"Kita akan menaikkan gaji, tetapi hal itu tidak akan membawa kebaikan kepada para pekerja karena dalam masa yang sama kita akan menaikkan harga barang-barang, dan kita berpura-pura memberi alasan bahwa hal itu disebabkan oleh karena kurangnya pasokan produk-produk pertanian dan kenaikan biaya pemeliharaan sapi."
Hal seperti ini mungkin kita alami bertahun-tahun dalam masyarakat kita, terutama para pegawai. Suatu kondisi dimana gaji yang tidak pernah cukup untuk membeli kebutuhan barang sehari-hari. Kalaulah gaji suatu waktu naik, maka harga-harga barang sudah berlomba-lomba pula ikut naik mengiringi kenaikan gaji. Atau bahkan baru isu saja gaji pegawai (negeri) akan naik, harga barang sudah naik terlebih dahulu.
Apalagi, gaji para pegawai dinilai dalam Rupiah atau sehelai kertas yang tentu daya belinya tegerus dari waktu ke waktu akibat inflasi. Dalam gambar di atas kita bisa lihat tingkat inflasi di negeri ini periode 2001 hingga 2009 (kecuali tahun 2009 adalah data inflasi hanya di bulan juli saja yaitu sebesar 0,66%) disandingkan dengan kenaikan (apresiasi) harga dinar dalam Rupiah dalam kurun waktu yang sama. Secara rata-rata antara tahun 2001-2008 tingkat inflasi per tahun adalah 8,98%. Nah, agar tidak tergerus inflasi maka gaji pegawai atau penghasilan seseorang mestilah naik di atas tingkat inflasi agar tetap dapat mempertahankan daya belinya. Maka menjadi tugas pemerintah untuk menekan inflasi atau meningkatkan pendapatan rakyatnya agar tetap berada di atas tingkat inflasi, keduanya memang tidak mudah.
Memang bagi yang bisa mempertahankan hasil jerih payahnya untuk kebutuhan menengah panjang, maka menyimpan Dinar untuk keperluan itu merupakan sarana membangun ketahanan ekonomi di masa yang penuh dengan ketidakpastian ini.
wallahu 'alam
No comments:
Post a Comment