Suatu malam di bulan Desember 2009, saya berkesempatan bersilaturahim ke rumah Jusuf Kalla di Jl.Dharmawangsa Jakarta bersama KH.Cholil Ridwan (Ketua MUI) dan beberapa pengurus Syabakah (Syabakah Konsumen Produsen dan Pengusaha Muslim). Saat itu baru beberapa bulan beliau lengser dari Wapres RI. Dengan wajah yang cerah dan santai (mungkin sudah gak lagi wapres, bebannya berkurang) beliau menerima kami ditemani Drajad Wibowo.
Banyak hal yang kami bicarakan berkenaan dengan ekonomi umat. Walau perbincangan itu diwarnai dengan polemik, namun ada hal-hal yang kita sepakati bahwa umat ini perlu memiliki semangat wirausaha.
Di akhir pertemuan beliau memberi kami hadiah buku biografi orang tuanya Hadji Kalla dan Hadjah Athirah, sepasang pengusaha Bugis Sulawesi Selatan dengan judul "Hadji Kalla Saudagar dari Mesjid".
Walau sudah lama saya menerima buku itu, baru tadi malam saya sudahi membacanya. Dalam buku itu ada beberapa hal yang menarik sbb :
1. Hadjah Athirah (Ibunda Jusuf Kalla) biasa membeli perhiasan logam mulia dan permata yang dibelinya di pasar Jl.Sombu Apu berkali-kali (tidak sekaligus). Jumlahnya berjumlah kurang lebih 3 kg. Itu antara lain yang menjadi modal tambahan ketika Jusuf Kalla mulai aktif memimpin perusahaan. Harta tersebut disimpan di dalam tanah di kamar tidurnya.
Ini bisa menjadi contoh bahwa logam mulia atau dinar dapat bermanfaat untuk investasi jangka panjang untuk transaksi barang modal. Di era modern ini kita pun tidak perlu menyimpan logam mulia/ dinar di dalam tanah. Fasilitas tabungan dinar seperti m-dinar dari geraidinar.com atau wakala lain dapat menjadi solusi penyimpanan.
2. Ketika Hadji Kalla menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Jusuf Kalla pada tahun 1967, ada ucapannya yang sangat penting. Kurang lebih begini, "Usup, perusahaan ini saya serahkan dalam keadaan tidak ada utang satu sen pun!"
3. Hadji Kalla sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Hadis Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan agar membayar upah sebelum keringat yang bersangkutan kering, benar-benar diamalkan. Dalam keadaan apa pun, gaji karyawan harus dibayar sebelum tanggal 1.
4. Hadji Kalla menekankan shalat berjamaah bagi karyawannya. Proses kerja langsung berhenti ketika tiba waktu shalat, kecuali ada udzur tertentu. Beliau sendiri yang menjadi imam kecuali bila ada tamu yang lebih fasih. Kadang-kadang setelah shalat dilanjutkan dengan ceramah.
Itulah sekelumit pesan dari buku tersebut yang tentu dapat menjadi pelajaran bagi kita, apapun posisi kita.
wallahu 'alam
Banyak hal yang kami bicarakan berkenaan dengan ekonomi umat. Walau perbincangan itu diwarnai dengan polemik, namun ada hal-hal yang kita sepakati bahwa umat ini perlu memiliki semangat wirausaha.
Di akhir pertemuan beliau memberi kami hadiah buku biografi orang tuanya Hadji Kalla dan Hadjah Athirah, sepasang pengusaha Bugis Sulawesi Selatan dengan judul "Hadji Kalla Saudagar dari Mesjid".
Walau sudah lama saya menerima buku itu, baru tadi malam saya sudahi membacanya. Dalam buku itu ada beberapa hal yang menarik sbb :
1. Hadjah Athirah (Ibunda Jusuf Kalla) biasa membeli perhiasan logam mulia dan permata yang dibelinya di pasar Jl.Sombu Apu berkali-kali (tidak sekaligus). Jumlahnya berjumlah kurang lebih 3 kg. Itu antara lain yang menjadi modal tambahan ketika Jusuf Kalla mulai aktif memimpin perusahaan. Harta tersebut disimpan di dalam tanah di kamar tidurnya.
Ini bisa menjadi contoh bahwa logam mulia atau dinar dapat bermanfaat untuk investasi jangka panjang untuk transaksi barang modal. Di era modern ini kita pun tidak perlu menyimpan logam mulia/ dinar di dalam tanah. Fasilitas tabungan dinar seperti m-dinar dari geraidinar.com atau wakala lain dapat menjadi solusi penyimpanan.
2. Ketika Hadji Kalla menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Jusuf Kalla pada tahun 1967, ada ucapannya yang sangat penting. Kurang lebih begini, "Usup, perusahaan ini saya serahkan dalam keadaan tidak ada utang satu sen pun!"
3. Hadji Kalla sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Hadis Nabi Muhammad SAW yang mengingatkan agar membayar upah sebelum keringat yang bersangkutan kering, benar-benar diamalkan. Dalam keadaan apa pun, gaji karyawan harus dibayar sebelum tanggal 1.
4. Hadji Kalla menekankan shalat berjamaah bagi karyawannya. Proses kerja langsung berhenti ketika tiba waktu shalat, kecuali ada udzur tertentu. Beliau sendiri yang menjadi imam kecuali bila ada tamu yang lebih fasih. Kadang-kadang setelah shalat dilanjutkan dengan ceramah.
Itulah sekelumit pesan dari buku tersebut yang tentu dapat menjadi pelajaran bagi kita, apapun posisi kita.
wallahu 'alam
No comments:
Post a Comment