orang Eropa tidak bisa memutuskan untuk menyesuaikan perbedaan nilai mata uang mereka atau apakah Inggris, Perancis, atau Jerman yang seharusnya menjadi acuan utama mata uang eropa dengan sistem mengambang.Pada periode ini Mark Jerman menjadi mata uang terkuat di Eropa, tetapi Inggris dan Perancis tidak ingin menyerahkan posisi tersebut kepada Mark. Butuh satu dekade ke depan sebelum ke dua negara tersebut mengakui bahwa Mark merupakan mata uang terkuat di Eropa.

Pada Juni 1973, Komite 20 menyerah pada sistem moneter internasional dan beralih kepada nilai tukar mengambang hingga masalah inflasi terpecahkan. Ini adalah penjelasan yang paling memalukan karena seluruh fungsi dalam sistem moneter internasional mesti melakukan pendekatan bersama untuk memecahkan masalah inflasi! Mulai 1973, kita bergelut dibawah rezim nilai tukar mengambang dimana AS dan Eropa mengalami tingkat inflasi tertinggi dalam masa damai (tidak dalam kondisi perang sebagaimana PD I & II) dalam kebijakan moneter dalam sejarah. Pada kurun 1970-an, tingkat inflasi tahunan meningkat 13% atau 14% di AS, dan harga emas menembus angka di atas $850 per troy ounce pada Feburari 1980. Ini terjadi karena kekhawatiran bahwa AS akan kehilangan disiplin moneternya dan depresiasi terhadap dollar terhadap mata uang asing akan terus berlanjut. Episode inflasi di AS memaksa masyarakat Eropa untuk bereaksi sebab ancaman integrasi moneter Eropa berkait langsung dengan melemahnya dollar. Melemahnya dollar adalah alasan bagi Helmut Schmidt (Kanselir Jerman Barat saat itu) dan Giscard d'Estaing (Presiden Perancis) bertemu di Bremen pada 1978 dan setuju untuk membentuk Sistem Moneter Eropa. Stabilitas harga adalah salah satu motif bagi pembentukan kerjasama moneter suatu regional. Pada tahun 1985, keharmonisan kembali teruji, sistem beralih ke sistem pengaturan dollar yang relatif tehadap mata uang negara-negara Eropa. Hal itu difokuskan terutama untuk memaksa Jepang mengapresiasi Yen terhadap dollar.

No comments: