www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Friday, January 6, 2012

H.M Rasyidi : Teladan Generasi Masa Kini

Generasi muda saat ini tidak banyak yang mengenal H.Mohammad Rasjidi atau yang lebih dikenal dengan H.M Rasjidi. Padahal beliau adalah seorang tokoh negeri ini yang mempunyai kaliber internasional baik dalam kancah politik maupun akademik. Pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ini layak dijadikan teladan generasi muda saat ini yang mengalami krisis keteladanan.

Dalam bidang akademik beliau pernah terlibat debat ilmiah dengan orientalis kaliber dunia Prof.Joseph Schacht di Universitas McGill Kanada di tahun 1958. Saat itu H.M Rasjidi menjabat sebagai Associate Professor di McGill dalam bidang ilmu agama Islam. Dalam pidatonya Schacht secara terbuka menyatakan bahwa hukum Islam adalah arbitrage, karena waktu itu tidak ada hukum tertulis yang dijadikan tempat mencari keadilan. Dengan kata lain, karena Nabi Muhammad saw tidak mendirikan pemerintahan tetapi hanya membentuk ummah, maka segala perselisihan diselesaikan menurut arbitrage (kekuasaan untuk menyelesaikan suatu perkara menurut kebijaksanaan). Karena itulah, kata-kata yang dipakai untuk mengetengahkan suatu sengketa adalah kata hakama yang berarti "penengah" atau wasit, dan bukan qadha yang berarti "memutuskan".Hal itu sama saja dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah menyusun suatu konsep kenegaraan.

Mendengar pidato Schacht itu, kontan saja H.M Rasjidi menyampaikan sanggahan. Doktor lulusan Universitas Sorbone Paris dengan predikat Cum Laude (1956) itu menyatakan bahwa Prof.Schacht keliru memahami bahasa Arab. Kata hakama dan qadha di dalam Al-Quran merupakan sinonim, dua kata yang mempunyai arti sama.

Sang Profesor kemudian menyarankan H.M Rasjidi untuk membaca buku Histoire de'l organisation jiduciare en pays de l'islam (Sejarah Organsisasi Kehakiman di Negara-negara Islam) karangan Emille Teyan.Secara tak langsung, Profesor itu menganggap beliau belum memahami persoalan secara tuntas. "Tuan belum mendalami persoalan tersebut", kata Schacht.Diskusi kemudian selesai sampai di situ.

Namun, seorang Profesor yang menyaksikan perdebatan itu kemudian menyatakan bahwa sang penyanggah ialah "ortodoks". Ucapan itu membuat jajaran guru besar, termasuk Profesor Cantwell Smith memutuskan untuk meliburkan perkuliahan selama satu hari, diganti dengan perdebatan tentang teori Schacht tersebut.

Associate Professor H.M Rasjidi (pada hari perkuliahan diliburkan itu) ditentukan untuk masuk ke dalam ruangan, menghadap Cantwell dan beberapa guru besar.Hal itu lebih nampak sebagai penghakiman dibanding sebuah debat intelektual.

Dalam ceramahnya, Rasjidi menjelaskan bahwa tidak mungkin Nabi Muhammad SAW setelah menerima wahyu akan menggunakan sistem hakam atau penengah. Arbitrage hanya dilakukan orang jika tidak ditemukan teksnya di dalam Al-Quran. Sedangkan maksud dari Schacht dan penulis buku Histoire de'l organisation jiduciare en pays de l'islam adalah bahwa sang Nabi SAW tidak menghendaki pembentukan sistem hukum. Pembentuk sistem hukum itu ialah para khalifah setelah wafatnya Nabi SAW. Kini Rasjidi bukan hanya menyanggah Schacht tetapi juga Emille Teyan. Sementara pendapat bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan sistem hukum ialah pendapat umum para orientalis. Dengan kata lain, Rasjidi menentang para guru dan profesor orientalis di sarangnya. Kulit sawo matangnya tidak tunduk pada kulit putih.

Melihat sanggahan itu para guru besar berkata,"Bahasa Arab memang sukar!" Ada kata-kata yang sama tetapi berlainan artinya, bahkan ada satu kata yang punya dua arti, yang keduanya saling bertentangan. Keadaan menjadi serba tegang. Pendapat penyanggah cukup kuat, sementara Profesor Schacht pun punya otoritas yang disegani. Dalam keadaan yang semacam itu, seorang guru besar berkebangsaan Jepang, Profesor Toshohiko Izutsu, tegas berujar di depan guru-guru besar : Yang benar adalah Prof. berkulit sawo matang!

Lelaki sawo matang yang menentang orientalis kelas dunia di Universitas McGill itu ialah Prof.Dr.HM Rasjidi. Seorang muslim dari Indonesia. Berbeda dengan kebanyakan muslim yang inferior di depan para orientalis .Pak Rasjidi justru memiliki sikap yang jelas. Tak mengherankan, ketika pada dasawarsa 1970-an ia berdebat dengan Nurcjholis Madjid, ciri jiwa tanpa inferioritas terhadap barat itu tetap muncul. Demikian halnya ketika Harun Nasution memulai suatu proyek penyusupan ide-ide orientalis ke dalam studi Islam, pak Rasjidi menyanggah dengan caranya yang khas, ilmiah, dan bernas.

Demikianlah sekelumit kisah H.M Rasjidi Menteri Agama RI yang pertama dan diplomat ulung di awal berdirinya negeri ini yang patut diteladani oleh kita semua.

sumber : Buku Empat Kuliah Agama Islam (H.M Rasjidi, 2011) terbitan Kalam Ilmu Indonesia

No comments: