Di tengah lingkungan ribawi , inflasi adalah keniscayaan. Tidak satupun larangan Allah SWT yang tidak ada hikmahnya. Kehidupan ekonomi yang berbasis riba, tentu akan menuai azab Allah SWT dengan berbagai bentuknya. Salah satunya adalah berkurangnya kemakmuran dari muka bumi ini. Hal ini ditandai dengan berputarnya harta hanya pada segelintir elit tertentu saja. Riba menyebabkan orang hanya ingin mendapatkan hasil yang besar tanpa perlu bekerja keras. Cukup hanya menaruh uangnya di bank maka dia dapat mendapat tambahan hasil dari riba yang terus bergulir. Sedangkan bila ia investasikan dalam sektor riil maka tentu peluang untung ruginya sama. Nah ketika orang-orang yang tidak ingin menghadapi resiko ini menemukan riba, maka dia menjadi pilihan orang-orang yang malas berusaha tadi. Akibat selanjutnya uang hanya beredar di bank saja tanpa masuk ke sektor riil. Bukankah uang di bank akan di salurkan ke sektor riil pula, tentu saja iya (dengan tambahan riba tentu). Namun pertanyaanya siapa yang punya akses ke bank ini? Pengusaha tertentu saja bukan? yang punya aset besar, jaminan, kelangsungan usaha yang sudah lama, dsb dsb dsb, bahkan dengan akses tertentu seorang pengusaha bisa mendapatkan dana triliunan dan membawa kabur hingga kini seperti Edy Tansil. Adilkah? Tentu tidak. Ketika akses kapital tidak tersedia bagi si miskin dan terus berlangsung lingkaran ini....maka bisa jadi kita syahadat, sholat, zakat, puasa, haji namun disebut sebagai pendusta agama sebagaimana ancaman dalam surat al ma'un bagi orang yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Jadi bagaimana solusinya? Mulailah dengan memperhatikan orang-orang terdekat kita. Orang-orang miskin yang untuk makan saja sulit.
Wallahu 'alam
Wallahu 'alam
No comments:
Post a Comment