www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, August 13, 2020

Golden Rule (the Power of Habbit) 1

Jam pertandingan di ujung jauh lapangan menunjukkan bahwa waktu tersisa adalah 8 menit dan sembilan belas detik ketika Tony Dungy kepala pelatih yang baru Tampa Bay Buccaners merasakan sebuah kecil harapan.

Buccaners adalah salah satu tim terburuk di National Football League Amerika Serikat.

Saat itu Ahad sore 17 November 1996. Buccaners bermain di San Diego melawan Chargers tim yang tampil di Super Bowl tahun sebelumnya. Bucs sedang kalah, 16 lawan 17. Mereka kalah dalam semua pertandingan. Mereka kalah sepanjang musim. Buccaners tak pernah memenangi satu pun pertandingan di West Coast (wilayah pantai barat AS) dalam 16 tahun terakhir. Catatan menang-kalah Bucs saat itu pada musim 1996 adalah 2-8. Dalam salah satu pertandingan itu, Detroit Lions-tim yang sedemikian buruk, sehingga nantinya disebut sebagai yang meletakkan "less" pada kata "hopeless"- mengalahkan Bucs 21 lawan 6, dan tiga minggu kemudian, mengalahkan Bucs lagi 27-0 . ESPN memprediksi bahwa sang pelatih Dungy yang baru saja dipekerjakan pada Januari, bisa dipecat sebelum akhir tahun.

Tapi di tepi lapangan, sewaktu Dungy mengamati timnya menata diri untuk permainan berikutnya, rasanya matahari akhirnya bersinar menembus awan. Ia tidak tersenyum. Namun sesuatu sedang terjadi di lapangan, sesuatu yang telah ia usahakan bertahun-tahun.

Tony Dungy telah menanti lama sekali untuk memperoleh pekerjaan sebagai pelatih di Buccaneers. Selama 17 tahun, ia berkeliaran di tepi lapangan sebagai asisten pelatih, pertama-tama di University of Minnesota, kemudian bersama Pittsburg Steleers, lalu Kansas City Chiefs, dan kemudian kembali ke Minnesota bersama Vikings. Empat kali dalam empat dasawarsa, ia telah diundang untuk wawancara untuk memperoleh posisi pelatih sejumlah tim NFL. Keempat wawancara itu tidak berjalan dengan baik.

Masalahnya adalah filosofi Dungy dalam melatih. Dalam wawancara-wawancara pekerjaannya, ia akan dengan sabar menjelaskan kepercayaannya bahwa kunci kemenangan adalah mengubah kebiasaan pemain. Ia berkata ingin pemain berhenti membuat terlalu banyak keputusan dalam pertandingan. Ia ingin mereka bereaksi secara otomatis, sebagai suatu kebiasaan. Bila ia bisa menanamkan kebiasaan yang benar timnya akan menang. Titik.

" Juara tidak melakukan hal-hal yang luar biasa," demikian Dungy menjelaskan. " Mereka melakukan hal-hal yang biasa, hanya saja tanpa berpikir, sedemikian cepat sehingga tim lawan tidak sempat bereaksi. Mereka mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang mereka telah pelajari."

Para pemilik klub pun  bertanya, bagaimana caranya Anda akan menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru itu? Dia tidak menciptakan kebiasaan baru, jawab Dungy. Para pemain telah menghabiskan hidup mereka membangun kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan mereka masuk NFL. Tidak ada atlet yang akan meninggalkan pola-pola itu semata karena seorang pelatih baru menyuruhnya.

Jadi, bukannya menciptakan kebiasaan-kebiasaan baru, Dungy hendak mengubah kebiasaan-kebiasaan lama para pemain. Dan rahasia mengubah kebiasaan lama adalah menggunakan apa yang telah ada di dalam kepala pemain. Kebiasaan itu adalah lingkar bertahap 3- sign, routinity, dan reward- namun Dungy hanya ingin menggarap langkah di tengah, rutinitas. Ia tahu dari pengalaman bahwa lebih mudah meyakinkan seseorang untuk mengadopsi perilaku baru bila ada yang ia akrabi di bagian awal dan akhir.


No comments: