www.gata.com

Grafik Pergerakan Harga Dinar dalam Rupiah & Dollar AS


 

Monday, May 25, 2009

War & Crisis

AS dan sekutu-sekutunya tak kunjung belajar dari sejarah dalam perang Afghan. Inggris pernah dua kali kalah perang melawan afghan. Terakhir Soviet pun harus membayar mahal kekalahan dengan tercerai berainya negara mereka. Kini AS mencoba menjajal kekuatan bangsa yang tak rela dihinakan terlebih oleh orang kafir itu. Puluhan ribu tentara asing di sana bukan malah menyelesaikan perang justru membuat kawasan itu makin membara. APBN AS pun membengkak justru di bawah pemerintahan Obama. AS hanya sedang menuju lonceng kematiannya. Mereka mengirim koboy-koboy mereka yang tidak pernah merasakan kerasnya alam afghan, bahkan mereka tidak tahu berapa jumlah terowongan dan dimana ujungnya yang amat pas bagi mujahidin dalam taktik perang gerilya. Belum lagi semangat Muslim afghan yang walaupun keilmuannya tidak seberapa tapi rela mati untuk membela Islam. Sejarah mencatat ketika tahun 1986 atau 1987 terjadi perang yang luar biasa dahsyat di bukit dekat perbatasan Pakistan. Saat itu 3000 spetnaz (pasukan khusus Rusia) berhadapan dengan 3000 komando Pakistan yang bergabung bersama 5000 Mujahidin dalam perang selama 27 hari. Hasilnya? Tidak seorangpun pasukan khusus Rusia yang meninggalkan bukit dalam keadaan hidup (Collins, 2006). Sehingga apa yang dilakukan kekuatan militer AS saat ini hanyalah pengulangan sejarah. Ibu-ibu mereka telah melepas koboy-koboy itu ke liang besar yang bertebaran di bumi Afghan. Ketika militernya hancur maka efek selanjutnya adalah kehancuran ekonomi dan mata uangnya. Lihatlah apa yang terjadi dengan Rusia setelah kalah perang. Ekonomi mereka hancur berantakan, mata uang mereka pun jatuh sedemikian rupa. Dan hingga kini Rusia belum bisa lepas dari kubangan krisis Ekonomi. Nasib yang sama akan segera menyusul AS, kekalahan perang, kekacauan politik, dan berakhir pada kehancuran ekonomi dan mata uang mereka.

No comments: