www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, April 18, 2012

Ada Apa dengan Rupiah?



Setiap kita mesti punya pengalaman dengan Rupiah. Pada usia berapapun kita, mesti berinteraksi dengan mata uang ini. Saat saya usia SD di era 1980-an uang pecahan Rp 500, bisa membeli kebutuhan lauk pauk sebuah keluarga pada satu hari. Saya ingat ketika menginap di rumah tante saya di daerah Tangerang pada masa itu, sepupu saya yang sebaya menghilangkan uang Rp500, betapa marah sang tante ketika itu. Ya karena memang uang segitu saat itu nilainya cukup besar. Kini istri saya memberi uang kepada anak untuk membeli permen dengan uang yang sama yaitu Rp 500. Sehingga dalam 30 tahun terakhir daya beli Rupiah turun dari pangan dan lauk pauk satu keluarga menjadi sekedar permen.
Bagaimana masa depan nilai Rupiah terhadap bahan pokok kita, kita ambil contoh beras. Saat ini harga 1 kg beras adalah Rp8.000, dengan asumsi tingkat inflasi 10% maka dengan rumus sederhana FV = PV (1+i)^t, 10 tahun kedepan harga beras adalah Rp20.750/kg, dan 30 tahun lagi harga beras adalah Rp140.000/kg. Dan begitu seterusnya, maka solusi sementara adalah sanering. Sebagaimana pemerintah RI pernah melakukan Sanering Rupiah dengan cara memotong tiga angka nol terakhir dari Rupiah lama menjadi Rupiah baru. Kebijakan ini dituangkan dalam Penetapan Presiden atau Penpres No 27/1965 yang menjadikan Rp 1,000 (uang lama) = Rp 1,- (uang baru). Namun kebijakan ini pun tidak efektif karena angka 0 yang tadi dibuang akan kembali lagi beberapa puluh tahun kemudian seperti saat ini atau menurunnya daya beli Rupiah dari tahun ke tahun.

Berikut fakta-fakta Rupiah lainnya dari tulisan Agung Pribadi sbb : http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/12/30/fakta-fakta-tak-terbantahkan-bahwa-uang-rupiah-menyusut-makin-kecil-dan-makin-kecil/

Fakta pertama:

Sebelum krisis moneter 1997 terjadi harga telur ayam di Jakarta adalah Rp 2.000/kg namun beberapa bulan setelahnya nilai rupiah terhadap dollar merosot seperempatnya (dari Rp 2.500 menjadi Rp 10.000 per USD), harga telur menjadi Rp 7.500/kg dan pada awal 2005, harga telur Rp 8.000/kg maka selama kurun 8 tahun, nilai rupiah (nilai berdasarkan daya belinya) telah turun tinggal 25 % nya.

Jadi jika kita memiliki Rp 100.000 pada th 1997 kita bisa membeli 50 kg telur, pada tahun 2005 uang yang sama hanya bisa untuk membeli 12,5 kg telur saja. Pada bulan Desember 2011 dgn Rp 100.000,- hanya bisa membeli 5,9 kg telur (1 kg telur ayam harganya Rp 17.000,-). Uang rupiah makin nggak ada harganya.

Fakta Kedua:

Ketika awal kuliah th 1991 saya beli 1 porsi nasi goreng atau warteg Rp 800,- skrg 1 porsi nasi goreng atau warteg hrg nya Rp 8.000,- berarti setelah 20 tahun nilai rupiah sudah menyusut menjadi 10% nya.

Fakta Ketiga:

Tahun 1982 ayah kami membeli rumah di cengkareng Jakarta Barat seharga Rp 15 juta tahun 2003 kami menjual rumah yang sama (padahal yang ditaksir dan dijual hanya tanahnya) seharga Rp 150 juta berarti dalam 21 tahun nilai rupiah sudah menyusut tinggal 10 % nya.


Fakta Keempat:

Sekitar tahun 1965 (sebelum krisis ekonomi) ayah saya meminjamkan uang kepada saudaranya sebesar Rp 1 juta.

Setelah ribut sana ribut sini tahun 1985 dibayar sama saudaranya sebesar Rp 1 juta juga.

Ayah saya merasa nggak adil karena uang 1 juta pd tahun 1965 bisa utk membeli rumah di kampung sementara uang 1 juta pada tahun 1985 tidak bisa utk membeli rumah di kampung

coba kalau ayah saya meminjamkan misalnya 5 kambing, nanti kalau utang dibayar dalam bentuk 5 kambing juga pada tahun 1985. Maka akan terjadi keadilan.

Nah 5 kambing itu sama dengan 5 Dinar. Nilai berdasarkan daya beli 5 dinar akan tetap sama dengan 5 kambing. Maka di sini tidak perlu membungakan uang (riba) tapi akan tetap berkeadilan. Aaaaahh indahnya Islam… Uang dinarnya juga tetap akan cukup utk membeli rumah.

Ini dalil bahwa 1 dinar selalu cukup utk membeli 1 kambing:

“”Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang ’Urwah, bahwa Nabi S.A.W memberikan uang satu Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu Dinar. Ia pulang membawa satu Dinar dan satu ekor kambing. Nabi S.A.W. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanahpun, ia pasti beruntung” (H.R.Bukhari)

Fakta Kelima:

Awal tahun 1970-an 1 dinar (emas 4,25 gram 22 karat) kira2 Rp 8.000,- pada tanggal 26 Desember 2011, 1 dinar = Rp 2.237.555,- setelah kira-kira 40 tahun harga dinar meningkat 279,7 x lipat berarti rupiah menyusut tinggal 1/279,7 nya atau tinggal 0,3 % nya.

Setelah kita melihat fakta-fakta di atas maka kita akan beralih ke mana? Ke dollar Amerika? Dollar Amerikapun sudah terkena inflasi berkali-kali selama puluhan tahun. Jadi kita beralih ke apa? Ada mata uang yang tidak terkenal inflasi bukan hanya puluhan tahun, selama 1400 tahun lebihpun mata uang ini tidak terkena inflasi. Lihat hadits di atas 1 dinar selalu cukup untuk membeli 1 kambing. 1400 tahun lebih kemudian 1 dinar (per 26 Desember 2011 = Rp 2.237.555,- cukup untuk membeli 1 kambing yang sangat gemuk sekalipun). Berarti dinar tidak terkena inflasi. Dirham juga. 1 dirham selalu cukup untuk membeli 1 ayam. Setelah 1400 tahun lebih 1 dirham (per 26 Desember 2011 = Rp 72.000) cukup untuk membeli 1 ayam. Subhanallah.

No comments: