1978 - 1984
Penyimpangan harga emas dari harga aslinya antara 1978 dan 1984 dapat dijelaskan dengan melihat apa yang terjadi selama masa itu.
Sebagai pembalasan terhadap dunia barat yang membantu Israel selama perang Arab-Israel tahun 1973, negara-negara Arab yang tergabung dalam OPEC, memotong produksi minyak dah menaikkan harga minyak dari $3/barel pada Oktober 1973 menjadi $11,65/barel pada Januari 1974, sebuah kenaikan sebesar 288% dalam jangka waktu hanya 4 bulan. Sebagai tambahan, AS dan Belanda dihapus dari daftar negara yang menerima suplai minyak dari OPEC karena kedekatan hubungan mereka dengan Israel.
Bagaimanapun juga hal ini, tidak mendorong harga emas naik. Faktanya harga emas telah mencapai harga yang adil pada 1974, tetap datar selama 1975 dan jatuh 22% pada 1976. Tahun 1978 harga emas telah mencapai harga yang adil kembali. Perilaku pasar ini kelihatan normal dan tidak mengindikasikan terjadinya harga premium (harga yang muncul akibat kebijakan yang eksklusif) emas ebagai akibat dari embargo minyak, atau kenaikan harga minyak secara umum.
Latar belakang ketegangan antara AS dan dunia Arab, krisis penyanderaan Iran tahun 1979 justru menyebabkan kenaikan dramatis harga emas .Ketika 52 warga negara AS disandera oleh mahasiswa Iran pada November 1979, di kedubes AS di Teheran, dan harga emas meningkat tajam dari rata-rata $305 naik hingga $615 pada 1980, dan dengan cepat mencapai $800 per ounce pada bulan Januari 1980. Sandera akhirnya dibebaskan pada 20 Januari 1981, 444 hari setelah penangkapan mereka, dan harga emas kembali turun, untuk mencapai level harga teoritisnya yaitu $236 per ounce.
Dari 1980 hingga 1984 harga emas turun 41% ke angka $361 per ounce, yang hanya berbeda $25, atau 7% dari harga teoritisnya yaitu $336 per ounce.
1984 - 1988
Setelah krisis minyak berakhir, sandera AS di Iran dibebaskan, dan status quo perang dingin yang menakutkan di seluruh dunia, tidak banyak yang terjadi selama 1984 dan 1988 untuk menaikkan harga emas, secara rata-rata, hanya berbeda 7% dari harga teoritisnya selama 4 tahun tersebut. Ini adalah korelasi yang luar biasa.Khususnya dengan melihat bahwa kita memulai dengan harga emas $20,67 pada 1933, dan kita hanya mengandalkan adaptasi logis dari harga emas yang menggunakan dasar alasan harga emas berdasarkan alasan ekonomi yang berbasis moneter yang adil (emas), tanpa modifikasi untuk hasil yang lebih pas dengan realitas.
1988 - 1996
Di permukaan , harga emas di pasar antara 1990 dan 1996 terliha tidak ada pergerakan harga yang ekstrim dari harga teoritisnya, tetapi banyak hal terjadi dibelakang layar.
Perlu dicatat bahwa harga emas aktual mulai menyimpang dari harga teoritisnya pada 1998 (di Indonesia tahun ini adalah puncak krisis moneter dan politik orba).
Pada 1983 perangakat manajeman baru dalam risiko keuangan telah hadir untuk mengurangi akibat dari ketidakstabilan harga emas pada perusahaan tambang yaitu hedging.Total emas yang disertakan dalam hedging meningkat dari 4 ton pada 1983 menjadi 45 ton dalam 1086.Tetapi dari 1987 hingga 1990 total emas yang dihedging mencapai 876 ton.
Tidak jelas apakah ada kaitannya dengan kebijakan George Bush senior atau tidak, M3 tumbuh hanya 6% antara 1989 dan 1993. Inflasi emas di lain sisi adalah 8% sepanjang periode tersebut, sehingga harga emas turun sebesar 2% selama 4 tahun tersebut.
Tekanan turun harga emas ini, melipatgandakan jumlah hedging, menurunkan harga emas aktual sebesar 19% antara 1987 dan 1993. Harga emas kini lebih dari 15% dibawah harga teoritisnya dan tekanan naik kembali dimulai.
Dimulainya kembali inflasi Dollar pada 1994,dan harga emas yang kembali undervalued menyebabkan tekanan naik terhadap emas. Namun pada 1996 harga emas mulai turun 30%, dan mencapai angka $273 per ounce pada 2001. Hal ini terjadi meskipun kenaikan M3, yang mengerek harga emas teoritis mencapai $659 per ounce pada periode yang sama.
Sebelum kita meneliti apada yang terjadi sejak 1996, adalah penting untuk dicatat bahwa walaupun hadirnya hedging antara 1984 dan 1996, harga aktual emas berbeda, dengan ratap-rata hanya 12% dari harga emas teoritis pada tahun-tahun tersebut. Ini adalah 5 dekade setalah kita memulai perhitungan teoritis kita dan sekali lagi mensahihkan konsep dengan basis harga teoritis dari emas.
Nilai Tukar Dollar
Harga emas dikaitkan dengan US Dollar selama periode 1944 dan 1971, ketika Depkeu AS memliki sebagian besar cangan emas negara dan 1 ounce emas setara dengan $35.
Sebelum 1971 sebagian besar mata uang dipatok nilainya terhadap Dollar dengan kurs yang tetap (fixed exchange rate), sehingga harga emas diukur dengan mata uang lain tidak banyak berubah antara 1944 hingga 1971.Setelah 1971 nilai tukar sebagian besar mata uang mulai berfluktuasi. Tidak ada lagi mata uang yang bisa dikonversi ke emas, sehingga tidak ada standar yang riil untuk mengukur “nilai” sebenarnya dari mata uang.
Dollar masih dianggap sebagai salah satu mata uang paling stabil di dunia sebagaimana AS merupakan negara dengan terkuat ekonominya dan juga memiliki perdagangan luar nergeri yang terbesar.Itulah karenanya secara alami tetap digunakan secara de fakto sebagai mata uang utama internasional dan juga cadangan devisa.Tetapi seiring dollar juga memiliki nilai tukar yang mengambang terhadap sebagian besar mata uang lain, adalah mungkin bagi nilai tukar Dollar untuk meningkat sebagai respon terhadap permintaan Dollar, dan menurun akibat tekanan suplay.
Untuk menentukan harga emas dalam mata uang selain dollar adalah dengan cara mengalikan nilai dollar dalam denominasi harga emas dengan mata uang negara lain. Perbedaannya adalah harga emas kini berfluktuasi dalam term nilai Dollar (karena Inflasi Dollar dan inflasi Emas), dan Dollar sendiri berfluktuasi terhadap mata uang lainnya. Jadi harga emas dalam Yen Jepang, sebagai contoh, akan berbeda dengan harga emas dalam Dollar, sebagaiamana yang akan kita lihat nanti.
Dari tahun 1988 hingga 1992 nilai tukar Dollar relatif stabil.Tetapi sejak 1992 nilai Dollar mulai tidak stabil.
Krisis Mata Uang
Bila kita ingat kembali tekanan naik pada harga emas yang diprediksi oleh model sejak 1994, yang menyebabkan kenaikan M3 , tidak mencerminkan harga emas aktual, dan karenanya dari 1996 hingga 2001 harga emas sebenarnya menurun. Alasannya terletak pada kenaikan yang fenomenal dalam permintaan Dollar yang mengikuti rangkaian krisis mata uang, setiap masa krisis menggandakan permintaan lebih jauh, memperketat suplay, dan memperkuat Dollar terhadap sebagian besar mata uang lainnya (maka harga emas menurun)
Selama krisis mata uang, investor mencoba mencari pelarian yang aman, biasanya modal lari ke luar dari negara yang sedang bermasalah. Antara tahun 1992 dan 1994, rakyat Brazil kehilangan nilai atau asetnya secara mendasar. Pelarian modal dari Brazil menciptakan permintaan terhadap Dollar dan beberapa di antaranya menemukan muaranya di AS. Sebagai responnya, nilai Dollar meningkat 10% terhadap Gross Domestic Product (GDP)-index tertimbang dari 35 mata uang yang dimonitor
Dari tahun 1994 hingga 1995 mata uang Mexico yaitu Peso turun hingga di atas 50% terhadap Dollar AS, krisis keuangan terburuk di Mexico sejak masa Revolusi pada tahun 1910. Selanjutanya pelarian modal terus terjadi ke AS dan ini lebih jauh meningkatkan permintaan terhadap Dollar
Yen Jepang kehilangan nilai 24% terhadap Dollar dari 1995 hingga 1996, dan pelarian modal juga terus terjadi ke AS,tetapi satu lagi “krisis besar” terjadi di Asia Tenggara- terjadi tahun 1996 (di Indonesia mulai tahun 1997 dan mencapai puncak tahun 1998).
Dari tahun 1996 hingga 1998 Rupiah kehilangan nilainya hingga 76% terhadap Dollar, yang menyebabkan efek domino yang menyeret Korea Selatan, dimana mata uang Won turun 56%, Ringgit Malaysia turun 40% dan Peso Philipina turun 40%. Pelarian modal benar-benar menggila, sebagaian besar menuju AS, dan menaikkan nilai Dollar hampir 30% terhadap GDP-indeks tertimbang.
Pada 1998 Rusia mengalami gagal bayar utang luar negerinya, menyebabkan mata uang Ruble turun lebih dari 70% di tahun 1998 saja. Euro di luncurkan tahun 1999 dan juga mulai mengalami penurunan pertamanya sebesar 28% terhadap Dollar. Kembali ke tahun 1998 , mata uang Brazil yang baru yaitu Real kembali kolaps, mata uang Turki Lira jatuh pada tahun 2000 dan diikuti pula oleh Peso Argentina tahun 2002
Dari semua kasus pelarian modal ke AS. Akibatnya, nilai Dollar naik hingga lebih dari 120% dari 1990 hingga 2002 terhadap GDP-indeks tertimbang mata uang (weight index currencies)
Terlepas dari apa yang harga emas lakukan terhadap mata uang selain Dollar, harga emas dalam Dollar berhubungan terbalik dengan nilai tukar Dollar. Mirip seperti aktivitas impor, apabila Dollar menguat harga akan turun. Hampir terjadi korelasi sempurna antara penurunan harga emas, antara tahun 1996 dan 1998, dan kenaikan nilai tukar Dollar sebagai akibat dari gelombang masuk modal dari luar AS.
Ini menjelaskan penyimpangan dari teori harga emas setelah 1998, tetapi hal ini tidak menjelaskan mengapa harga aktual emas stabil antara tahun 1998 hingga 2001, dan mulai meningkat 30% pada 2002, sementara nilai tukar Dollar tidak menurun.
Konsolidasi harga emas aktual dari 1998 hingga 2001, dan kenaikan berikutnya tahun 2002, sebagai akibat kenaikan harga emas yang menggila yang pada akhirnya mempengaruhi harga emas dalam Dollar.
Emas dalam Mata Uang Selain Dollar AS
Kita dapat menghitung harga emas dalam mata uang lain dengan cara mengkalikan harga emas dalam Dollar dengan nilai tukar mata uang tersebut terhadap Dollar (misal saat ini harga emas dalam Dollar adalah $1.658 per ounce atau sekitar 31 gram, kemudian kalikan dengan nilai Rupiah dalam Dollar yaitu Rp9.150, hasilnya bagi 31 maka ketemulah harga emas/gr sebelum ditambah biaya cetak dll).Kita dapat menghitung harga emas dalam berbagai mata uang dengan mengkalikan harga emas dalam Dollar dengan nilai tukar mata uang tersebut terhadap Dollar. Apabila kita lakukan ini terhadap seluruh 35 mata uang dalam GDP indek tertimbang kita, kita sebenarnya dapat menghitung harga emas rata-rata tertimbang di dunia, kecuali Dollar. Mata uang yang ditimbang dengan GDP memberikan pengaruh yang sedikit terhadap harga emas, sebab risiko fuktuasinya amatlah besar. Dengan melakukan perhitungan cermat, ditemukan fakta yang mengherankan bahwa emas sedang mengalami kenaikan harga dan diprediksi akan terus naik selama lebih dari 5 tahun dengan amat jelas. Secara rata-rata harga emas di seluruh dunia naik lebih dari 70%, dan tidak ada yang megetahuinya, karena kabanyakan orang terlalu terpaku terhadap Dollar dalam menghitung harga emas.
Harga Emas Teoritis
Model kita menunjukkan bahwa dengan kenaikan M3 dan inflasi emas sejak 1947, emas seharusnya senilai $700 per ounce sejak 2002. Namun harga emas pada tahun 2003 hanya senilai $325 per ounce. Bagaimana menjelaskannya?.
Ketika harga emas tidak menyimpang dari harga teoritisnya untuk jangka yang panjang sejak krisis penyanderaan warga AS di Iran, harga emas saat ini tidak dapat kembali dibawah harga teoritisnya untuk waktu yang lebih lama.
Faktanya, bukan karena kenaikan nilai tukar Dollar yang luar biasa selama dekade terakhir, dimana harga emas aktual hanya berbeda kurang dari 10% dari harga teoritisnya. Hal ini dapat terlihat dengan kembali pada 1990-an dan gagalnya nilai tukar dollar dan emas dengan kurs yang tetap; dengan kata lain, hakikatnya mencoba menjaga agar nilai Dollar tetap,walaupun sudah tidak dikaitkan dengan emas.
Anda dapat melihat hasil dari perhitungan ini yang digambarkan dalam diagram 1 dengan garis modifikasi harga emas. Perlu dicatat bagaimana harga emas tetap pada jalur harga emas teoritis , dan Anda harus ingat bahwa dua garis tersebut adalah independen satu sama lain. Harga teoritis dengan basis harga emas adalah $20,67 pada 1933 dan disesuaikan dengan inflasi.Harga emas yang disesuaikan dengan inflasi mengalami penyimpangan dari harga emas aktual sejak 1990.Korelasi yang tidak terbantahkan ini bulanlah kebetulan, dan memunculkan pertanyaan apakah Dollar dapat mempertahankan nilai tukarnya saat ini.
Defisit Neraca Perdagangan
Arus masuk modal ke AS memiliki pengaruh yang lebih luas bagi ekonomi Amerika dari sekedar naiknya nilai tukar Dollar AS. Hal ini telah didiskusikan pada Februari 2003, cukup dikatakan disini bahwa Defisit Perdagangan berpengaruh secara langsung terhadap penguatan Dollar karena menyebabkan aktivitas impor lebih murah dan ekspor lebih mahal , selama booming ekonomi yang dipropagandakan oleh arus masuk modal dari luar negeri.
Barry Eichengreen, dari Universitas California Berkeley telah menunjukkan data historis bahwa negara-negara maju faktanya dapat mengeliminasi defisit neraca perdagangan dalam jumlah besar.Kabar baiknya adalah defisit neraca perdagangan dapat dikurangi dalam waktu cepat. Kabar buruknya adalah hal tersebut mesti diiringi dengan resesi yang parah dan dalam waktu yang panjang.Sebagai contoh defisit neraca perdagangan AS, tidak pernah terjadi kita hanya mengalami resesi, selalu depresi.
Betatapun dalam dan panjangnnya krisis, penurunan ekonomi adalah pasti, adalah tidak mungkin untuk membayangkan bahwa AS secara kontinu menarik kelebihan dana dari luar negeri sebesar $400 milyar setiap tahun. Dan ketika negara luar menghentikan tabungannya ke AS, sehingga kita membiayai sendiri konsumsi kita, efeknya sudah jelas Dollar akan turun.
Euro
Pada dasarnya saya tidak menyukai Euro, sebagai mata uang kertas yang terakhir, tetapi Euro memberi dunia sebuah alternatif mata uang utama dunia selain Dollar. Kalau bukan karena fakta Dollar dicetak sejumlah $600 milyar setiap tahun, saya mungkin tidak akan memberi Euro alternatif kedua.
Tetapi inflasi Dollar, membongkar apa yang terjadi sebenarnya dibalik keajaiban ekonomi Amerika, arogansi kebijakan luar negeri Amerika, dan mungkin yang paling penting, slogan bahwa dampak yang merugikan dari perang terhadap terorisme hanya terkait dengan kepentingan Amerika saja-tidak disebutkan kaitannya dengan misalokasi kapital dan meningkatnya utang yang saling berkait kelindan dengan perang.-seluruhnya adalah jaminan virtual bahwa dollar akan kehilangan statusnya sebagai mata uang utama dunia.
Ada dua alasan mengapa dollar menjadi mata uang utama dunia.Pertama, Dollar bisa dikonversi ke emas. Dua, Dollar mengalami permintaan untuk menyelesaikan transaksi internasional, seiring AS menjadi negara dengan ekonomi dan perdagangan terbesar di dunia.
Pengenalan Euro telah memberikan alternatif yang layak selain Dollar.Dia juga bukanlah mata uang yang dijamin dengan emas, sehingga Euro juga tidak lebih baik dari mata uang kertas lainnya, dan ekonomi secara keseluruhan dari Uni Eropa adalah sama ukurannya dengan AS. Tetapi Eropa mempunyai satu keuntungan besar dibanding AS : Mereka memiliki defisit perdagangan yang surplus. Sedangkan AS masih harus berjibaku mengatasi defisit neraca perdagangan mereka, dan kita tahu ini mesti berdarah-darah.
Euro mungkin akan mendapat tekanan dari kebijakan luar nergeri AS.Sebuah reaksi dari imperialisme AS yang telah menyebabkan beberapa negara mengkonversi cadangan devisa mereka dari Dollar ke Euro dalam jumlah yang besar.
Hal ini merupakan poin penting bagi ekspansi Uni Eropa.Semakin banyak negara yang bergabung dalam Uni Eropa, permintaan Euro akan meningkat, dan kebutuhan dollar akan menurun.
Emas, Proteksi Nilai
Sebagian orang berharap terjadinya krisis moneter sebagai sebab harga emas naik, khususnya seperti yang terjadi dengan krisis di Asia Tenggara. Beberapa orang berpendapat saat itu emas gagal untuk memproteksi asset sekama krisis, tetapi faktanya adalah.
Harga emas tidak naik dalam Dollar AS-karena AS sendiri tidak mengalami krisis. Bagaimanapun harga emas dalam Yen Jepang naik 34% antara 1995 dan 1996.Tahun berikutnya harga emas melonjak lebih dari 40% dalam Peso Philipina dan Ringgit Malaysia, dan naik 67% dalam Won Korea. Indonesia menderita paling parah selama krisis Asia Tenggara dimana harga emas naik hingga 400% dalam Rupiah
Krisis mata uang selanjutnya akan terus terjadi dibawah dominasi dollar sebagai mata uang utama dunia. Emas akan sekali lagi memainkan perannya sebagai lindung nilai dan proteksi modal. Pertanyaannya adalah apakah Anda memilih untuk memilikinya atau tidak.
No comments:
Post a Comment