www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, February 24, 2020

Harga Emas dan Ekonomi Amerika

Harga emas sesungguhnya adalah cermin dari sebuah negara yang bernama Amerika Serikat. Maksudnya?  Apabila harga emas tinggi, sinyal ekonomi Amerika sedang sakit,  maka investor ramai-ramai beli emas sebagai proteksi dari krisis atau antisipasi inflasi. Dan apabila harga emas rendah,  maka Ekonomi Amerika sedang sehat,  sehingga investor lebih memilih investasi  saham,  obligasi,  atau real estate.
 

Harga emas juga mencerminkan prilaku dari pelaku pasar komoditas. Apabila mereka  menganggap ekonomi sedang lesu,  maka mereka membeli lebih banyak emas. Dan apabila menurut mereka ekonomi sedang bagus mereka membeli sedikit emas. Berikut salah satu contohnya :

Harga emas dan Great Depression :

Pada tahun 1929 harga emas di Amerika adalah $20,67 per ounce , secara bertahap naik harganya hingga $35 per ounce pada tahun 1934. Bank Sentral Amerika the Fed mencoba mempertahankan kurs ini ($35 per ounce)  dalam sistem gold standard.  Namun apa yang terjadi?  Ekonomi semakin memburuk, yang akhirnya mengarah pada Great Depression. Hal ini ditandai dengan jatuhnya harga saham hingga nyaris tak bernilai,  dan kolapsnya sejumlah bank. 

Akibatnya sebagai bentuk antisipasi,  orang- orang mulai memburu emas dan menimbunnya. Pada 1934 Presiden Franklin D Roosevelt mulai beraksi dengan menandatangani Gold Reserve Act. Dengan UU ini maka terlarang bagi warga negara Amerika untuk menyimpan emas.
Maka dengan UU ini setiap orang mesti menukar emasnya baik dalam bentuk koin,  batangan,  atau sertifikat dengan uang kertas dengan kurs $20,67 per ounce (lebih rendah dari harga pasar) . Hal ini membantu pemerintah menaikkan cadangan emasnya dengan cepat. 

Apa yang terjadi setelah itu?  Pemerintah mulai menaikkan harga emas ke harga semula yaitu $35 per ounce.  Dengan harga baru ini,  bank Sentral mulai mencetak uang kertas lebih banyak lagi dengan jaminan cadangan emas dari masyarakat. Dan secara bertahap pemerintah mulai memperbaiki pertumbuhan ekonomi.



No comments: