www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, August 29, 2013

Winners, losers in weak rupiah





Melemahnya Rupiah yang sudah menyentuh angka Rp 11.000 (14/08) menyebabkan kerugian dan keuntungan bagi para pelaku usaha. Pengusaha batu bara dan logam mulia, CPO, dan karet adalah yang diuntungkan dengan naiknya harga Dollar terhadap Rupiah. Sektor pertambangan dan pertanian adalah yang paling besar kontribusinya dalam ekspor.Gambar di atas berasal dari Bahana Securities menjelaskan bahwa setiap penurunan 1% dari Rupiah menyebabkan kenaikan beberapa poin keuntungan dari sektor pertambangan dan pertanian.
Contoh setiap penurunan 1% dari Rupiah menyebabkan saham PT. Timah di bursa saham mengalami kenaikan 5,2% laba bersih.
Begitu pula penurunan nilai Rupiah juga mendongkrak laba bersih perusahaan batu bara PT.Bukit Asam yang mengekspor setengah produksinya, sebesar 0,5%.
Dan setiap penurunan 1% nilai Rupiah terhadap Dollar produsen CPO PT. Astra Agro Lestari dan PT.Sampoerna Agro menikmati kenaikan laba bersih sebesar 3,4%.
Pekan lalu Rupiah jatuh 3,7% di angka Rp. 10.780
“Hampir seluruh pengeluaran kami dalam bentuk Rupiah, sementara pendapatan kami dalam Dollar, kata Agung Nugroho corporate secretary PT. Timah . “Bagaimanapun juga ini hanyalah keuntungan yang tidak tepat."

Timah telah menderita kerugian dari penurunan harga Timah akibat melemahnya permintaan global, demikian pula produsen batu bara dan CPO.

Laporan dari beberapa perusahaan batu bara yang terdaftar di bursa efek Indonesia menunjukkan penurunan harga batu bara sebesar 20% (yoy) dalam semester pertama setiap tahun. Produsen CPO di Indonesia juga mengalami penurunan harga sebesar 2 digit dalam periode yang sama.

"Konsumen CPO yang menggunakan Dollar, kini memiliki daya beli yang lebih tinggi dan tentu akan meningkatkan volume penjualan." kata Michael Kesuma kepala hubungan investor Sampoerna Agro.

"Sebaliknya konsumen domestik dengan mata uang Rupiah  akan mengeluarkan uang lebih besar di tengah daya beli yang tinggi pemegang Dollar."

Sekitar 90% produksi CPO Sampoerna Agro dilepas ke pasar domestik.

Pada sisi yang berbeda para importir yang berpenghasilan Rupiah merasa terjepit dengan menguatnya Dollar, sehingga membutuhkan lebih banyak biaya untuk mengimpor bahan baku luar.

"Perusahaan makanan konsumsi seperti PT. Japfa Coimfeed, PT. Unilever Indonesia, dan PT Indofood  CBP adalah mereka yang mengalami kerugian dengan melemahnya Rupiah," kata Joseph Pangaribuan dari Samuel Sekuritas.

Menurut Joseph 80% biaya produksi Unilever dalam bentuk Dollar sedangkan sebagian besar produksinya dilepas ke pasar domestik dengan mata uang Rupiah.

Perusahaan farmasi PT. Kalbe Farma dan produsen baja pemerintah PT.Krakatau Steel juga yang mengalami kerugian dengan menguatnya Dollar, karena mereka masih mengandalkan impor bahan baku dari luar.


sumber :http://www.thejakartapost.com/news/2013/08/26/winners-losers-weak-rupiah.html

No comments: