Miller membentangkan periodeisasi siklus ekonomi dunia sebelum akhirnya emas kembali eksis dalam sistem moneter dunia.
Fase 1 : Stabilitas dibawah sistem gold standard hingga tahun 1914.
Fase 2 : Inflasi (kenaikan harga barang dan jasa secara umum) hingga tahun 1921, yang menghasilkan penumpukan utang.
Fase 3 : Disinflasi (penurunan harga barang & jasa secara umum), yang membawa pada kestabilan dan naiknya harga surat-surat berharga (saham, obligasi, portofolis dlsb) hingga 1929, tetapi menambah utang lebih besar lagi.
Fase 4 : Ketidakstabilan setelah tahun 1929 yang disebabkan oleh anjloknya harga saham dan surat berharga lainnya setelah sebelumnya harganya meroket tajam (overpriced) dan diperparah oleh tingkat utang yang berlebihan, mengarah pada depresi ekonomi.
Fase 5 : Reformasi moneter yang dipicu oleh penilaian ulang harga emas (revaluation) untuk mengatasi depresi ekonomi akibat tekanan utang.
"Pada pertengahan abad 20 kita melihat pengulangan pada tiga fase pertama dari siklus yang sama.
Fase 1 : Stabilitas dari tahun 1944 hingga 1948 di bawah sistem gold standard
Fase 2 : Inflasi dari tahun 1968 hingga 1981, yang menyebabkan penambahan utang baru.
Fase 3 : Disinflasi dari tahun 1981 hingga akhir abad 20.
"Bagaimanapun juga, terlihat bahwa fase ke 4 (ketidakstabilan dan deflasi pada akhirnya akan terjadi sebagai bayaran dari penumpukan utang yang amat parah) saat sekarang bisa jadi sedang berjalan. Jika demikian adanya fase 5 (Penilaian ulang harga emas untuk membangkitkan kembali emas sebagai basis sistem moneter dunia dan oleh karenanya mengurangi beban utang) menjadi tak dapat dielakkan. Rentang kenaikan harga emas boleh jadi amat tinggi menurut perhitungan, mungkin 20 kali dari harga emas saat ini (studi dilakukan Mei 2006, harga emas tertinggi saat itu US$725)
Maka bila saat ini harga emas yang pada tahun ini sempat mencapai US$1.400, maka masih terlalu rendah, dibanding potensi kenaikan harga emas menuju sistem moneter dunia yaitu di angka US$14.500.
wallahu 'alam
No comments:
Post a Comment