Great Depression tahun 1930 berasal dari AS, namun juga merambah Jerman dengan efek yang luar biasa. Beberapa tahun setelah terkena dampak Inflasi, Jerman tergantung dengan utang dari AS dengan riba yang tinggi.
Aliran masuk Dollar AS ke Jerman ini memudahkan pemerintah Jerman membayar reparasi perang (semacam kompensasi kepada negara korban perang) kepada negara Eropa lainnya yang mana negara-negara Eropa inipiun memakai uang ini untuk membayar utang kepada Amerika untuk membiayai PD I. Amerika kemudian meminjamlan uang ini kembali kepada Jerman. Sistem ini hanya bisa bekerja apabila Amerika dalam keadaan makmur. Setelah krisis besar tahun 1929, aliran masuk Dollar berhenti. Tingkat pengangguran mulai naik dan publik merasa resah dengan situasi ekonomi.
Investor asing mulai menagih investasi mereka dan banyak orang Jerman melarikan dananya ke luar negeri. The Reichsbank (bank sentral Jerman kala itu) dipaksa melakukan kebijakan mengurangi jumlah uang beredar, karena jumlahnya melebihi standar emas dan mata uang asing sebagai jaminannya. Akibatnya menurunnya kredit usaha menyebabkan banyak perusahaan yang kuat menjadi bangkrut.
Pemerintah melakukan kebijakan penurunan harga, gaji dan tingkat riba. Pada saat yang sama, negara lain menaikkan tarif impor/ekspor mereka dan melakukan devaluasi mata uang Jerman. Antara tahun 1931 dan 1932 angka pengangguran Jerman naik menjadi lebih dari 6 juta orang. Tingginya angka pengangguran dan deflasi (penurunan harga barang secara umum) membuka jalan bagi Hitler naik ke panggung kekuasaan yang membawa Jerman masuk PD II.
Aliran masuk Dollar AS ke Jerman ini memudahkan pemerintah Jerman membayar reparasi perang (semacam kompensasi kepada negara korban perang) kepada negara Eropa lainnya yang mana negara-negara Eropa inipiun memakai uang ini untuk membayar utang kepada Amerika untuk membiayai PD I. Amerika kemudian meminjamlan uang ini kembali kepada Jerman. Sistem ini hanya bisa bekerja apabila Amerika dalam keadaan makmur. Setelah krisis besar tahun 1929, aliran masuk Dollar berhenti. Tingkat pengangguran mulai naik dan publik merasa resah dengan situasi ekonomi.
Investor asing mulai menagih investasi mereka dan banyak orang Jerman melarikan dananya ke luar negeri. The Reichsbank (bank sentral Jerman kala itu) dipaksa melakukan kebijakan mengurangi jumlah uang beredar, karena jumlahnya melebihi standar emas dan mata uang asing sebagai jaminannya. Akibatnya menurunnya kredit usaha menyebabkan banyak perusahaan yang kuat menjadi bangkrut.
Pemerintah melakukan kebijakan penurunan harga, gaji dan tingkat riba. Pada saat yang sama, negara lain menaikkan tarif impor/ekspor mereka dan melakukan devaluasi mata uang Jerman. Antara tahun 1931 dan 1932 angka pengangguran Jerman naik menjadi lebih dari 6 juta orang. Tingginya angka pengangguran dan deflasi (penurunan harga barang secara umum) membuka jalan bagi Hitler naik ke panggung kekuasaan yang membawa Jerman masuk PD II.
No comments:
Post a Comment