www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, August 9, 2010

Mundell 1997 : Could Gold Make A Comeback part 3


Teori Pengaruh Negara Superpower

Secara historis, kapanpun selalu ada negara superpower di dunia, mata uang negara superpower memainkan peran penting dalam sistem moneter internasional. Ini menjadi sejarah seperti mata uang Shekel (Kerajaan Babylonia) , Daric (Kerajaan Persia), Tetradrachma (Yunani), Stater (kerajaan Macedonia), denarius ( Kerajaan Roma), Dinar Islam, Ducat (Italia), doubloon (Spanyol), dan Livre (Perancis) sama populernya dengan Poundstreling pada abad 19 dan Dollar abad 20. Negara superpower memiliki ciri hak veto terhadap sistem moneter internasional dan karena manfaat secara internasional dari penggunaan mata uangnya, kepentingannya biasanya memveto setiap kolaborasi global yang akan menggantikan mata uangnya dengan mata uang internasional yang independen. Pada tahun 1870, AS dan Perancis mengkampanyekan reformasi moneter internasional dengan kembali menggunakan mata uang emas dan perak dan menyiapkan satuan nilai (mata uang) yang berstandar internasional. Negara mana yang mengatakan "tidak"? Adalah Inggris, sebagai pemimpin dunia saat itu pada abad 19. Sebagai negara superpower atau setidaknya "yang terdepan di antara negara-negara maju saat itu". Inggris selalu mengatakan "tidak" terhadap reformasi moneter internasional, mengatakan tidak terhadap setiap alternatif sebagai pengganti Pound sebagai satuan nilai (mata uang) dan sterling bill sebagai sebagai sarana pembayaran paling penting. Tapi ketika bintang (kejayaan) Inggris meredup dan kejayaan AS bersinar, posisinya adalah kebalikannya, dimana Inggris menghendaki reformasi moneter internasional dan AS, negara superpower baru menolaknya.
Pada Konferensi Emas Dunia tahun 1933, Perancis menghendaki reformasi moneter internasional. Perancis ingin AS dan Inggris kembali memperbaharui harga emas. Presiden Roosevelt mengatakan tidak, dan Dollar kembali (nilai tukar) mengambang, hingga secara sepihak AS mendevaluasi Dollar, menaikkan harga emas dari $20,67 per troy ounce menjadi $35. AS tidak ingin kembali kepada sistem moneter internasional, keculai dibawah prasyarat kepemimpinannya.
Pada perjanjian Bretton Woods tahun 1944, Presiden Roosevelt berkata pada Menteri Keuangannya Henry Morgenthau untuk membuat perencanaan bagi mata uang internasional pasca PD II. Para Ekonom ingat bahwa Harry Dexter White dan staf di Depkeu AS membuat rencana yang terlibat dalam pembuatan mata uang dunia yang disebut Unitas. Keynes, di London, membuat rencana tandingan dengan membuat mata uang yang meliputi seluruh dunia dengan nama bancor. Ketika delegasi Inggris menghadiri Konferensi Bretton Woods, mereka tetap menyimpan tanda tanya seputar mata uang dunia yang baru, tetapi delegasi AS saat itu memiliki rencana cadangan dan mereka tetap diam. Terlebih lagi ketika idealisme para akademisi internasional tergadai oleh kepentingan nasional negara mereka. Sebagai hasil dari pencerahan AS yang jauh berbeda dengan tidak hanya dari rencana Keynes (dengan Bancornya), tetapi juga dari penggagas Unitas. Bretton Woods tidak menghasilkan mata uang internasional yang baru; akhirnya malah menggunakan sistem yang sudah ada sejak 1934. Tidak pada waktunya untuk berbicara tentang sistem "Bretton Woods". Pada akhirnya sekali lagi konferensi Bretton Woods di New Hampshire, pada tahun 1944 tidak menghasilkan sebuah sistem moneter internasional yang baru. Malah konferensi tersebut justru menghasilkan dua institusi baru yaitu IMF dan Bank Dunia, yang didesain untuk ketergantungan dalam sistem keuangan internasional dan membangun monopoli kepentingan dengan jangkar standar Dollar. Sebagaimana Joan Robinson telah berkata dengan jeli dan jenaka : IMF adalah sebuah episode sejarah dari Dollar.

No comments: