www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Thursday, October 6, 2022

Krisis Finansial Melanda Inggris

Inggris sedang mengalami krisis moneter yang ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang Poundsterling terhadap mata uang utama lainnya khususnya Dollar.

Hal ini bermula dari kebijakan Perdana Menteri Inggris yang baru Liz Truss dan kepala Bank Sentral Inggris Kwarteng yang menerapkan mini budget dengan memotong nilai pajak yang mesti dibayar perusahaan. Truss yang berasal dari partai konservatif seolah meniru kebijakan pendahulunya Margaret Tahatcer dengan anggaran yang ramping. Akibat kebijakannya itu negara kehilangan potensi pajak sebesar $150 miliar.

Laju perekonomian Inggris yang lambat menjadi alasan kebijakan Truss, dia ingin agar ekonomi Inggris tumbuh signifikan. Bersama Kwarteng yang alumni Harvard, dia ingin agar pemotongan pajak menggairahkan investasi perusahaan-perusahaan sehingga ekonomi meroket naik tanpa memperagakan gerakan tangan yang meluncur ke atas.

Namun pasar bereaksi negatif, nilai tukar Poundsterling di pasar internasional jatuh, akibatnya harga barang dan jasa naik tajam, dan warga Inggris ramai-ramai investasi dalam Dollar yang memperparah nilai tukar Poundsterling.

Kritik pun meluncur mulai dari ekonom, pelaku  bisnis, partai oposisi, dan warga terhadap Perdana Menteri perempuan tsb. Kwarteng direktur Bank Sentral berkulit hitam pun tidak lepas dari kecaman, Kwarteng walaupun lulusan Cambridge dan Harvard dalam Sejarah Ekonomi, dianggap tidak memahami ekonomi, bahkan dianggap hanya paham sejarah ide-ide dalam kebijakan ekonomi.

Kebijakan ekonomi Partai Konservatif memang pro dengan sistem moneter berbasis emas dan kemerdekaan ekonomi yang minim intervensi pemerintah dianggap beraliran neo liberal yang bersebrangan dengan golongan liberal.

No comments: