www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Wednesday, October 11, 2023

Apa yang sesungguhnya terjadi di antara Hamas Palestina dan Zionis "Israel"?

Kalau dibilang konflik antara Hamas dan Zionis  tentu tidak tepat. Begitu juga kalau pakai istilah occupation, karena  occupation itu penjajahan sementara dan solusinya bisa negosiasi. Tapi yang terjadi antara Hamas atau Palestina  dengan Zionis adalah kolonialisme, yang sudah berlangsung selama 75 tahun, dan negara-negara Eropa, Amerika, dan PBB diam . Karena memang negara Yahudi lahir dari bapak bernama  Inggris, dari rahim Amerika dan bidannya PBB. Solusi dari kolonialisme adalah perlawanan bersenjata.

Hamas menguasai suatu kota yang namanya Gaza  seluas kota Depok. Hamas menguasai Gaza setelah mengusir "Israel" tahun 2005. Tahun 2006 Hamas ikut pemilu lokal dan menang. Sayap militer Hamas  bernama Brigade Izzuddin Al Qassam. 

Kota Gaza sejak 2006 diblokade oleh "Israel" baik dari udara,  laut maupun darat. Dari darat dibangun tembok sepanjang 750 km oleh "Israel" mengelilingi Gaza. Dari laut ada patroli kapal militer "Israel". Suplay bahan-bahan kebutuhan ke Gaza dibatasi dan dibawah kontrol "Israel", listrik minim sekali, dan secara ekonomi tergantung oleh "Israel". Kalau mau keluar Gaza sulit sekali, karena dari 7 pintu keluar Gaza, 6 pintu di kuasai "Israel", hanya satu pintu melalui Mesir itupun tidak mudah sejak  Mesir dikuasi rezim Abdul Fattah As Sisy yang tidak bersahabat dengan Hamas. Banyak kasus pasien2l-pasien Gaza yang mesti di rujuk keluar Gaza, lebih  dulu meninggal karena kelamaan dapat izin ke luar Gaza.

David dan Goliath

Jadi bisa dibayangkan kalau  Hamas dengan sayap militer nya ini melawan salah satu kekuatan militer dunia yang disokong AS yang namanya "Israel". Tidaklah sebanding. Negara-negara Arab juga tidak banyak membantu Hamas secara militer , bahkan sebagian  memusuhinya karena faktor politik. Tapi kenapa Hamas mengejutkan militer " Israel" dalam serangan 7 Oktober kemarin?

Pengalaman terjajah dan transformasi militer Hamas selama puluhan tahun membangun kekuatan mental  dan materi perlawanan. Saat ini seluruh roket-roket Hamas diproduksi di dalam negeri, begitu juga drone kamikaze, alat komunikasi dan peralatan tempur lain. Prinsip mereka tidak ingin menggunakan senjata yang berasal dari musuh. Kemampuan transformasi militer ini terus dikembangkan Hamas melalui anggota-anggotanya di seluruh dunia yang menempuh pendidikan di bidang teknologi , nuklir, teknik elektro., dll yang mencemaskan "Israel". Bukti kecemasan  ini adalah terbunuhnya  anggota Hamas Prof Muhammad Fadi Al Baths ahli teknik elektro yang terbunuh oleh agen "Israel"  Mossad di Kuala lumpur tahun 2018. 

Perang ini akan berlangsung panjang karena target Hamas dan   faksi perlawanan lainnya tidak berhenti dari sekitar Gaza atau tepi Barat tapi hingga Jerusalem atau Baitul Maqdis .Serangan ini amat matang hingga bisa membobol pertahanan "Israel".


Namun begitu perang ini berpotensi menjadi  perang asimetris, karena AS akan ikut meramaikan peperangan. Kalau AS akan turun artinya "Israel" sudah benar-benar kritis.

Hamas sudah mengetahui info bahwa ON "Israel" Netanyahu akan menyerang lebih dahulu, sebagai posisi tawar Netanyahu akibat kasus korupsi yang menimpanya sejak 2017 dan menimbulkan demo berjilid jilid di "Israel". Apalagi beberapa waktu lalu Menhan "Israel" dipecat oleh Netanyahu sehingga polarisasi oposisi Netanyahu makin kuat .

Situasi ini dimanfaatkan oleh Hamas untuk melakukan serangan kejutan. 

Bersatunya 2 faksi utama Palestina Fatah dan Hamas juga semakin menguatkan perlawanan. Secara tradisional Faksi Fatah lebih mengutamakan negoisasi sedang Hamas memilih jalan perlawanan. Namun kini Fatah dan Hamas sepakat untuk melakukan serangan gabungan terhadap penjajahan  "Israel".

Perang Intelijen

Perang intelijen antara Hamas dan "Israel" juga mengemuka, pertama Serangan kejutan Hamas gagal di endus Mossad,.kedua jangan lupa tentara-tentara "Israel" ada yang bertahun-tahun disekap Hamas di Gaza yang hingga kini tidak diketahui "Israel" keberadaannya. Apalagi dengan tambahan ratusan tawanan saat ini menambah kebingungan intelejen "Israel" untuk mendeteksi keberadaannya.

Bagaimana proyeksi pertempuran selanjutnya masih perlu diamati karena kemungkinan negara-negara Arab dan kekuatan lain berpotensi ikut serta.

No comments: